Klaim salah sebut 'Indonesia dan Australia perang karena Perang Pasir'

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Sabtu 17/12/2022 pukul 07:56
  • Diperbarui pada hari Sabtu 17/12/2022 pukul 08:54
  • Waktu baca 8 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Sejumlah video telah ditonton ratusan ribu kali selepas beredar dengan klaim salah bahwa Indonesia dan Australia sedang berperang memperebutkan Pulau Pasir. Hingga tanggal 17 Desember 2022, tidak ada laporan resmi soal perang apapun antara kedua negara. Kementerian Luar Negeri RI berkali-kali menegaskan Pulau Pasir milik Australia. Postingan itu memakai rekaman video di luar konteks. Narasi yang dibacakan di video diambil dari laporan yang tak berhubungan dan kebanyakan adalah pelintiran liputan berita.

Video pertama

Salah satu video sesat itu diunggah ke YouTube di sini pada tanggal 29 November 2022, dengan jumlah tontonan 16.000 kali.

Judul bombastis video itu berbunyi, "HANYA DALAM HITUNGAN DETIK PULUHAN BOM AUSTRALIA SUKSES BIKIN WILAYAH NKRI JADI BEGINI".

Image
Tangkapan layar unggahan sesat, diambil pada tanggal 14 Desember 2022

Video berdurasi delapan menit lebih itu juga diposting dengan klaim serupa di Facebook di sini dan telah ditonton lebih dari 110.000 kali.

Narator video bicara soal dua pesawat tempur Australia yang menjatuhkan bom di perairan Indonesia dekat Pulau Pasir, yang resminya disebut Karang Ashmore oleh Australia.

Selanjutnya, sang narator juga mengatakan kabar tersebut didasarkan pada "pernyataan seorang komandan militer Australia kepada Australian Broadcasting Corporation, yang dilansir AFP".

Seiring dibacakannya narasi, video itu menayangkan rekaman konferensi pers Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.

Video itu beredar setelah sejumlah media massa Indonesia, termasuk Kantor Berita Antara, mewartakan di bulan Oktober 2022 rencana seorang nelayan Indonesia untuk menggugat Australia ihwal "kepemilikan Pulau Pasir".

Pulau Pasir adalah bagian dari MoU Box -- kawasan di Laut Timor yang masuk ke wilayah Australia dan bisa dimasuki nelayan tradisional Indonesia. Basisnya adalah sebuah perjanjian tahun 1974 antara dua negara bertetangga itu.

Nyatanya, klaim itu salah. Tak ada warta resmi apapun tentang perang antara Australia dan Indonesia untuk memperebutkan Pulau pasir.

Hasil pencarian kata kunci di Google, AFP menemukan bahwa narasi yang dibacakan dalam video itu adalah pelintiran laporan berita Detikcom pada tanggal 22 Juli 2013.

Laporan itu berjudul: "AS Jatuhkan Bom Dekat Great Barrier Reef Demi Hindari Kapal Sipil".

Narasi video antara lain menyebutkan: "Australia memberi pernyataan soal insiden pembuangan bom oleh dua jet tempurnya di perairan Indonesia" dan juga: "Komandan Armada Pasukan Ketujuh Australia Marks menyampaikan alasan pembuangan bom di dekat Indonesia untuk memberikan respon kuat terhadap pembelian Pulau Pasir ... 'Area yang disetujui sejak awal, yakni di lokasi markas dengan bom seberat 226 kg ini, tidak aman untuk menjatuhkan bom. Terdapat kapal sipil tepat di bawah mereka,' jelas Marks kepada Australian Broadcasting Corporation, dan dilansir AFP pada Kamis."

Padahal, laporan asli Detikcom berbunyi: "Pihak militer Amerika Serikat memberi pernyataan soal insiden pembuangan bom oleh dua jet tempurnya di perairan Australia ...

"Komandan pasukan Armada Ketujuh AS dalam latihan gabungan Talisme Sabre, William Marks menyampaikan alasan pembuangan bom di area Great Barrier Reef tersebut ...

"'Area yang disetujui sejak awal, yakni di lokasi pelatihan langsung dengan bom seberat 226 kg ini, tidak aman untuk menjatuhkan bom. Terdapat kapal sipil tepat di bawah mereka,' jelas William Marks kepada Australian Broadcasting Corporation dan dilansir AFP, Senin (22/7/2013)."

Laporan AFP tahun 2013 soal insiden tersebut dapat dibaca di sini.

Adegan Albanese sebenarnya diambil dari konpers pertamanya sebagai perdana menteri Australia pada tanggal 23 Mei 2022, seperti ditayangkan Sky News di sini.

Dalam kesempatan tersebut, Albanese bicara soal rencananya sebagai PM baru, dan tidak menyinggung sama sekali soal Indonesia maupun Pulau Pasir.

Berikut ini perbandingan tangkapan layar video sesat pertama (kiri) dan video asli Sky News (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video pertama (kiri) dan video asli Sky News (kanan)

Video kedua

Klaim perang fiktif ini muncul di video lain, yang diunggah ke YouTube di sini pada tanggal 10 November 2022.

Video berdurasi hampir sembilan menit itu berjudul "AUSTRALIA DIBUAT KEWALAHAN HADAPI TENTARA INDONESIA DI PULAU PASIR" itu telah ditonton lebih dari 25.000 kali.

Image
Tangkapan layar unggahan sesat, diambil pada tanggal 14 Desember 2022

Video yang sama juga muncul dengan klaim serupa di Facebook di sini dan telah ditonton lebih dari 24.000 kali.

Narator video berkata, "Viral di media sosial terkait perang Indonesia-Australia yang disebut-sebut telah diramalkan oleh sosok kondang Michel de Nostredeme atau Nostradamus. Bahkan disebut-sebut perang Indonesia-Australia bakal pecah pada tahun 2037 mendatang."

Lewat pencarian kata terkait di Google, AFP menemukan sumber asli narasi di dua artikel Grid.id.

Artikel pertama, tertanggal 28 Oktober 2022, berisi soal peramal Prancis Nostradamus, yang disebut memprediksi perang antara Australia dan Indonesia pada 2037.

Sementara artikel kedua, dari tanggal 5 November 2022, mengulas sejarah Pulau Pasir dan berspekulasi bahwa wilayah itu bisa menyulut perang antara Australia dan Indonesia di masa depan.

Pada menit 1:47 video sesat, ada adegan pesawat tempur sedang menjatuhkan bom. Adegan itu dicomot dari video yang diunggah di kanal YouTube Lockheed Martin, kontraktor militer terbesar di dunia, pada tanggal 20 Desember 2013.

Berikut ini perbandingan tangkapan layar video sesat kedua (kiri) dan video asli Lockheed Martin (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video sesat kedua (kiri) dan video asli Lockheed Martin (kanan)

Pada menit 3:22, ada adegan Presiden Joko Widodo bicara kepada wartawan, ditemani Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Adegan itu dicomot dari kanal YouTube Sekretariat Presiden di sini. Video bertanggal 8 Januari 2020 itu berisi kunjungan Jokowi ke Kepulauan Natuna.

Berikut perbandingan tangkapan layar video sesat kedua (kiri) dan video asli Sekretariat Presiden (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video sesat kedua (kiri) dan video asli Sekretariat Presiden (kanan)

Video ketiga

Selanjutnya, ada video lain berjudul "PERANG SADIS!! AUSTRALIA KERAHKAN RIBUAN TENTARA KE PULAU PASIR, UNTUK MELAKUKAN SERANG BALASAN!!"

Video berdurasi lima menit 23 detik itu diunggah ke YouTube di sini pada tanggal 23 November 2022 dan telah ditonton lebih dari 51.000 kali.

Image
Tangkapan layar video sesat ketiga, diambil pada tanggal 14 Desember 2022

Video tersebut disebar juga di Facebook di sini dengan jumlah tontonan 429.000 kali.

Pada menit 2:34, narator berujar, "Di bawah pimpinan jenderal bintang satu Korps Baret Ungu itu, sejumlah pasukan pendarat marinir menerobos pantai timur Pulau Pasir yang dikuasai tentara AS dan Australia. Tak hanya melibatkan unsur pasukan, sejumlah kendaraan amfibi dan alat utama persenjataan alutsista juga dikerahkan untuk membombardir sasaran."

Selanjutnya, pada menit 3:20, ia berkata, "Pihak Amerika Presiden Joe Biden menyatakan AS memiliki tanggung jawab khusus untuk menegakkan perdamaian internasional. Oleh karena itu, dia berharap agar negara itu tidak melemahkan sanksi terhadap Rusia, yang sangat secara tampak mendukung Indonesia dalam merebut Pulau Pasir."

Dari pencarian kata kunci di Google, AFP menemukan sumber asli narasi tersebut dari dua laporan berita, yakni Viva.co.id dan CNBC Indonesia.

Laporan berita Viva.co.id bertanggal 25 September 2021 itu berisi soal latihan militer Angkatan Laut RI di Kepulauan Riau.

Dalam laporan itu, Viva.co.id menulis, "Di bawah pimpinan jenderal bintang satu Korps Baret Ungu itu, sejumlah pasukan pendarat Marinir menerobos pantai yang dikuasai musuh. Tak hanya melibarkan unsur pasukan, sejumlah kendaraan amfibi dan alat utama sistem persenjataan (alutsista) juga dikerahkan, untuk membombardir sasaran."

Sementara CNBC Indonesia pada tanggal 6 April 2022 melaporkan komentar Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen soal peran Tiongkok dalam sanksi terhadap Rusia.

Paragraf pertama berita itu berbunyi, "Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan China memiliki tanggung jawab khusus untuk menegakkan perdamaian internasional. Oleh karena itu, dia berharap agar negara itu tidak melemahkan sanksi terhadap Rusia."

Adapun adegan berisi pidato Biden dicomot dari video NBC News tanggal tanggal 25 Maret 2022, saat Biden berpidato di depan tentara AS yang ditempatkan di Polandia di tengah perang Rusia-Ukraina.

Berikut ini perbandingan tangkapan layar video sesat ketiga (kiri) dan video asli NBC News (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video sesat ketiga (kiri) dan video asli NBC News (kanan)

Pulau Pasir bagian dari Australia

Abdul Kadir Jailani, dirjen Asia Pasifik dan Afrika di Kemlu RI, menegaskan bahwa Pulau Pasir adalah bagian dari wilayah Australia dan tidak pernah jadi milik Indonesia.

"Menurut Hukum Int, wilayah NKRI sebatas wilayah bekas Hindia Belanda. Pulau Pasir tidak pernah termasuk dlm administrasi Hindia Belanda. Dgn demikian, Pulau Pasir tidak pernah masuk dlm wilayah NKRI," tulisnya di utas Twitter pada tanggal 24 Oktober 2022.

Lanjutnya: "Pulau Pasir merupakan pulau yang dimiliki Australia berdasarkan warisan dari Inggris. Pulau tersebut dimiliki oleh Inggris berdasarkan Ashmore and Cartier Acceptance Act, 1933, dan dimasukkan ke dalam wilayah administrasi Negara Bagian Australia Barat pada tahun 1942."

Juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah juga berulang kali menyatakan bahwa Pulau Pasir adalah bagian dari Australia, dan Indonesia tidak mempermasalahkannya.

"Berdasarkan hukum internasional wilayah itu merupakan bagian dari Persemakmuran Inggris dengan batas wilayah yang disepakati di masa lalu antara Inggris dan Belanda," ucap Faizasyah, dalam wawancara dengan RRI pada tangal 25 Oktober 2022.

"Indonesia tidak pernah memiliki atau tidak punya klaim terhadap Pulau Pasir atau Ashmore Reef," katanya dalam sebuah pertemuan pers, seperti diberitakan Kompas.com pada tanggal 27 Oktober 2022.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami