Seseorang melakukan tes Covid-19 di Israel pada bulan Maret 2021 ( AFP / Jack Guez)

'Flurona': Infeksi simultan dua virus, bukan varian baru virus corona

Berbagai unggahan di media sosial mengklaim "flurona" adalah varian baru dari virus penyebab Covid-19. Klaim ini salah. Para ahli mengatakan istilah itu merujuk pada infeksi influenza dan virus corona secara bersamaan tetapi terpisah dan bukan varian baru. Mereka juga mengatakan kasus seperti itu jarang terjadi tetapi sudah pernah terdeteksi sebelumnya.

Unggahan itu dibagikan di Facebook di sini pada tanggal 5 Januari 2022.

Status unggahannya berbunyi: "VARIAN COVID 19

"CORONA
DELTA
OMNICRON
FLORONA".

Image
Tangkapan layar unggahan menyesatkan, diambil pada tanggal 11 Januari 2022

Klaim tentang "florona", juga ditulis "flurona", juga muncul di unggahan Facebook lainnya di sini, di sini, di sini dan di sini; serta di Twitter di sini dan di sini.

Klaim tersebut merupakan bagian dari berbagai informasi menyesatkan tentang Covid-19 yang beredar di internet.

Klaim "flurona" juga dibagikan dalam bahasa Inggris dan bahasa Prancis.

Laporan berita mengenai beberapa pasien yang terinfeksi Covid-19 dan influenza secara bersamaan, seperti kasus seorang wanita hamil yang tidak divaksinasi, tersebar luas di awal tahun 2022 saat terjadinya lonjakan kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omikron yang membuat berbagai negara mencatat rekor jumlah kasus baru.

Kasus pasien yang baru saja dites positif influenza dan Covid-19 di bulan Januari 2022 juga telah dilaporkan di kota Los Angeles.

Akan tetapi, klaim tentang "flurona" sebagai varian baru virus corona tidak benar.

"Ini adalah dua virus terpisah yang menggunakan reseptor berbeda," kata manajer insiden Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Abdi Mahamud, kepada wartawan saat konferensi pers pada tanggal 4 Januari 2022. "Mereka menggunakan mekanisme yang berbeda dan tidak ada banyak fertilisasi silang di antara keduanya. Mereka adalah spesies virus yang sama sekali berbeda."

Dihubungi oleh AFP pada tanggal yang sama, WHO mengatakan melalui surel: "Individu sering terinfeksi dengan beberapa patogen yang beredar bersama di masyarakat; dan karena semakin banyak orang yang dites, beberapa patogen dapat dideteksi."

"Namun, ini tidak selalu mengarah pada munculnya entitas penyakit baru ('flurona', seperti yang dilaporkan) ketika influenza dan SARS-CoV-2 menginfeksi individu yang sama," lanjut surel tersebut.

Selain itu, WHO juga menyatakan bukti-bukti masih diperlukan untuk lebih memahami interaksi antara kedua virus dan apakah tingkat keparahan penyakit lebih tinggi ketika ada koinfeksi, infeksi simultan oleh dua virus.

Meena Bewtra, profesor kedokteran dan ahli epidemiologi Universitas Pennsylvania, juga menolak klaim varian baru.

"Saya benar-benar dapat memastikan bahwa ini BUKAN hibrida atau varian Covid baru," melainkan kasus "ketika seseorang menderita flu dan Covid-19 — jadi dua infeksi virus yang terpisah — pada saat yang sama," katanya kepada AFP pada tanggal 5 Januari 2022.

“Hal ini tidaklah umum mengingat langkah yang kita lakukan untuk menghindari Covid (memakai masker, menjaga jarak) juga efektif menurunkan risiko terkena flu,” tambah Bewtra.

Para ilmuwan telah mengkhawatirkan tentang pandemi ganda flu dan Covid-19, serta dampaknya terhadap kapasitas rumah sakit. Meskipun jarang terjadi, koinfeksi ditemukan di beberapa negara bagian AS di tahun 2020, seperti di negara bagian California dan Texas.

Surat hasil penelitian yang diterbitkan di Journal of American Medical Association pada bulan April 2020 mengeksplorasi kemungkinan koinfeksi pada sampel populasi, mencari tanda-tanda SARS-CoV-2 serta patogen pernapasan lainnya pada pasien.

"Hasil ini menunjukkan tingkat koinfeksi yang lebih tinggi antara SARS-CoV-2 dan patogen pernapasan lainnya daripada yang dilaporkan sebelumnya ... Kehadiran patogen non-SARS-CoV-2 mungkin tidak memberikan kepastian bahwa pasien juga tidak menderita SARS-CoV-2," demikian kesimpulan para ilmuwan saat itu.

Laman di situs web Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), terakhir diperbarui pada bulan November 2021, juga menyatakan bahwa "seseorang dapat terinfeksi flu dan virus yang menyebabkan Covid-19 pada saat yang bersamaan dan memiliki gejala influenza dan Covid-19". Hal ini menegaskan bahwa kasus infeksi flu dan Covid-19 pada saat yang bersamaan pada seseorang bukanlah sesuatu yang baru.

Taison Bell, profesor dan dokter spesialis intensive care dan penyakit menular di Universitas Virginia, mengatakan pada tanggal 4 Januari 2022 bahwa dia menduga infeksi Covid-19 dan flu secara simultan akan menjadi lebih umum.

"Kita bisa menduga bahwa kita akan melihat hal ini lebih banyak karena kita mengalami musim flu yang lebih aktif tahun ini. Ini karena pemakaian masker yang lebih sedikit dan kita tidak sedang dalam karantina wilayah di sebagian besar daerah," kata Bell kepada AFP.

"Dapatkan vaksinasi untuk Covid (tentu saja) tetapi juga untuk flu karena [penyakit] ini juga dapat menyebabkan orang menjadi sakit dengan sendirinya," tambahnya.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami