
Klaim salah Toyota mengeluarkan mesin berbahan bakar air beredar di media sosial
- Diterbitkan pada hari 15/08/2025 pukul 11:38
- Waktu baca 6 menit
- Oleh: Bozhidar ANGUELOFF, AFP Bulgaria, AFP Nigeria
- Terjemahan dan adaptasi AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
"Dalam sebuah langkah yang akan mengguncang industri otomotif global, Toyota baru saja meluncurkan mesin bertenaga air yang ditenagai oleh hidrogen yang dibuat melalui elektrolisis - hanya mengeluarkan uap air! Tanpa lithium. Tidak ada stasiun pengisian daya. Hanya disrupsi murni," tulis keterangan postingan Instagram yang dibagikan pada tanggal 23 Juni 2025.
"Dengan langkah berani ini, Toyota tidak hanya bersaing dengan mobil listrik - mereka juga mendeklarasikan akhir dari era baterai."
Pada foto yang disertakan di dalam postingan tampak logo Toyota dan dua pria berjas berdiri di samping sebuah mesin. Terdapat pula tulisan berbahasa Inggris yang ejaannya sedikit salah, berbunyi: "BARU DIUMUMKAN".

AFP sebelumnya pernah menyanggah klaim tersebut saat ia beredar artikel bahasa Prancis dan Bulgaria.
Di dalam persaingan bisnis antara kendaraan bebas emisi -- terutama antara mobil listrik dan hidrogen -- harapan bahwa suatu hari nanti air akan menjadi bahan bakar adalah gagasan populer yang beberapa tahun terakhir muncul kembali. Namun, hipotesis soal air sebagai bahan bakar belum didukung oleh bukti ilmiah yang kuat, seperti yang sudah pernah dijelaskan AFP di sini.
Klaim bahwa Toyota sedang mengembangkan mesin berbahan bakar air adalah klaim salah.
Kendaraan hidrogen
Toyota belum pernah membuat pengumuman publik apa pun tentang "peluncuran" mesin bertenaga air, seperti diklaim oleh postingan tersebut.
"Kami tidak sedang mengembangkan apapun yang bisa dideskripsikan sebagai 'mesin air'" kata Jean-Yves Jault, seorang perwakilan Toyota Motor Corporation, kepada AFP melalui surat elektronik pada tanggal 23 Juli (tautan arsip). Jault menyebut klaim yang beredar di media sosial tersebut adalah "informasi salah". Ia juga merujuk kepada sebuah artikel Forbes yang juga memuat bantahan mereka terhadap rumor tersebut (tautan arsip).
Toyota memproduksi kendaraan yang menggunakan bahan bakar hidrogen. Mobil-mobil ini, misalnya mobil jenis Mirai, menggunakan bahan bakar yang diisi di stasiun khusus dan dilengkapi dengan baterai lithium-ion untuk menyimpan dan mengelola energi (tautan arsip).
Robert Rapier, seorang insinyur kimia dan penulis artikel Forbes tersebut, menjelaskan bahwa "air sebagai sumber tenaga kendaraan adalah omong kosong" (tautan arsip).
"Meskipun air dapat menjadi sumber energi, namun ia bukanlah bahan bakar. Air sebenarnya adalah hasil pembakaran hidrogen, yang merupakan bahan bakar. Air dihasilkan ketika hidrogen dibakar. Air dapat berfungsi sebagai sumber energi dalam beberapa situasi," tambahnya.
Proses Elektrolisis
Elektrolisis adalah proses saat arus listrik dialirkan melalui suatu zat untuk memicu reaksi kimia, memecah molekul air (H₂O) menjadi hidrogen (H₂) dan oksigen (O₂) (tautan arsip). Proses ini membutuhkan listrik dalam jumlah besar dan hanya efektif jika terdapat sumber energi yang stabil.
Elektrolisis tidak menghasilkan energi; melainkan mengonsumsinya untuk menghasilkan hidrogen, yang kemudian digunakan untuk menggerakkan kendaraan sel bahan bakar. Oleh karena itu, harus ada sumber listrik seperti baterai agar elektrolisis dapat bekerja di dalam mesin mobil.
"Namun, skenario seperti itu tidak efisien, karena setiap tahap konversi energi melibatkan kehilangan efisiensi. Itu adalah termodinamika dasar. Daripada menggunakan baterai untuk menghasilkan hidrogen melalui elektrolisis, yang kemudian harus diubah menjadi energi untuk menggerakkan mobil, akan jauh lebih efisien (dan praktis) jika hanya menggunakan listrik awal secara langsung tanpa langkah-langkah konversi," tulis Rapier dalam artikelnya.

Beberapa ahli juga mengonfirmasi proses ini kepada AFP. Professor Plamen Punov dari Sofia Technical University di Bulgaria, yang mengawasi proyek mahasiswa tentang sel bahan bakar hidrogen, menjelaskan bahwa hidrogen yang digunakan sebagai bahan bakar tidak diproduksi langsung di dalam kendaraan (tautan arsip).
"Semua mobil ini menghasilkan listrik dalam sel bahan bakar yang menggunakan hidrogen murni, yang telah diisi sebelumnya dalam botol. Saya tidak tahu keberadaan kendaraan [yang berbahan bakar air] semacam itu, dan secara teoritis akan sangat tidak efisien dan tidak praktis," tulisnya dalam surel kepada AFP pada tanggal 7 Juli 2025.
Profesor Boriana Tsaneva, seorang doktor kimia di universitas yang sama, juga mengonfirmasi kepada AFP melalui surel bahwa "secara teknis dimungkinkan untuk menggunakan elektrolisis guna memanfaatkan energi sisa kendaraan yang bergerak", tetapi opsi ini "tidak masuk akal secara ekonomi".
Selain biaya tinggi dan bobot tambahan akibat pemasangan sel elektrolisis dan komponen lainnya di dalam kendaraan, Tsaneva menambahkan bahwa campuran gas eksplosif yang dihasilkan akan sangat berbahaya. Campuran ini tidak dapat disimpan dengan aman dan perlu ditambahkan segera setelah produksi, ujarnya. Lebih lanjut, energi yang dapat digunakan dari pembakaran campuran gas tersebut juga sangat kecil.
Air sebagai pendingin, bukan bahan bakar
Rumor yang beredar itu kemungkinan besar bermula dari paten yang diajukan Toyota pada tahun 2023 untuk mesin hidrogen dengan sistem berpendingin air (tautan arsip). Pada desain mesin tersebut, air dipakai sebagai pendingin dan bukan udara seperti pada sistem yang biasa digunakan. Namun fungsi air di sini adalah sebagai pendingin, bukan bahan bakar.
Sistem ini mengendalikan suhu tinggi yang dihasilkan oleh pembakaran hidrogen dengan lebih baik. Dengan menurunkan suhu, produsen dapat menggunakan material yang lebih ringan di ruang bakar juga pada silinder, sehingga meningkatkan efisiensi mesin dan mengurangi bobot.
Toyota Mirai mengikuti teknologi mesin terkini ini: sel bahan bakar hidrogen yang menghasilkan listrik untuk menggerakkan motor listrik (tautan arsip). Hidrogen disimpan di dalam reservoir bertekanan tinggi, dan kendaraan diisi ulang di stasiun khusus. Satu-satunya produk sampingan dari konversi hidrogen menjadi listrik adalah uap air. Mobil ini tidak memiliki sistem elektrolisis untuk menghasilkan hidrogen dari air. Mobil ini dilengkapi dengan baterai lithium-ion.
Toyota juga menggunakan elektrolisis untuk menghasilkan hidrogen di beberapa fasilitasnya, tetapi proses ini berlangsung di luar kendaraan, bukan di dalam kendaraan (tautan arsip).
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang menuju kendaraan karbon netral, Toyota mengambil pendekatan multi-cabang (tautan arsip). Pendekatan ini mencakup pengembangan sel bahan bakar hidrogen, mesin pembakaran bertenaga hidrogen, dan baterai solid-state.
Saat ini kendaraan listrik bertenaga baterai mendominasi pasar transportasi bebas emisi, karena harganya yang terjangkau, efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi, dan infrastruktur pengisian daya yang terus berkembang (tautan arasip).
Namun, beberapa produsen mobil, termasuk Toyota, sedang mempertimbangkan mobil bertenaga hidrogen sebagai solusi pelengkap untuk transportasi berat dan perjalanan jarak jauh. Pengembangan skala besar mereka masih dibatasi oleh biaya produksi yang tinggi dan jaringan pengisian bahan bakar yang masih belum berkembang.
Sebagian besar analis sepakat bahwa masa depan mobilitas bebas emisi akan bergantung pada gabungan berbagai teknologi: Baterai akan tetap menjadi pilihan utama untuk mobil penumpang, sementara hidrogen dapat memainkan peran strategis di sektor-sektor tertentu, seperti truk jarak jauh, kendaraan berat, dan penggunaan industri tertentu (tautan arsip).
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami