Video ini menunjukkan aksi unjuk rasa di depan kompleks DPR RI pada tahun 2019

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Jumat 09/10/2020 pukul 12:20
  • Waktu baca 2 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Sebuah rekaman video telah ditonton jutaan kali di Facebook dan YouTube dengan klaim yang menyatakan video itu memperlihatkan demonstrasi menentang UU Cipta Kerja di depan Gedung DPR RI pada bulan Oktober 2020. Klaim itu salah: ini adalah video lama yang menunjukkan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI di Jakarta pada bulan September 2019. 

Rekaman video itu muncul di Facebook di sini pada tanggal 6 Oktober 2020 dan telah ditonton lebih dari 2,4 juta kali serta dibagikan lebih dari 17.000 kali.

Status unggahan itu berbunyi: “Buruh Demo Menolak Omnibus Law”. 

Image
Tangkapan layar unggahan menyesatkan, diambil pada tanggal 8 Oktober 2020

Ribuan orang berunjuk rasa sejak tanggal 6 Oktober 2020 di Jakarta untuk menentang UU Cipta Kerja yang menurut para kritikus merugikan hak-hak buruh dan juga bisa merusak lingkungan, AFP melaporkan

Video yang sama juga dibagikan dengan klaim serupa di Facebook di sini, di sini, di sini dan di sini; serta di YouTube di sini dan di sini

Akan tetapi, klaim itu salah.

Pencarian gambar terbalik diikuti dengan pencarian kata kunci di Google menemukan video asli diunggah oleh Kompas TV di saluran YouTubenya di sini pada tanggal 24 September 2019, yang berjudul: “TERKINI - Memanas, Polisi Lepaskan Water Canon ke Demonstran di Depan Gedung DPR RI”. 

Berikut perbandingan tangkapan layar antara video di unggahan menyesatkan (kiri) dan video Kompas TV (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar antara video di unggahan menyesatkan (kiri) dan video Kompas TV (kanan)

Polisi menembakkan gas air mata saat mahasiswa melakukan aksi demonstrasi di Jakarta untuk memprotes sejumlah undang-undang dan RUU kontroversial pada tanggal 24 September 2019, lapor AFP di sini.

AFP juga mempublikasikan video aksi protes tersebut di Jakarta pada tanggal 24 September 2019 di sini.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami