Ini video kericuhan di parlemen Turki, bukan momen 'Terawan diusir dari studio TV'

  • Diterbitkan pada hari Senin 04/09/2023 pukul 13:39
  • Diperbarui pada hari Sabtu 17/02/2024 pukul 09:33
  • Waktu baca 3 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Sebuah video telah ditonton lebih dari sejuta kali selepas beredar dengan klaim salah bahwa rekaman itu berisi momen saat mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto diusir dari studio televisi karena membeberkan resep obat rahasia penyembuh hipertensi. Video itu sebenarnya merekam baku hantam di parlemen Turki pada tahun 2016.

"Ada cara mudah dan efektif... Dokter Terawan terkenal itu diserang dan dikeluarkan dari studio selama siaran langsung karena mengungkap rahasia," tulis unggahan Facebook tanggal 21 Agustus 2023 ini.

Di atas video terlihat berisi logo Kompas.com. Sementara itu teks di bawah video berbunyi, "Skandal di studio! Dr Teravan Agus Putranto membeberkan rahasia cara menghilangkan hipertensi secara permanen. Setelah itu, dia diserang dan dibawa pergi dari studio."

Video berdurasi sembilan detik tersebut telah ditonton lebih dari 566.000 kali. 

Image
Tangkapan layar unggahan sesat, diambil pada tanggal 4 September 2023

Selama menjadi menkes, Terawan dikenal sebagai sosok kontroversial lewat berbagai pernyataannya di publik saat pandemi Covid-19 (tautan arsip). Salah satunya, pada bulan Februari 2020, ia menyebut virus tersebut tidak masuk ke Indonesia karena kekuatan doa.

Pada bulan Maret 2022, sekitar tiga bulan setelah Terawan dicopot dari jabatannya sebagai menkes, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) mencabut keanggotaan Terawan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) karena sejumlah alasan (tautan arsip ini dan ini).  Di antaranya, promosi yang dilakukan Terawan atas Vaksin Nusantara, meskipun penelitian soal vaksin tersebut belum selesai.

Video tersebut juga menyebar di postingan Facebook ini, ini dan ini, dengan total tontonan lebih dari 799.000 kali.

Namun, narasi itu salah. 

Ricuh parlemen Turki

AFP melakukan pencarian gambar terbalik di Google untuk menemukan video asli, dengan menggunakan sejumlah potongan gambar yang diambil dengan alat verifikasi digital InVID-WeVerify.

Pencarian itu menemukan klip itu diambil dari video yang diunggah di kanal YouTube milik Euronews pada tanggal 2 Mei 2016 (tautan arsip).

Diterjemahkan ke bahasa Indonesia, judul video itu adalah: "Ricuh parlemen Turki".

Deskripsi video berbunyi, "Kericuhan terjadi di antara anggota Partai AK, yang berkuasa di Turki, dan partai oposisi pro-Kurdi dalam sebuah diskusi soal penghapusan kekebalan para politisi."

Video di unggahan sesat cocok dengan yang terlihat pada detik ke-19 video Euronews. Di bagian atas-kanan video sesat, terlihat logo Euronews.

Berikut adalah perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan video asli Euronews (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan video asli Euronews (kanan)

Seperti dilansir AFP, baku hantam itu terjadi saat pertemuan komite konstitusi parlemen yang semestinya membicarakan usulan pemerintah untuk menghapus kekebalan anggota parlemen. 

Hal itu sejalan dengan usaha pemerintah Turki untuk mengusut anggota parlemen pro-Kurdi yang dituduh memiliki hubungan dengan kaum militan Kurdi. Pemimpin fraksi oposisi di parlemen, Idris Baluken, dilaporkan mengalami dislokasi bahu saat perkelahian. 

Ana Syatiri, redaktur pelaksana Kompas.com, menyatakan kepada AFP pihaknya "tidak pernah membuat video" yang disebarkan unggahan-unggahan sesat di atas.

"Banner Kompas.com dalam video tersebut diambil dan disematkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, sehingga terlihat bahwa video tersebut diproduksi oleh Kompas.com," ujar Ana dalam pesan WhatsApp tanggal 30 Agustus 2023.

Hingga kini belum ada obat menyembuhkan hipertensi, menurut Yayasan Jantung Amerika dan Asosiasi Kedokteran Amerika (tautan arsip ini dan ini). Akan tetapi obat resep dokter dan perubahan gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko penyakit jantung.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami