Ini adalah foto-foto pasien yang terinfeksi cacing pita babi setelah memakan darah babi; virus Hog Cholera tidak menulari manusia
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Selasa 12/11/2019 pukul 08:45
- Waktu baca 4 menit
- Oleh: AFP Indonesia, AFP Malaysia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Unggahan Facebook tanggal 29 Oktober 2019 ini berisi 6 foto dan telah dibagikan hampir 800 kali.
Keenam foto dalam unggahan menyesatkan itu adalah: dua foto menunjukkan pasien wanita dengan bintik-bintik ungu kehitaman di kulitnya; dua gambar menunjukkan daging babi; dua gambar menunjukkan potongan koran tentang virus Hog Cholera; dan satu gambar menunjukkan dua orang sedang menginspeksi seekor babi yang telah mati.
Berikut tangkapan layar unggahan menyesatkan itu:
Status Facebook itu tertulis: “Lgi musim babi”.
Sedangkan judul potongan koran itu tertulis: “Virus Hog Cholera Jangkiti 7 Kabupaten”.
Virus babi Hog Cholera, juga dikenal sebagai classical swine fever (CSF), baru-baru ini menyerang sejumlah kabupaten di Sumatera Utara dan membunuh ribuan ekor babi di provinsi itu. Berita Kumparan tanggal 6 November 2019 ini menjelaskan tentang wabah virus tersebut.
Foto-foto yang terlihat di unggahan menyesatkan itu juga dibagikan status Facebook lain dengan klaim serupa, misalnya ini, ini dan ini.
Klaim itu salah: kedua foto pasien wanita itu diambil di Vietnam pada tahun 2018 dan menunjukkan pasien yang terinfeksi cacing pita babi setelah memakan darah babi; virus Hog Cholera tidak menular pada manusia.
Pencarian gambar terbalik di Google menemukan laporan berita tanggal 8 Maret 2019 ini di portal berita Danviet. Laporan itu memverifikasi foto pasien di unggahan menyesatkan yang terlebih dulu beredar di Vietnam dengan klaim dia adalah pasien demam babi Afrika (African swine fever).
Laporan berbahasa Vietnam itu melampirkan surat bantahan dari Kementrian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam atas klaim penyakit demam babi Afrika tersebut.
Berikut tangkapan layar surat Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam itu:
Wartawan AFP di biro Hanoi telah menganalisa surat bantahan tersebut dan menemukan paragraf kedua surat itu secara jelas menyatakan bahwa foto itu diambil pada bulan November 2018 dan menunjukkan pasien yang terinfeksi cacing pita babi.
Berikut terjemahan bahasa Indonesia paragraf kedua di surat itu: “Namun setelah diperiksa, gambar-gambar di fanpage itu ‘diambil dari berbagai koran, dan faktanya, itu adalah gambar-gambar cacing pita babi di provinsi Binh Phuoc pada bulan November 2018’, dan di waktu yang bersamaan para ahli mengatakan penyakit flu babi Afrika tidak menular dari babi ke manusia ...”
AFP juga menemukan status Facebook tanggal 9 Januari 2019 ini, yang memuat foto-foto yang memperlihatkan dua orang pasien, salah satu diantaranya pasien wanita yang terlihat di unggahan menyesatkan.
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia, dua kalimat awal di unggahan Facebook itu artinya: “Mendesak, kita perlu membagikan unggahan ini segera. Ada dua orang yang terinfeksi di daerah Ha Giang.”
Postingan itu mengatakan kedua orang itu sakit setelah mengkonsumsi daging babi di acara selamatan rumah pada tanggal 2 Januari 2018, dan pasien yang pria didiagnosa terinfeksi bakteri streptococcus.
Pencarian gambar terbalik menggunakan gambar daging babi di unggahan menyesatkan menemukan bahwa foto yang sama telah dimuat tanggal 9 Maret 2019 di situs berbahasa Vietnam ini dalam artikel tentang infeksi cacing pita babi. Kedua gambar daging babi di unggahan menyesatkan terlihat di dalam website.
Berikut tangkapan layar kedua foto daging babi di situs berbahasa Vietnam itu:
Satu gambar menyesatkan terakhir menunjukkan dua orang sedang menginspeksi babi yang telah mati. Gambar tersebut sebelumnya telah diunggah tanggal 1 Oktober 2015 di sini di portal berita online berbahasa Vietnam Thai Nguyen Online.
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia, judul berita itu artinya: “Pihak berwenang mendapati restoran menggunakan babi sakit untuk dijual.” Berita itu merujuk pada investigasi di provinsi Thai Nguyen, di sebelah barat laut Vietnam.
Berikut tangkapan layar berita Thai Nguyen Online:
Pencarian di Google menggunakan kalimat pada judul potongan koran yang terlihat di unggahan menyesatkan itu memunculkan sejumlah artikel berita terbaru dengan judul serupa tentang wabah virus Hog Cholera di Sumatera Utara, misalnya artikel Tribunnews tanggal 30 Oktober 2019 ini.
Berita Tribunnews berjudul “Virus Kolera Babi Landa 7 Kabupaten di Sumatera Utara, Apakah Membahayakan bagi Manusia?” itu menyebut ribuan babi di Sumatera Utara mati terkena wabah Hog Cholera.
Berita itu malah mengutip Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Azhar Harahap, yang mengatakan jika babi yang terinfeksi virus Hog Cholera “aman, tidak berbahaya bagi manusia jika diolah dengan benar”.
Berikut tangkapan layar berita Tribunnews itu:
Artikel ilmiah di situs Perpustakaan Obat Nasional Amerika Serikat ini menyebut kalau virus classical swine fever (CSF), nama lain dari Hog Cholera, tidak menulari manusia.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami