Video menunjukkan kawanan ikan naik ke pantai di Filipina, bukan di Indonesia
- Diterbitkan pada hari Jumat 27/09/2024 pukul 11:43
- Waktu baca 3 menit
- Oleh: AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2024. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
"Kejadian tadi malam di pantai LEATO Propinsi Gorontalo... Moga aja bukan indikasi MEGATRUSH (sic.) akan segra tiba... Lindungi kami ya Allah ... Aamiin," tulis keterangan video yang diunggah di Facebook pada tanggal 13 September 2024.
Video itu menunjukkan gerombolan ikan yang berbondong-bondong berenang ke tepi pantai sementara sekelompok orang memungutinya menggunakan ember.
Klaim itu beredar setelah Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) pada tanggal 19 Agustus lalu mengatakan bahwa gempa yang terjadi di Jepang pada awal bulan itu adalah pengingat akan adanya potensi gempa di Selat Sunda dan zona megathrust Mentawai-Siberut (tautan arsip)
Tak ada guncangan yang terdeteksi di wilayah tersebut selama puluhan tahun (tautan arsip).
BMKG mengatakan pihaknya tidak sedang memprediksi seolah gempa akan terjadi dalam waktu dekat, namun mereka sedang mengingatkan agar publik sadar akan potensi risiko yang bisa saja terjadi.
Video dengan klaim salah yang mirip juga dibagikan di Facebook di sini, sini, dan sini, menghimpun lebih dari 9.400 views.
Hanya saja, video itu tidak direkam di Indonesia.
Fenomena di Filipina
Pencarian menggunakan kata kunci tertentu di TikTok menemukan video yang sama diunggah pada tanggal 7 Januari 2024 (tautan arsip).
Keterangan postingan mengatakan bahwa video tersebut menunjukkan peristiwa tersebut terjadi di pagi hari di provinsi Sarangani di selatan Filipina.
"Ada begitu banyak ikan, sumpah. Pertama kali seperti ini!" ucapan dalam bahasa Visayan, sebuah bahasa yang digunakan di Filipina, juga bisa terdengar di klip itu.
Berikut ini adalah perbandingan tangkapan layar antara video pada unggahan salah (kiri) dan video TikTok dalam konteks aslinya (kanan):
Media Filipina Rappler melaporkan pada 8 Januari bahwa berton-ton anak ikan sardin -- yang dikenal di sana dengan nama lupoy atau tamban -- naik ke sebuah pantai di kota Maasim (tautan arsip).
Rappler juga menyertakan gambar para penduduk mengumpulkan ikan-ikan.
Beberapa orang dalam video yang diberi narasi salah juga terlihat di foto yang diunggah Rappler. Berikut perbandingan gambar yang menunjukkan orang-orang yang sama:
Rappler mengutip seorang petugas perikanan setempat, Zenaida A. Dangkalan, yang memberikan beberapa alasan mengapa fenomena ini terjadi.
"Pertama, ini mungkin terkait dengan musim lupoy saat ini," katanya. "Alasan lain adalah bisa jadi karena spesies ikan yang lebih besar mengejar mereka, menyebabkan mereka berenang ke arah garis pantai karena ikan yang lebih besar tidak bisa pergi ke daerah yang dangkal. Dan alasan ketiga, lampu dari resor pantai mungkin telah menarik perhatian mereka."
Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan bahwa gempa bumi tidak bisa diprediksi dan meskipun terdapat kepercayaan bahwa perilaku hewan yang aneh sering terjadi sebelum aktivitas seismik, belum ada mekanisme ilmiah yang bisa menjelaskan hubungannya (tautan arsip).
Video yang sama juga telah dipublikasikan oleh akun Facebook terverifikasi milik berita lokal SunStar Cebu.
AFP sebelumnya telah membuat artikel pemeriksaan fakta dalam bahasa Inggris tentang perilaku hewan dan gempa bumi di sini
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami