Video ini menunjukkan polisi Tiongkok menekan leher perempuan yang mabuk dengan lututnya di hotel di Shenzhen
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Selasa 31/12/2019 pukul 07:30
- Waktu baca 4 menit
- Oleh: AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Video berdurasi 41 detik tersebut diunggah di Facebook di sini pada tanggal 18 Desember 2019. Klip itu telah ditonton lebih dari 138.000 kali dan dibagikan lebih dari 4.000 kali.
Status unggahan itu berbunyi: “Viralkan… bagikan sebanyak-banyaknya……!!!!!!!!!
“Mencekik leher wanita dengan lututnya, polisi China ini seakan bilang, ‘sebentar lagi giliran kalian, tunggu saja’.
“Temen2… ini perlakuan komunis China pada muslimah Uighur yang tertangkap melaksanakan sholat..
Sumber: media Amerika.”
Berikut tangkapan layar unggahan menyesatkan itu:
Video yang sama dengan klaim yang serupa juga muncul di Facebook di sini, di sini dan di sini, di mana semuanya telah ditonton lebih dari 147.000 kali.
Beijing dituduh menjalankan kamp dan penjara untuk menahan penduduk etnis Uighur di Xinjiang, wilayah paling barat negara Tiongkok. Para peneliti mengatakan lebih dari satu juta orang ditahan di kamp-kamp tersebut seperti yang dilaporkan oleh AFP di sini pada tanggal 13 November 2019.
Pencarian gambar terbalik di Google menemukan laporan ini oleh South China Morning Post (SCMP), surat kabar berbahasa Inggris dari Hong Kong. Diterjemahkan, judul laporan yang diterbitkan tanggal 10 Desember 2018 adalah: “Polisi Tiongkok dituduh melakukan kebrutalan dengan menjepit leher perempuan dengan lututnya – hari berikutnya perempuan itu berterima kasih atas ‘bantuan tulus mereka’.”
Tiga paragraf pertama laporan tersebut berbunyi: “Sebuah video yang menunjukkan polisi Tiongkok menahan leher seorang perempuan dengan lututnya sementara dia berteriak kesakitan telah memicu kemarahan warganet, dengan tuduhan bahwa polisi ‘tidak tahu malu, munafik dan menghindar’ serta mencoba mengontrol opini publik.
“Perempuan itu mengunggah video tersebut di media sosial pada hari Sabtu dan menuduh polisi melakukan tindakan yang brutal, tetapi klip itu dengan cepat dihapus dan pada hari Minggu dia mengunggah pernyataan terima kasih kepada polisi atas ‘komunikasi dan bantuan yang tulus dari mereka’, dengan klaim bahwa masalah itu telah diselesaikan dan meminta orang-orang untuk berhenti berkomentar.
“Diidentifikasi dengan nama marganya Cheng, dia menelpon polisi setelah mengklaim penjaga keamanan di hotelnya yang terletak di sebelah selatan kota Shenzhen telah mengambil foto dirinya, dia menulis di Weibo, sebuah platform seperti Twitter di Tiongkok.”
Laporan tersebut juga mengunggah tangkapan layar video menyesatkan itu dengan keterangan: “Tangkapan layar video yang menunjukkan polisi Shenzhen menjepit leher seorang perempuan dengan lututnya.”
Berikut tangkapan layar laporan SCMP:
Berikut perbandingan tangkapan layar antara adegan di video menyesatkan (kiri) dan foto di laporan SCMP (kanan):
Cheng adalah nama marga etnis Tionghoa yang cukup umum di Tiongkok.
Luohu adalah distrik di Shenzhen, kota Tiongkok di provinsi Guangdong di bagian selatan, yang berbatasan dengan Hong Kong.
The Daily Mail, tabloid Britania Raya, juga menerbitkan laporan mengenai kasus tersebut di sini pada tanggal 11 Desember 2018. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, judul tulisan itu berbunyi: “Polisi Tiongkok menjepit leher perempuan yang mabuk dengan lututnya, memicu kemarahan publik atas kebrutalan polisi.”
Laporan itu menyertakan video dengan durasi yang lebih panjang dari klip di unggahan menyesatkan, dengan kualitas yang lebih baik.
Pria dalam video itu mengenakan seragam dengan kata “polisi” tertulis di belakang punggungnya.
Seorang jurnalis yang mengerti bahasa Cina di biro AFP Hong Kong menerjemahkan apa yang dikatakan polisi di video tersebut. Bisa didengar bahwa polisi tersebut mengatakan “Apa yang kamu lakukan?” dan “Berikan telepon genggammu” kepada orang yang merekam kejadian itu.
Pada tanggal 9 Desember 2018, polisi distrik Luohu mempublikasikan pernyataan ini di akun Weibonya bahwa insiden tersebut bermula dari laporan dari sebuah hotel di Luohu tentang perselisihan yang disebabkan oleh seorang perempuan yang mabuk yang diidentifikasi sebagai Cheng, umur 23 tahun, pada tanggal 8 Desember pukul 01:18 dini hari waktu setempat.
Sebagian pernyataan itu berbunyi: “Perempuan itu curiga penjaga keamanan hotel mengambil foto dirinya dan keduanya lalu berselisih. Setelah mediasi di tempat kejadian tidak berhasil, keduanya dibawa ke kantor polisi. Mereka kemudian menyelesaikan kesalahpahaman itu setelah mediasi dan meninggalkan kantor polisi dengan kemauan sendiri.
“Sekitar pukul 03:06 pagi, kantor polisi perbatasan menerima laporan dari hotel yang sama yang mengatakan perempuan yang mabuk itu datang ke lobi hotel dan meminta untuk memeriksa rekaman pengawasan. Setelah menerima panggilan, polisi bergegas pergi ke tempat kejadian dan mengambil rekaman dari ruang pengawasan. Polisi juga memberi tahu Cheng dan kedua temannya bahwa rekaman CCTV melibatkan privasi orang lain dan meminta mereka untuk menunggu di luar sampai mereka mendapatkan rekaman yang dimaksud. Cheng tidak bisa mengerti dan mendorong serta memukul polisi. Setelah diberikan peringatan yang ternyata sia-sia, polisi menahan dia dengan tangan kosong. Saat itu, Cheng dengan keras melawan, menendang, dan memukul polisi. Polisi mengendalikannya dan membawanya kembali ke kantor.”
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami