Tidak, jalan tol di foto ini tidak berada di Indonesia dan tidak dibangun pada masa pemerintahan Presiden Jokowi
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Selasa 02/04/2019 pukul 11:22
- Waktu baca 2 menit
- Oleh: AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Status Facebook dalam postingan tersebut, seperti di sini, mengklaim jalan tol tersebut menghubungkan Cileunyi, Sumedang dan Dawuan di provinsi Jawa Barat.
Berikut tangkapan layar salah satu postingan di Facebook:
Keterangan foto pada postingan tersebut berbunyi: “INILAH JALAN TOL TERKEREN DI INDONESIA, CILEUNYI - SUMEDANG - DAWUAN, YANG MEMBELAH GUNUNG DAN MASUK GUNUNG…..
HANYA ADA DI ERA #JOKOWI.”
Postingan hoax tersebut juga mengajak orang untuk memilih Jokowi. Berikut lanjutan status pada postingan tersebut:
Postingan lain juga memuat foto yang sama, seperti ini dan ini, dan mengklaim jalanan tersebut berada di Jawa Barat serta mengajak memilih Jokowi di Pilpres 2019.
Foto yang sama dengan klaim yang sama juga ditemukan beredar di Twitter, termasuk ini dan ini.
Sebelumnya postingan foto yang sama juga beredar di media sosial India dan mengklaim jalan tersebut sebagai jalan nasional di India bagian barat. AFP telah melakukan pemeriksaan fakta terhadap foto tersebut dan menerbitkan hasilnya pada tanggal 14 Februari 2019. AFP yakin jalan tersebut adalah jalan tol Mersin-Antalya di Turki. Hasil pemeriksaan fakta AFP bisa dibaca di sini.
Berikut perbandingan antara tampilan satelit Google Map tol Mersin-Antalya dan foto pada postingan Facebook tersebut. AFP telah melingkari beberapa bagian penting sebagai perbandingan:
Perlu dicatat bahwa Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan memang sedang dibangun di provinsi Jawa Barat. Ini laporan The Jakarta Post tentang proyek tol tersebut, dan ini situs resmi pemerintah tentang proyek yang dimaksud.
AFP menerbitkan laporan versi bahasa Inggris pemeriksaan fakta ini pada tanggal 29 Maret 2019.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami