IDI tak pernah putuskan kematian ratusan petugas KPPS di Pemilu 2019 adalah akibat diracun

  • Diterbitkan pada hari Jumat 15/09/2023 pukul 09:05
  • Diperbarui pada hari Jumat 15/09/2023 pukul 09:11
  • Waktu baca 5 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Sebuah video telah ditonton belasan ratus kali selepas beredar dengan klaim salah bahwa itu adalah rekaman Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengumumkan penyebab kematian ratusan petugas KPPS saat Pemilu 2019 adalah akibat diracun. Video tersebut terdiri dari dua laporan berita yang sama sekali tidak menyebut tentang keracunan. IDI juga menyampaikan kepada AFP bahwa mereka tidak pernah membuat pernyataan demikian.

"IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sepakat memutuskan bahwa Kematian Petugas KPPS PEMILU 2019 Bukan Karena Kelelahan tapi Karena DIRACUN," tulis sebuah postingan Facebook yang diunggah pada tanggal 4 Mei 2023.

Postingan tersebut juga menyertakan sebuah video berdurasi dua menit dan 49 detik, yang telah ditonton lebih dari 1.300 kali.

Dalam 52 detik pertama, dua orang pembaca berita menjelaskan bahwa IDI menyatakan penyebab kematian ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) bukanlah karena kelelahan. Video tersebut kemudian dilanjutkan dengan tampilan sekelompok dokter sedang memberikan konferensi pers tentang kematian ratusan petugas KPPS tersebut.

Image
Tangkapan layar postingan sesat, diambil pada tanggal 12 September 2023

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menuai kritik karena banyak petugas KPPS yang sakit dan meninggal setelah Hari Pemilu tanggal 17 April 2019 (tautan arsip).

KPU mengatakan pada bulan Januari 2020 bahwa lebih dari 5.100 petugas pemilu jatuh sakit dan 894 meninggal dunia (tautan arsip).

Lebih dari 193 juta pemilih terdaftar ikut Pemilu 2019, di mana untuk pertama kalinya pilpres dan pileg diselenggarakan secara serentak (tautan arsip). Sekitar enam juta petugas KPPS dikerahkan ke lebih dari 810.000 tempat pemungutan suara (TPS) untuk membantu penyelenggaraan pesta demokrasi terbesar di Indonesia (tautan arsip).

Sementara itu, lebih dari 204 juta orang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap Pemilu 2024, yang dijadwalkan akan diselenggarakan pada pertengahan Februari 2024 (tautan arsip ini dan ini).

Video serupa telah ditonton lebih dari 180.000 kali selepas beredar di YouTube, TikTok, SnackVideo dan X, yang sebelumnya bernama Twitter.

Namun demikian IDI, tidak pernah menyimpulkan bahwa kematian petugas pemilu 2019 adalah karena diracun.

Tidak ada menyebut 'keracunan'

Video yang dibagikan dalam postingan sesat terdiri dari dua laporan berita.

Kombinasi pencarian gambar terbalik dan kata kunci di Google menemukan bahwa klip pertama diambil dari laporan berita Kompas TV, diunggah di YouTube pada tanggal 13 Mei 2019 (tautan arsip).

Judul laporan video tersebut adalah "469 Petugas KPPS Meninggal, Penyebabnya Ternyata Bukan Kelelahan".

"Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut penyebab utama kematian ratusan petugas KPPS pasca-pemilu 17 April bukanlah kelelahan," tulis keterangan dalam postingan YouTube tersebut.

"Penyakit yang sebelumnya diderita, seperti jantung dan saraf menjadi pemicu meninggalnya petugas KPPS. Hal itu disampaikan Ketua IDI dalam diskusi terbuka di kantor Ikatan Dokter Indonesia."

Acara IDI tersebut juga dilaporkan oleh Detikcom dan Kumparan (tautan arsip ini dan ini).

Liputan Kompas TV maupun media lain tentang acara IDI tak menyebutkan tentang kematian petugas KPPS akibat diracun.

IDI juga membantah pernah memberikan pernyataan yang dinarasikan dalam postingan sesat. "IDI tidak pernah membuat pernyataan demikian," kata juru bicara IDI, Halik Malik, pada AFP di tanggal 23 Agustus 2023.

Berikut perbandingan tangkapan layar video di postingan sesat (kiri) dan video asli dari Kompas TV (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video di postingan sesat (kiri) dan video asli dari Kompas TV (kanan)

Kombinasi pencarian gambar terbalik dan kata kunci di Google berikutnya menemukan klip kedua diunggah oleh iNews di akun YouTube mereka pada tanggal 10 Mei 2019, dengan judul: "Kematian KPPS Tak Wajar, 42 Dokter Tuntut Pemerintah Bentuk Tim Pencari Fakta" (tautan arsip).

Rekaman video itu juga diunggah di situs iNews (tautan arsip).

Laporan iNews berbunyi: "Sebanyak 42 dokter lintas ahli menyatakan sikap terkait banyak petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia. Dokter yang tergabung dalam Komunitas Kesehatan Peduli Bangsa (KSPB) ini menuntut pemerintah membentuk tim pencari fakta."

Konferensi pers KKPB juga diliput oleh CNN Indonesia dan Liputan 6 pada tanggal 9 Mei 2019 (tautan arsip ini dan ini).

Berikut perbandingan tangkapan layar video di postingan sesat (kiri) dan video asli dari iNews (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video di postingan sesat (kiri) dan video asli dari iNews (kanan)

Investigasi Kemenkes

Budiawan, ahli toksikologi dan dosen senior di Departemen Kimia, Universitas Indonesia, menjelaskan pada AFP bahwa klaim bahwa petugas KPPS meninggal karena diracun adalah tak berdasar (tautan arsip).

"Tidak jelas zat racun apa yg diklaim. Pembuktiannya tidak ada, hanya asumsi atau dugaan," ujar Budiawan pada tanggal 25 Agustus 2023.

Pernyataan Kementerian Kesehatan di pertengahan bulan Mei 2019 menyebutkan bahwa sebagian besar petugas KPPS yang meninggal berumur 50 hingga 70 tahun (tautan arsip).

Kemenkes juga menjelaskan bahwa berdasarkan investigasi mereka, hampir semua kematian disebabkan oleh berbagai macam penyakit, termasuk infarct myocard, diabetes melitus, asma, stroke, gagal nafas, meningitis, TBC, sepsis, gagal ginjal, tekanan darah tinggi dan kegagalan multi organ -- kecuali satu yang disebabkan oleh kecelakaan.

Untuk menghindari tragedi serupa, KPU mengumumkan di bulan April 2023 bahwa salah satu syarat petugas KPPS di Pemilu 2024 adalah batas umur antara 17 sampai 55 tahun (tautan arsip). Tak ada batas umur maksimal untuk petugas KPPS dalam penyelenggaraan pemilu sebelumnya.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami