
Unggahan menyesatkan mengklaim vaksin pertama dibuat di bawah pemerintahan Turki Usmani
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari 12/05/2020 pukul 10:10
- Diperbarui pada hari 24/09/2021 pukul 06:52
- Waktu baca 3 menit
- Oleh: AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Klaim menyesatkan itu telah dibagikan lebih dari 550 kali sejak diunggah di Facebook di sini pada tanggal 5 Mei 2020.

Dua paragraf awal dalam unggahan itu adalah: “VAKSIN...
Vaksin pertama kali dibuat di bawah kekhalifahan Ottoman. Tahun 1717, Lady Mary Montagu istri dubes British di Istanbul, menulis surat kepada beberapa temannya bahwa di Istanbul ada sesuatu ‘yang disebut vaksinasi’ dalam mengobati orang cacar di Istanbul.
“Lady Mary menceritakan bahwa perempuan dan anak-anak dikumpulkan lalu di lengan mereka dibuat semacam goresan. Setelah itu diberi sesuatu dan mereka akan mengalami demam ringan, selanjutnya akan menjadi imun. Surat ini adalah dokumentasi tertua menyangkut produksi dan pemakaian vaksin. Surat-surat tersebut tertanggal 1 April 1717.”
Lady Mary Wortley Montagu adalah seorang esais dan feminis, juga istri Edward Wortley Montagu, yang tahun 1716 ditunjuk sebagai duta besar Inggris di Turkey, menurut Encyclopaedia Britannica.
Klaim yang sama juga telah dibagikan lebih dari 180 kali setelah diunggah di Facebook di sini, di sini, di sini dan di sini.
Klaim tersebut menyesatkan. Menurut berbagai rekaman sejarah, vaksin pertama diperkenalkan pada tahun 1796 oleh seorang dokter Inggris bernama Edward Jenner. Prosedur medis sebelum itu dikenal dengan “variolasi” atau “inokulasi”.
Surat Lady Montagu yang bercerita tentang imunisasi di Turki itu bertanggal 1 April 1717. Surat itu bisa dibaca di sini.
Dia mengirim surat tersebut kepada sahabatnya Sarah Chiswell di London untuk menjelaskan prosedur medis di Turki untuk menangkal penyakit cacar.
AFP telah menandai bagian yang menyebut prosedur medis yang dimaksud di surat Lady Montagu.

Diterjemahkan ke bahasa Indonesia, bagian yang ditandai itu artinya: “Selanjutnya dia membuka bagian yang tubuh yang diinginkan dengan jarum besar (sakitnya tidak lebih dari luka goresan) dan memasukkan racun ke dalam pembuluh darah sebanyak yang bisa ditampung pada ujung jarum, selanjutnya luka itu dirapatkan dengan cangkak, dan dengan cara ini membuka empat atau lima pembuluh darah.”
Prosedur yang digambarkan Lady Montagu di suratnya tersebut dikenal dengan “variolasi”, menurut linimasa pada historyofvaccines.org, website yang dikelola oleh Sekolah Kedokteran Philadelphia.
Menurut linimasa tersebut, variolasi, juga dikenal dengan “inokulasi”, telah dipraktikkan di Tiongkok, Afrika dan Turki sebelum dikenal di Eropa. Lady Montagu dianggap sebagai orang yang membawa praktik medis tersebut ke Inggris, di mana dia memerintahkan seorang dokter melakukan variolasi pada anak perempuannya di tahun 1721.
Variolasi menggunakan bentuk virus yang lebih ringan yang diambil dari bintil pasien cacar untuk untuk menciptakan imunitas melawan penyakit cacar, menurut Encyclopaedia Britannica di sini.
“Variolasi tidak bebas resiko. Tidak saja pasien bisa terbunuh karena prosedur itu, tapi bentuk ringan dari penyakit yang diidap pasien bisa menyebar, dan lebih jauh dapat menimbulkan pandemi. Korban variolasi dapat ditemukan di semua strata sosial; Raja George III kehilangan seorang putra karena prosedur itu, begitu juga dengan warga lainnya,” Perpustakaan Medik Nasional Amerika Serikat menjelaskan di sini.
Vaksin cacar pertama, diciptakan oleh Jenner pada tahun 1796 sebagai alternatif variolasi, adalah vaksin sukses pertama di dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia di sini dan Perpustakaan Medik Nasional Amerika Serikat di sini.
“Vaksin pertama diperkenalkan oleh dokter Inggris, Edward Jenner, yang tahun 1796 menggunakan virus cacar sapi (vaccinia) untuk memberikan perlindungan melawan cacar, virus yang sejenis, pada manusia,” tulis Encyclopaedia Britannica di sini.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami