Tidak semua foto terkait dengan wabah influenza global yang terjadi seabad yang lalu
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari 24/06/2020 pukul 12:15
- Waktu baca 7 menit
- Oleh: Brett HORNER, AFP Afrika Selatan, AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Salah satu unggahan itu muncul di Facebook di sini pada tanggal 14 Juni 2020 dan telah dibagikan lebih dari 160 kali.
Terdapat tiga belas foto dan poster di unggahan tersebut. Foto-fotonya sendiri memperlihatkan orang-orang mengenakan masker, penutup wajah dan aula besar yang diubah menjadi bilik-bilik. Sementara itu, poster-posternya mengenai karantina wilayah.
Status unggahan itu berbunyi: “Pandemi flu tahun 1918”.

Foto-foto itu juga dibagikan lebih dari 500 kali setelah diunggah di Facebook di sini, di sini, di sini dan di sini; serta di Twitter di sini dan di sini. Foto itu juga diterbitkan dan oleh portal berita online di sini dan di sini.
Foto-foto dengan klaim dalam bahasa Inggris juga telah dibagikan lebih dari 371.000 kali di India di sini, di Afrika Selatan di sini, di Bangladesh di sini, di Pakistan di sini, dan di Amerika Serikat di sini.
Pandemi influenza 1918 – terkadang disebut sebagai Flu Spanyol – adalah salah satu pandemi yang paling mematikan dalam catatan sejarah. Berlangsung hingga 1920, virus flu itu menginfeksi sekitar 500 juta orang (kira-kira sepertiga dari populasi dunia pada saat itu) dan diperkirakan 50 juta jiwa meninggal dunia.
AFP Fact Check melakukan pencarian gambar terbalik menggunakan Google, Yandex dan TinEye untuk melacak asal-usul setiap foto yang diunggah di unggahan menyesatkan. Kami menemukan enam foto yang tidak terkait dengan pandemi flu 1918.
Foto-foto yang tidak berkaitan dengan pandemi
Foto dua wanita bertopi sedang berjalan sambil mengenakan penutup wajah diambil lima tahun sebelum wabah influenza besar tersebut. AFP Fact Check di Thailand telah menerbitkan artikel periksa fakta ini dengan mengutip juru bicara agensi foto Jerman, Süddeutsche Zeitung Foto, yang mengatakan foto itu menunjukkan mode “penutup hidung” pada tahun 1913.

Foto lainnya yang memperlihatkan dua wanita memakai pelindung wajah plastik berbentuk kerucut, berasal dari tahun 1939 di Montreal, Kanada, menurut situs arsip nasional Belanda dan Spaarnestad Collection, yang memiliki hak cipta foto itu. Keterangan foto itu menyatakan pelindung wajah berbentuk kerucut digunakan untuk perlindungan terhadap salju.

Cuaca buruk juga membuat dua wanita lain mengenakan pelindung transparan setengah badan pada tahun 1953 yang merupakan foto Associated Press (AP) yang bisa dilihat di sini.

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, keterangan foto AP berbunyi: “Surplus jubah gas perang digunakan oleh Meriel Bush, kiri, dan Ruth Neuer, dalam upaya untuk menghindari efek menyengat dari kabut asap dan asap yang menggantung rendah yang menyelimuti Philadelphia dalam dua hari berturut-turut, 20 November 1953. Kondisi cuaca yang aneh di seluruh daerah timur dituduh menyebabkan kabut asap.”
Penggunaan perlengkapan di masa perang yang lebih konvensional dapat dilihat di foto yang memperlihatkan seorang ibu yang mendorong kereta bayi. Foto itu diambil dari situs web penyedia foto stok Getty Images, di sini.
Keterangan foto berbahasa Inggris itu diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai: “Latihan Keadaan Darurat Gas, 9 Juni 1941: Seorang ibu muda yang mengenakan masker gas mengurus masker gas kereta dorong anaknya selama latihan keadaan darurat gas dadakan di Kingston.”

Poster iklan telepon yang dimaksudkan untuk memperlihatkan kehidupan saat pandemi sebenarnya berasal dari tahun 1910. Poster itu muncul di koran lokal berbasis di Missouri, AS, St. Louis Post-Dispatch, pada tanggal 17 November 1910. Walaupun Bell Telephone dipasarkan sebagai cara bagi orang-orang untuk tetap berhubungan “saat di karantina”, iklan tersebut muncul bertahun-tahun sebelum pandemi flu. Pada saat itu wabah penyakit lainnya tengah merebak dan merupakan hal yang umum jika kemudian pihak berwenang memberlakukan isolasi untuk mengatasinya.

Poster lainnya yang bertuliskan “Stay at home” berasal dari abad yang sama sekali berbeda dan lebih berhubungan dengan pandemi COVID-19. Poster itu dirancang sebagai “ajakan untuk bertindak” melawan virus corona karya ilustrator Prancis, Mathieu Persan, menurut sebuah wawancara di sini.

Foto yang berkaitan dengan pandemi flu 1918
AFP Fact Check menemukan foto-foto yang tersisa di unggahan menyesatkan memang berkaitan dengan pandemi flu 1918, menurut informasi dari berbagai koleksi dan arsip.
Foto-foto itu, yang dilisensi Getty Images, menunjukkan pusat karantina, seorang wanita yang menggunakan alat pernapasan, polisi Seattle mengenakan masker, seorang perawat Palang Merah, bangsal flu di Rumah Sakit Walter Reed dan dua wanita dengan masker wajah.

Poster yang menampilkan seorang petugas medis perempuan berasal dari tahun 1918, seperti yang bisa dilihat di situs web penyedia foto stok, Alamy, di sini.
Poster itu menawarkan saran tentang cara mencegah terinfeksi virus flu, termasuk tips untuk membuat masker.

Foto trem dengan poster berbunyi “SPIT SPREADS DEATH” yang artinya “AIR LUDAH MENYEBARKAN KEMATIAN” diterbitkan baru-baru ini oleh The New York Times sebagai bagian dari artikel mengenai dampak mematikan pandemi di Philadelphia. Kalimat di poster itu dikreditkan kepada Historical Medical Library of the College of Physicians of Philadelphia tertanggal Oktober 1918.

Foto lainnya yang memperlihatkan sebuah keluarga yang mengenakan masker kain termasuk kucing mereka bisa dilihat di arsip online California di sini dan di sini. Kedua arsip tersebut tidak mencantumkan nama keluarga itu, tetapi sebuah artikel ini dari museum lokal tentang respons kota Pleasanton, California terhadap pandemi mengidentifikasi mereka sebagai keluarga Del Perugia.

Foto terakhir yang memperlihatkan seorang anak laki-laki berdiri di depan gedung teater yang ditutup diambil di Toronto, Kanada. Foto itu muncul di video ini yang dinarasikan oleh sejarawan lokal dan juga muncul di artikel berita yang terbit pada bulan April 2020. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, keterangan foto itu berbunyi: “Seorang loper koran menjual surat kabar di depan Toronto Loew’s Downtown, sekarang Elgin, selama pandemi flu Spanyol tahun 1918. MIRVISH ARCHIVES ”.

Foto Google Street View ini mengonfirmasi loper koran itu berdiri di depan Teater Elgin di Toronto; loket dengan bentuk sudutnya yang khas dan pintu masuk kaca di sebelah kanan cocok dengan foto asli teater itu.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami