Bukan, ini bukan berita asli yang menyatakan ketua KPU membela hasil pemilu yang ‘banyak kecurangan’
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Selasa 02/07/2019 pukul 11:15
- Waktu baca 2 menit
- Oleh: AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Gambar itu dapat dilihat di unggahan Facebook tanggal 3 Juni 2019 ini, yang telah dibagikan lebih dari 1,100 kali.
Berikut tangkapan layar dari postingan Facebook tersebut:
Berita yang terlihat di gambar itu bertanggal 31 Mei 2019, dengan judul: “Ketua KPU Imbau Masyarakat Hormati Hasil Pemilu Walau Banyak Kecurangan.”
Terlihat juga anak judul yang berbunyi: “Menurut ketua KPU, siapa pun yang terpilih adalah pemimpin kita,”.
Sementara, status postingan Facebook itu berbunyi:
“Xixixi halo pendukung joko,,,
Gmn yg kau junjung secara tdk langsung diakui banyak kecurangan,
Pendukung joko apakah msh bangga akan ikut memikul dosa jika joko ngotot di tetapkan oleh kpu...?
JANGAN PURA2 BAHAGIA DAN PASANG MUKA MELAS,GA NGEFEK.”
Indonesia menghelat pemilihan presiden tanggal 17 April 2019. Laporan AFP tentang pilpres bisa dilihat di sini. Sang petahana, Presiden Joko Widodo, menang atas penantangnya Prabowo Subianto, menurut pengumuman KPU tanggal 21 Mei 2019.
Tangkapan layar itu juga disebarkan oleh unggahan Facebook ini, di mana terlihat logo situs berita Republika.
Arief Budiman adalah ketua KPU. Ini adalah akun Twitter pribadi Arief, dan ini adalah akun Twitter resmi KPU.
Klaim itu salah: penelusuran AFP menemukan bahwa gambar di postingan Facebook itu adalah hasil manipulasi tangkapan layar laporan Republika ini.
Tangkapan layar postingan-postingan yang menyesatkan itu memiliki logo, tanggal, anak judul, nama reporter, nama redaktur dan foto yang sama dengan laporan berita Republika yang asli, tapi judulnya berbeda.
Laporan berita asli itu berjudul: “Ketua KPU Imbau Masyarakat Hormati Hasil Pemilu 2019.”
Berikut perbandingan antara tangkapan layar postingan Facebook yang menyesatkan (kiri) dengan laporan tulen Republika (kanan):
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami