Video ini memperlihatkan salat Jumat untuk menghormati korban penembakan di masjid Christchurch di tahun 2019
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Jumat 01/05/2020 pukul 09:45
- Waktu baca 3 menit
- Oleh: AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Video berdurasi dua menit dan 10 detik ini yang memperlihatkan orang-orang berkumpul di taman diunggah di Facebook pada tanggal 21 April 2020. Klip tersebut telah ditonton lebih dari 203.000 kali dan dibagikan lebih dari 4.400 kali.
Status unggahan itu berbunyi: “Kabar Terbaru dari NEW ZEALAND
Subhanallah,,,, masyarakat New Zealand pd belajar Wudhu.
Dan Kumpul di Lapangan.
Mereka Mulai Belajar dan Mendalami Islam
“Kalau Allah Sudah Berkehendak,, ! Semua bisa terjadi.
Allahu Akbar !!!
Sungguh Allah Maha Pembolak Balik Hati Manusia.”
Berikut tangkapan layar unggahan menyesatkan itu:
Video itu telah ditonton lebih dari 14,000 kali setelah diunggah dengan klaim serupa pada bulan April 2020 di sini, sini dan sini.
Video yang sama telah dibagikan sejak pertengahan bulan April 2019 dengan klaim mirip di Facebook di sini, di sini dan di sini; di Twitter di sini dan di sini; serta di YouTube di sini dan di sini – dan telah ditonton lebih dari satu juta kali.
Akan tetapi, klaim itu salah. Video tersebut cocok dengan berbagai laporan tentang salat Jumat di Christchurch, Selandia Baru, yang dilakukan untuk memberikan penghormatan kepada korban penembakan di dua masjid di kota itu pada bulan Maret 2019.
Pencarian gambar terbalik di Yandex menemukan video yang sama diunggah di Twitter di sini pada tanggal 5 April 2019.
Cuitan berbahasa Inggris tersebut jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia berbunyi: “Salat Jumat lainnya di Selandia Baru. Lihatlah jumlah non-muslim yang berkumpul untuk mengekspresikan solidaritas dengan para muslim. #ChristchurchAttack”.
Another Juma prayer in New Zealand ?? Look at the number of non-Muslims who gathered to express solidarity with Muslims. #ChristchurchAttack pic.twitter.com/htsvVqxuQ2
— Danyal Gilani (@DanyalGilani) April 5, 2019
Pada tanggal 15 Maret 2019, Selandia Baru dikagetkan oleh serangan yang dilakukan seorang pria bersenjata terhadap dua masjid di kota Christchurch saat salat Jumat dan menewaskan 51 orang jemaah, AFP melaporkan di sini.
Berikut perbandingan tangkapan layar antara adegan-adegan di video menyesatkan (kiri) dan video di Twitter (kanan):
Adegan yang terlihat dalam video cocok dengan laporan tentang salat Jumat dan acara solidaritas di Christchurch yang diadakan pada tanggal 22 Maret 2019, satu minggu setelah penembakan di masjid.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, laporan AFP tertanggal 22 Maret 2019 ini mendeskripsikan adegan yang terlihat dalam video: “Satu spanduk yang dipegang oleh dua orang, di dekat para pria muslim berwudu sebelum salat, berbunyi: ‘Kami mendukung tetangga muslim kami.’”
Jurnalis AFP yang melaporkan acara solidaritas tersebut juga mengonfirmasi rekaman gambar itu berasal dari salat Jumat yang diadakan di hari tersebut.
Video di unggahan menyesatkan juga sesuai dengan rekaman video ini tertanggal 22 Maret 2019 yang diunggah di saluran YouTube Guardian. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, video itu berjudul: “Ribuan orang berkumpul di Christchurch untuk memperingati satu minggu setelah penembakan maut di Masjid.”
Di menit 1:01:09 di video Guardian, seorang pria sedang memberikan khotbah di panggung dalam bahasa Inggris. Dia berkata: “Terima kasih kepada mereka yang membawakan kami makanan dan menopang kami saat kami merasa sulit untuk berdiri. Terima kasih, Selandia Baru, karena mengajarkan kepada dunia apa artinya mencintai dan peduli.”
Kalimat yang sama di khotbah itu bisa didengar di menit ke 1:02 di video di unggahan menyesatkan.
Keterangan video Guardian berbunyi: “Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menghadiri salat Jumat di Taman Hagley, di seberang Masjid Al Noor, satu minggu setelah pembunuhan 50 orang dalam penembakan massal terburuk di negara itu.
“Panggilan salat akan disiarkan di televisi dan radio Selandia Baru dan akan ada mengheningkan cipta selama dua menit bagi para korban. Beberapa warga Selandia Baru akan mengenakan kerudung sebagai bentuk dukungan kepada wanita muslim.”
Taman Hagley di Christchurch terletak di seberang Masjid Al Noor, salah satu masjid yang diserang oleh pelaku penembakan.
Pria yang memberikan khotbah adalah imam Masjid Al Noor, Gamal Fouda, seperti bisa dilihat di video AFP bertanggal 22 Maret 2019 ini.
Kegiatan salat Jumat tersebut juga dilaporkan oleh radio Selandia baru, RNZ, pada tanggal 22 Maret 2019 di sini dengan judul: “Masyarakat berkumpul di Taman Hagley dengan membawa pesan solidaritas.”
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami