Unggahan menyesatkan mengklaim Google dan Apple menghapus Palestina dari peta di aplikasi mereka
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Kamis 13/08/2020 pukul 10:45
- Waktu baca 2 menit
- Oleh: AFP Australia, AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2024. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Salah satu video dengan klaim menyesatkan itu telah ditonton lebih dari 1.400 kali setelah diunggah di Facebook di sini pada tanggal 18 Juli 2020.
Video dengan durasi 25 detik itu memperlihatkan tangkapan layar daerah yang ditandai sebagai “Israel” dan “Jalur Gaza” di Google Maps.
Berikut tangkapan layar unggahan menyesatkan itu:
Status yang menyertai video itu berbunyi: “Nama Palestina hilang di Google map
“Kalian boleh menghapus Palestina dari Peta manapun,tapi ia akan selalu ada di hati kami,
Hati Umat Islam.”
Unggahan itu dibuat tidak lama setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan berniat memulai rencana aneksasi di wilayah Tepi Barat.
Klaim yang sama juga telah diunggah di Facebook di sini, di sini, di sini, di sini dan di sini; juga di Twitter di sini, di sini dan di sini.
Klaim yang mirip juga dibuat dalam bahasa Inggris dan diunggah di Facebook di sini dan di Instagram di sini.
Namun klaim tersebut salah.
Menanggapi unggahan dengan klaim tersebut, seorang juru bicara Google mengatakan kepada AFP melalui email pada tanggal 20 Juli 2020 bahwa Google belum membuat perubahan apapun menyangkut perbatasan atau teritori di wilayah yang terlihat pada peta tersebut dan belum pernah menggunakan label Palestina di Google Maps.
Juru bicara tersebut mengarahkan AFP pada dua laporan media yang dimuat tahun 2016, yakni laporan yang dimuat oleh media teknologi Engadget ini dan laporan yang dimuat oleh media Prancis Le Monde ini. Pihak Google dikutip dalam laporan media itu bahwa Palestina tidak pernah ada sebagai label dalam layanan peta yang dibuat perusahaan itu.
Christine Leuenberger, seorang dosen senior di Universitas Cornell yang memiliki spesialisasi di bidang sejarah dan sosiologi kartografi di Israel dan wilayah Palestina, mengatakan kepada AFP melalui email pada tanggal 21 Juli 2020 bahwa “kata Palestina belum pernah ada di peta-peta ini – paling banyak dipakai adalah terma West Bank (Tepi Barat) dan Gaza.”
“Di dalam peta, nama ‘Palestina’ biasanya berhubungan dengan Palestina historis sebelum berdirinya negara Israel dan tidak digunakan di media mainstream di negara-negara Barat,” kata Leuenberger.
“Biasanya teritorial Palestina ditandai dengan garis batas putus-putus, yang berarti wilayah sengketa dan teritorial tersebut (Gaza dan Tepi Barat) hingga saat ini tanpa nama. Kadang-kadang, teritorial tersebut ditandai dengan garis batas putus-putus dan diberi label ‘Tepi Barat’ dan ‘Gaza’.”
Apple tidak menjawab permintaan komentar dari AFP.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami