Video tahun 2018 dibagikan dengan klaim salah soal 'tragedi Kanjuruhan tahun 2022'
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Sabtu 08/10/2022 pukul 10:47
- Diperbarui pada hari Sabtu 08/10/2022 pukul 11:00
- Waktu baca 3 menit
- Oleh: AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Video berdurasi 20 detik itu diunggah pada tanggal 3 Oktober 2022 di Facebook di sini, di mana video itu telah ditonton lebih dari 394.000 kali.
"ADA OKNUM COKLAT YANG MEMPROPOKATOR SUPPORTER AREMA MALANG,"
Video itu memperlihatkan dua orang berdiri di pagar pembatas yang memisahkan penoonton dari lapangan sepak bola. Orang yang berdiri di pagar dekat lapangan memukul orang yang memanjat pagar dari tribun penonton sampai orang yang dipukul itu jatuh.
Para penonton lain kemudian terlihat berdiri dan memanjat pagar sepertinya untuk menangkap orang yang memukul.
Video yang sama telah ditonton lebih dari 98.000 kali selepas muncul dengan klaim serupa di Facebook di sini and di sini, di Instagram di sini, di Twitter sini dan di YouTube di sini.
Postingan itu beredar tak lama setelah terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan di kota Malang yang memakan korban jiwa setidaknya 131 orang pada tanggal 1 Oktober 2022 -- yang kini menjadi salah satu bencana sepak bola yang paling mematikan di dunia.
Mayoritas korban adalah pendukung Arema FC, yang dikenal sebagai Aremania.
Aparat polisi banyak dikritik masyarakat atas reaksi mereka terhadap pendukung Arema FC yang memasuki lapangan setelah tim mereka kalah melawan Persebaya.
Dipicu oleh tembakan gas air mata polisi ke arah tribun yang dipenuhi ribuan suporter, penonton panik dan berdesakan lari ke pintu keluar, menyebabkan banyak orang tergencet, terinjak-injak dan kehabisan napas hingga mati.
Pada tanggal 6 Oktober 2022, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengatakan enam orang ditetapkan sebagai tersangka tragedi Kanjuruhan, termasuk tiga aparat polisi.
Tak sedikit pengguna media sosial yang percaya dengan narasi postingan tersebut.
"Kenapa ya ..dari saya kecil sampai sekarang saya sudah ubanan,polisi ga pernah punya nilai di mata sebagian rakyat Indonesia...memalukan," kata seorang pengguna Facebook.
"Itu bawahan Sambo,,, Polisi biadap,," tulis komentar lainnya -- merujuk pada Irjen Pol Ferdy Sambo, tersangka kasus pembunuhan.
Namun, klaim tersebut salah.
Kericuhan tahun 2018
Pencarian dengan kata kunci dan gambar terbalik menemukan video berdurasi lebih panjang diunggah di laman Facebook "Aremania ID" pada tanggal 20 April 2018.
Status unggahan itu berbunyi: "Salah satu video bukti dan klarifikasi penyebab kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, 15 April 2018, laga AREMA FC vs Persib Bandung. Di BABAK PERTAMA, seorang pria naik pagar tribun (entah suporter atau Match Steward (personil keamanan pertandingan) melakukan pemukulan kepada seorang Aremania hingga terjatuh dari pagar, hal ini tentu saja membuat Aremania lainnya terpancing emosi."
Berikut perbandingan tangkapan layar video di unggahan menyesatkan (kiri) dan video asli dari Arema ID (kanan):
Tangkapan layar video tersebut muncul dalam laporan tentang pemukulan itu, yang dikatakan terjadi saat pertandingan antara Arema FC dan Persib Bandung pada tanggal 15 April 2018.
Dilansir dari laporan Bola Sport tanggal 21 April 2018: "Kerusuhan sempat terjadi saat Arema FC menjamu Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (15/4/2018).
"Aremania merangsek ke dalam lapangan sebagai bentuk protes yang kemudian diiringi dengan tembakan gas air mata.
"Buntut dari kejadian tersebut, satu anggota Aremania harus meregang nyawa."
Dalam laporan pada tanggal 17 April 2018, Bola.com mengutip seorang koordinator wilayah Aremania, Zaenudin Yusrin, yang mengatakan pelaku pemukulan adalah seorang match steward.
"Waktu penanganan awal match steward melakukan kesalahan," katanya. "Ada Aremania yang ingin masuk lapangan langsung dipukul. Itu memancing reaksi dari Aremania lainnya untuk ikut turun."
Jubir Polres Malang Iptu Ahmad Taufik mengonfirmasi kepada AFP bahwa video yang beredar dengan narasi tragedi Kanjuruhan tahun 2022 adalah "hoaks".
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami