Pasca kerusuhan di Jakarta, sejumlah video menyalahkan atau membebaskan polisi Thailand atas tuduhan memukuli orang -- tapi semuanya itu menyesatkan

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Rabu 19/06/2019 pukul 10:05
  • Diperbarui pada hari Sabtu 15/01/2022 pukul 11:29
  • Waktu baca 4 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Setelah video polisi Indonesia memukuli seorang demonstran muncul di dunia maya, postingan media sosial membagikan video tersebut tapi juga mengklaim bahwa tangkapan gambar itu menunjukkan insiden di Thailand. Kemudian, postingan baru muncul dengan mengunggah video konferensi pers polisi Thailand yang konon diadakan untuk menyangkal keterlibatan apa pun dalam soal kekerasan di Jakarta. Semua klaim tersebut salah: Polri telah mengakui video pertama menunjukkan aparat mereka memukuli seorang demonstran di Jakarta; video kedua telah diedit dari video konferensi pers polisi Thailand di bulan Januari 2019 tentang remaja Saudi yang mencari suaka, dan sejatinya video kedua itu diposting sebagai lelucon. 

Setelah kerusuhan di Jakarta tanggal 21-22 Mei, rekaman gambar yang menunjukkan polisi memukuli seorang demonstran dibagikan di postingan media sosial, misalnya di sini di Twitter pada tanggal 24 Mei 2019, menyalahkan Polri atas kekerasan tersebut. 

Berikut tangkapan layar postingan Twitter itu: 

Image
Tangkapan layar postingan Twitter

Klaim 1: ‘Pemukulan polisi di Thailand, bukan Indonesia’ 

Postingan lain kemudian membagikan video yang sama, seperti ini dan ini di Twitter dan ini di YouTube, tapi dengan klaim video tersebut menampilkan insiden di Thailand. 

Salah satu cuitan tertanggal 24 Mei 2019 berbunyi: “Sekarang anda sebarbarkan video polisi di Thailand ini dan MENUDUH itu tidakan Polri.... apa anda kepingin dicyduk juga??”

Klaim 2: ‘Foto konferensi pers polisi Thailand 

Beberapa hari setelah postingan tersebut, foto dan video diunggah dan diklaim menunjukkan polisi Thailand mengadakan konferensi pers untuk menyangkal aparat mereka telah memukuli seseorang. 

Foto tersebut, misalnya diposting di Instagram di sini, di Twitter di sini serta di Facebook di sini, mengunggah tangkapan layar video pemukulan oleh polisi, foto seorang polisi Thailand, dan teks yang terbaca: 
“Pernyataan Kepolisian Thailand melihat kejadian pemukulan terhadap demonstran tersebut bukan kejadian di Thailand.
Beliau menyayangkan pernyataan Kapolri Tito Karnavian yang mencoba mencari kambing hitam untuk melindungi anggotanya yang melanggar HAM.”

Berikut adalah tangkapan layar postingan Instagram tersebut: 

Image
Tangkapan layar postingan Instagram yang menyesatkan

Klaim 3: ‘Video konferensi pers polisi Thailand’ 

Video yang telah ditonton ratusan ribu kali di Facebook di sini, juga di sini (telah dihapus), serta di sini di YouTube, menunjukkan seorang polisi Thailand yang berbeda sedang memberikan keterangan pers dalam bahasa Thailand. 

Baris pertama keterangan Facebook yang panjang itu berbunyi: “STOP MENCARI KAMBING HITAM, STOP FRAMING.” 

Baris terakhir berbunyi: “Klarifikasi Polisi Thailand atas kekerasan yang terjadi di Kampung Bali, Pattaya Thailand.”

Subtitel bahasa Indonesia di bagian bawah video yang menyesatkan itu berbunyi, antara lain: 
“Pertama-tama kami kepolisian Thailand menyampaikan duka-cita atas pemukulan warga Kampung Bali oleh polisi yang akhir-akhir ini sedang ramai atau viral media sosial ya kan… Tapi perlu kalian ketahui, bahwa bukan kami pelaku pemukulan tersebut. Sumpah… Kami tak mengetahui itu. Kami juga kaget, kok polisi Thailand disebut-sebut pada aksi tersebut.”

Berikut tangkapan layar postingan Facebook itu: 

Image
Tangkapan layar postingan Facebook yang menyesatkan

Membongkar klaim

Semua klaim itu salah. 

Polri telah mengonfirmasi bahwa video pertama memang menunjukkan aparat mereka memukuli seorang demonstran di Kampung Bali di Jakarta setelah terjadinya protes pengumuman resmi Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum. 

Dalam keterangan kepada wartawan, seperti dilaporkan di sini, Polri mengatakan video itu menunjukkan tersangka perusuh bernama A, alias Andri Bibir, ditangkap pada Kamis pagi, tanggal 23 Mei 2019. 

Postingan Instagram tersebut tidak menunjukkan konferensi pers Thailand baru-baru ini. Polisi yang ditampilkan di foto tersebut adalah Somyot Poompanmoung, kepala polisi Thailand dari bulan Oktober 2014 sampai ia pensiun di bulan September 2015. Sejak bulan Februari 2016, ia menjabat presiden Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT). 

Video konferensi pers Thailand itu sebenarnya dari bulan Januari 2019 dan menunjukkan Letjen Polisi Surachate Hakparn, saat itu kepala imigrasi Thailand, memberikan keterangan kepada media tentang kasus Rahaf Mohammed Alqunun, remaja Saudi pencari suaka. 

Video yang menyesatkan itu telah diedit dari video Associated Press (AP) ini, yang diunggah pada tanggal 15 Januari 2019 ke kanal Youtube kantor berita yang diverifikasi itu.  

Dari detik ke-12, video AP itu berisi konten yang sama seperti klip di postingan yang menyesatkan. 

Postingan YouTube video AP itu berjudul: “Polisi Thailand: Ayah menyangkal melukai remaja Saudi”. 

Keterangan video AP tersebut sebagian berbunyi: 
“(9 January 2019) Kepala imigrasi Thailand mengatakan ayah wanita muda Saudi yang melarikan diri dari keluarganya untuk mencari suaka di luar negeri menyangkal telah melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap dia atau mencoba memaksa dia menikah, dua alasan yang ia berikan kenapa ia kabur. 
Sang ayah mengatakan ia ingin anaknya kembali tapi menghormati keputusannya. 
Rahaf Mohammed Alqunun, wanita yang berusia 18 tahun itu, menolak menemui ayahnya, yang datang ke ibu kota Thailand pada hari Selasa. 
Sang ayah, yang namanya belum dipublikasikan, mengatakan ia percaya putrinya melarikan diri karena dia merasa diabaikan. 
Letjen Polisi Surachate Hakparn mengatakan sang ayah adalah gubernur di Arab Saudi dan memiliki 10 anak.”

Ini adalah laporan AP tentang konferensi pers itu. 

Surachate bukan lagi anggota polisi Thailand: menurut laporan harian Bangkok Post tertanggal 9 April 2019, dia dimutasi dari kepolisian ke dinas sipil, dan menjadi penasehat khusus di Kantor Perdana Menteri.

Video yang menyesatkan dengan klaim palsu pers konferensi Thailand itu pertama dibagikan pada tanggal 27 Mei 2019 di postingan Facebook ini sebagai lelucon. 

Keterangan di video satir itu mengatakan: “Klarifikasi Polisi Thailand atas kekerasan yang terjadi di Kampung Bali, Pattaya Thailand.” 

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami