Ini adalah video kegiatan orientasi siswa sebuah SMA di Afrika Selatan
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Rabu 12/02/2020 pukul 04:45
- Waktu baca 4 menit
- Oleh: Brett HORNER, Charlotte MASON, AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Video ini telah ditonton lebih dari 1,3 juta kali dan dibagikan lebih dari 17.000 kali sejak diunggah di Facebook tanggal 29 Januari 2020.
Video berdurasi sembilan detik itu menunjukkan sejumlah orang terkapar di tanah dengan kaki dan tangan bergetar. Sementara sejumlah orang lainnya terlihat memantau orang-orang yang tergeletak itu.
Berikut tangkapan layar video di unggahan menyesatkan itu:
Status Facebook tersebut adalah: “Kematian di cina semakin meningkat akibat virus Corona.
“Mudah mudahan kita dijauhi oleh ALLAH SWT dari virus Corona yang berbahaya ini,amin”.
Tiongkok, atau Cina, saat ini tengah menghadapi virus corona tipe baru yang telah membunuh lebih dari 1,100 orang dan menginfeksi setidaknya 44,000 orang di negara tersebut sejak kemunculannya di kota Wuhan pada akhir tahun 2019, menurut laporan AFP tertanggal 12 Februari 2020 ini.
Di sudut kiri atas video terdapat logo aplikasi media sosial video pendek TikTok dan nama akun @damiangelsenhuys.
Video yang sama juga telah dibagikan di sini di Facebook dengan klaim yang serupa dan telah ditonton lebih dari 730.000 kali dan dibagikan 10.000 kali.
Video tersebut juga telah tersebar dan dibagikan dengan klaim yang mirip dalam bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, Arab, Turki dan Khmer.
Klaim tersebut salah: video itu menunjukkan kegiatan orientasi siswa salah satu SMA di Afrika Selatan.
AFP menemukan video aslinya dimuat di akun TikTok @damiangelsenhuys, dimana video tersebut telah ditonton lebih dari 40 juta kali dan mendapat 1,5 juta kali.
Video itu mengundang ribuan komentar dari pengguna TikTok yang berspekulasi tentang apa yang terjadi di video itu. Banyak diantara yang berkomentar percaya kalau orang-orang yang tergeletak itu adalah korban wabah virus corona jenis baru.
Sementara sebagian lainnya menganggap kalau orang-orang di video itu adalah pemeran dalam sebuah film.
Namun beberapa petunjuk mengungkapkan bahwa video itu tidak diambil di Tiongkok namun di Afrika Selatan.
Pertama, akun @damiangelsenhuys memiliki nama Afrikaans, Geldenhuys, meskipun di akun TikTok itu tertulis “Gelsenhuys”.
Biro AFP di Johannesburg, di Afrika Selatan, mengonfirmasi bahwa bahasa yang dipakai orang-orang di video itu mirip bahasa Afrikaans. Namun, sulit dipahami apa yang dikatakan orang-orang itu karena latar belakang video yang bising.
Petunjuk lebih lanjut mengisyaratkan bahwa tayangan itu diambil di sebuah sekolah. Menjawab orang-orang yang berkomentar bahwa video itu menunjukkan orang-orang yang terinfeksi virus corona, @damiangelsenhuys berkomentar dalam bahasa Inggris: “Teman-teman, ini adalah orientasi. Tidak ada hal buruk yang terjadi pada kami”.
Ada petunjuk-petunjuk visual lain di akun TikTok Damian, termasuk foto profilnya, di mana dia terlihat memegang kaos hitam dengan logo kepala ular dengan rahang yang menonjol. Kotak dengan tulisan “LOWVELD” di sudut kiri bawah foto itu.
Pencarian kata kunci “snake” (ular) dan “lowveld” di Google menemukan halaman Facebook Lowveld Venom Suppliers, sebuah perusahaan yang fokus pada kursus penanganan ular di provinsi Mpumalanga, Afrika Selatan.
Logo Lowveld Venom Suppliers cocok dengan logo di kaos yang diperlihatkan di foto profil TikTok @damiangelsenhuys.
Berikut perbandingan tangkapan layar kaos di foto profil TikTok @damiangelsenhuys (kiri) dan logo perusahaan itu (kanan).
AFP tak berhasil menghubungi pemilik akun TikTok @damiangelsenhuys, tapi berhasil mengontak Andrew Geldenhuys, manajer sukarelawan Lowveld Venom Suppliers.
Geldenhuys mengonfirmasi kepada AFP kalau dia adalah ayah Damian, pemilik akun TikTok yang pertama kali mengunggah video itu.
Dia mengatakan tayangan video itu menunjukkan acara orientasi SMA dan “tidak ada hubungannya dengan virus corona”.
“Kegiatan itu disebut bomskok dan mereka berpura-pura berada dalam kondisi ledakan bom atau bencana dan mereka harus menggoyang-goyangkan tubuh mereka,” Geldenhuys mengatakan kepada AFP lewat sambungan telepon.
Dia mengatakan video itu diambil sekitar tanggal 28 Januari 2020 di sekolah anaknya di provinsi Gauteng, Afrika Selatan. Dia meminta AFP tidak mempublikasikan nama sekolah itu untuk melindungi privasi anaknya.
AFP melacak sekolah tersebut secara online dan menemukan seragam siswanya cocok dengan seragam yang dipakai orang-orang di video.
“Lucunya dia datang pada saya sebelum ini dan bertanya apa yang akan saya belikan untuk dia jika dia mendapat 1.500 like di salah satu videonya,” katanya. “Apakah saya akan membelikan dia telepon genggam? Beruntung saya katakan tidak karena mungkin sekarang saya sudah berhutang Ferrari padanya!”
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami