
Kemunculan ikan oarfish bukanlah tanda bencana alam
- Diterbitkan pada hari 26/03/2025 pukul 08:52
- Waktu baca 2 menit
- Oleh: Cintia NABI CABRAL, AFP Prancis
- Terjemahan dan adaptasi Raevathi SUPRAMANIAM , AFP Malaysia , AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
"Ikan oarfish sering disebut sebagai "ikan kiamat" karena kemunculan ikan oar atau oarfish kerap dikaitkan sebagai tanda akan datangnya bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami," tulis postingan Facebook yang dibagikan pada 8 Maret 2025.

Unggahan serupa yang mengaitkan kemunculan oarfish dengan bencana alam juga dibagikan di Facebook di sini, sini, dan sini.
Namun, tidak ada data saintifik untuk mendukung klaim tersebut.
Ikan laut dalam
Oarfish atau yang bernama latin Regalecus glesne adalah spesies yang hidup di ekosistem laut dalam, punya sisik seperti pita, dan bisa berkembang hingga sepanjang 10 meter (tautan arsip).
Ahli biologi bahari di University of Reunion Island, Thomas Claverie, mengatakan kepada AFP pada 26 Februari bahwa meskipun ikan tersebut langka, para pelaut telah melihat kemunculan oarfish dari waktu ke waktu (tautan arsip). Ia juga menambahkan bahwa para saksi yang melihat ikan itu "tidak mati karena tsunami.
Selain itu, ahli geofisika kelautan Marc-André Gutscher dari Pusat Penelitian Sains National Prancis mengatakan kepada AFP pada 5 Maret bahwa kemunculan ikan tersebut di pantai bisa saja terjadi karena fenomena El Niño, yakni ketika suhu permukaan air lebih tinggi ketimbang biasanya, dan suhu air dalam lebih dingin dari biasanya (tautan arsip). Hal ini berkaitan dengan aktivitas seismik.
"Fenomena ini telah lama dijumpai oleh para pelaut, yang pada masa El Niño, menangkap ikan yang tidak biasanya mereka tangkap," ungkapnya.
Cerita rakyat dari Jepang
Kepercayaan yang mengatakan bahwa oarfish membawa pertanda buruk datang dari cerita rakyat Jepang (tautan arsip). Ikan ini dianggap sebagai "pembawa pesan dari istana dewa naga laut" dan muncul ke permukaan untuk memperingatkan terjadinya gempa bumi.
Studi tahun 2018 menganalisis kaitan antara kemunculan ikan laut dalam dan kejadian gempa di Jepang antara tahun 1928 dan 2011 (tautan arsip). Namun, studi itu menemukan tidak ada data yang cukup untuk mendukung korelasi tersebut.
"Dari penelusuran ini, hubungan spasiotemporal antara kemunculan ikan laut dalam dan gempa bumi hampir tidak ditemukan."
"Oleh karena itu, cerita rakyat Jepang ini bisa dianggap sebagai takhayul yang dikaitkan dengan korelasi ilusi antara kedua peristiwa tersebut," demikian temuan penelitian tersebut.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami