Badai matahari tidak sebabkan 'Bumi diselimuti kegelapan berhari-hari': pakar

Para ahli menilai klaim yang disebarkan postingan TikTok bahwa badai matahari akan menyelimuti Bumi dalam kegelapan selama 17 hari adalah menyesatkan. Mereka juga menjelaskan kalau badai matahari tidak pernah menimbulkan dampak besar pada Bumi seperti itu. Badai matahari yang dahsyat memang bisa mengganggu jaringan listrik, namun para ahli mengatakan gangguan ini hanya bersifat sementara dan kecil kemungkinan bakal berdampak luas. 

"Bumi bergelap 17 hari," tulis sebagian teks yang disematkan pada video yang diunggah pada tanggal pada 4 Desember 2023. "Solar storm, Bumi bergelap selama 17hari dalam kajian."

Keterangan postingan itu berbunyi: "Bumi Bergelap Selama 17 hari."

Video yang menampilkan langit gelap berawan diiringi petir dan kilat itu juga menunjukkan tulisan yang menganjurkan orang untuk "Persiapkan amalan, fizikal & mental" serta menyiapkan senter, lilin dan korek api. 

Video berdurasi 14 detik itu telah ditonton lebih dari 840 kali.

Image
Tangkapan layar unggahan sesat, diambil pada tanggal 20 Februari 2024

Badai matahari disebabkan oleh letusan besar di permukaan matahari yang bisa memancarkan sinar elektromagnetik (tautan arsip). Ini dapat mengakibatkan badai geomagnetik besar dan bisa mempengaruhi medan magnet Bumi, mengganggu jaringan telekomunikasi dan listrik. 

Video itu telah ditonton lebih dari 130.600 kali selepas dibagikan dengan klaim serupa di postingan TikTok lainnya, yakni ini dan ini

Rekaman itu juga beredar di antara pengguna TikTok di Malaysia, seperti ini.

Badai matahari yang terjadi sekali dalam seabad ini bisa menyebabkan lonjakan pada jaringan listrik yang menyebabkan listrik padam dalam waktu lama, namun para ahli mengatakan kepada AFP bahwa kecil kemungkinan badai itu akan menyelimuti Bumi dalam kegelapan selama 17 hari (tautan arsip). 

Tak terkait badai matahari

Pencarian gambar terbalik di Yandex menemukan video serupa sebelumnya diposting di Instagram di sini pada 21 November 2020 oleh akun yang mengunggah beberapa video badai serupa (tautan arsip). 

Diterjemahkan dari bahasa Inggris, keterangan video itu berbunyi: "Tag para pemburu badai. Menara Raksasa Strobe Adria. Badai terbaik yang pernah saya lihat sepanjang tahun dengan segala kemegahannya."

Berikut perbandingan tangkapan layar video dalam postingan sesat (kiri) dan video asli tahun 2020 di Instagram (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video dalam postingan sesat (kiri) dan video asli tahun 2020 di Instagram (kanan)

Video tersebut juga diunggah dengan resolusi tinggi di akun YouTube orang yang sama pada tanggal 5 September 2020 (tautan arsip).

Menurut keterangan video itu, klip tersebut menunjukkan "badai supercell masif ... di atas Perairan Adriatik di sekitar Trieste, Italia".

'Mustahil'

Dr Roslan Umar, direktur Institut Penelitian Lingkungan Pesisir Timur di Universitas Sultan Zainal Abidin, di Malaysia, mengatakan pada AFP bahwa peristiwa yang dijabarkan dalam postingan tersebut mustahil terjadi secara ilmiah (tautan arsip). 

"Tidak mungkin terjadi kegelapan selama 17 hari seperti disebutkan dalam klaim yang viral itu," ujar dia. 

Klaim menyesatkan itu muncul setelah Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat memperkirakan matahari akan mencapai "solar maximum" -- atau puncak siklus aktivitasnya saat ini -- antara bulan Januari dan Oktober 2024 (tautan arsip).

"Selama masa ini, akan terjadi lonjakan aktivitas cuaca matahari dan ruang angkasa yang dapat berdampak pada Bumi (misalnya gangguan pada GPS dan sinyal komunikasi) serta satelit dan bahkan antariksawan di ruang angkasa," kata juru bicara NASA dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard kepada AFP pada 17 Februari 2024, "namun tidak ada bukti yang menunjukkan hal tersebut akan menyebabkan efek bencana jangka panjang di Bumi" (tautan arsip). 

Dr Nurul Shazana Abdul Hamid, pakar dari Departemen Fisika Terapan di Universitas Kebangsaan Malaysia, mengatakan walaupun matahari sedang mengalami puncak siklusnya saat ini, ketika aktivitas badai matahari lebih kelihatan, tidak ada preseden kejadian seperti diprediksi dalam postingan tersebut (tautan arsip). 

"Tidak pernah terjadi kegelapan berkepanjangan," katanya.

Sangeetha Abdu Jyothi, lektor di Universitas California, Irvine, mengatakan kepada AFP bahwa negara dengan posisi garis lintang yang lebih tinggi akan lebih rentan terhadap pemadaman listrik dibandingkan dengan negara yang dekat dengan garis khatulistiwa (tautan arsip ).

"Dalam skenario terburuk, badai matahari bisa berpotensi mempengaruhi jaringan listrik, komunikasi satelit dan kabel bawah laut," katanya.

Nurul Shazana juga mengatakan badai matahari yang merupakan bagian alami dari siklus matahari memang dapat mengganggu teknologi dan infrastruktur.

Namun, "kerusakan signifikan dan bersifat meluas jarang terjadi," jelasnya. 

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami