Sekelompok orang sedang minum bubble tea di Hong Kong. (AFP / Anthony Wallace)

Dokter membantah klaim bahwa minum bubble tea bisa langsung menyebabkan batu empedu

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Rabu 19/02/2020 pukul 09:30
  • Diperbarui pada hari Rabu 19/02/2020 pukul 12:58
  • Waktu baca 5 menit
  • Oleh: AFP Thailand, AFP Indonesia
Sebuah video telah ditonton puluhan ribu kali di berbagai unggahan di Facebook dan Twitter dengan klaim yang menyatakan mengonsumsi bubble tea, minuman populer yang berasal dari Taiwan yang dipadukan dengan butiran tapioka, dapat menyebabkan batu empedu atau penyakit usus buntu. Klaim itu menyesatkan: organ yang diperlihatkan di video itu adalah kantung empedu, bukan usus buntu; pakar kesehatan, termasuk dokter yang berbasis di AS yang merekam video aslinya, mengatakan kepada AFP “tidak mungkin” butiran tapioka mengendap di kantong empedu atau secara langsung menyebabkan batu empedu dalam tubuh manusia. 

Video berdurasi 42 detik ini diunggah di Facebook pada tanggal 21 Januari 2020 dan telah ditonton lebih dari 9.400 kali serta dibagikan 412 kali. 

Video itu memperlihatkan seorang pria yang mengenakan baju operasi memotong sebuah organ untuk menunjukkan sejumlah “butiran bola” di dalamnya. 

Berikut tangkapan layar unggahan menyesatkan itu:

Image
Tangkapan layar unggahan menyesatkan

Status unggahan tersebut berbunyi: “Hasil operasi usus buntu dan didapatkan Bubble Tea yg TIDAK bisa hancur ‘Xi Bo Ba’.

“Kurangi kunsumsi Bubble Tea sebelum terlambat.”

Video yang sama dengan klaim yang mirip juga dibagikan di sini, di sini, di sini dan di sini, dan telah ditonton hampir 36.000 kali. 

Klaim serupa dalam bahasa Thailand, bahwa bubble tea bisa menyebabkan batu empedu, bisa dilihat di sini dan di sini, serta di Twitter di sini

Bubble tea adalah minuman teh yang berasal dari Taiwan. Minuman ini sering disajikan dengan butiran tapioka yang terbuat dari akar singkong, seperti dijelaskan di laporan yang diterbitkan oleh produsen teh Inggris Twinings di sini

Komentar di unggahan Facebook menunjukkan ada yang mempercayai klaim tersebut dengan mengatakan “Astaga”. 

Berikut tangkapan layar komentar itu:

Image
Tangkapan layar komentar

Video ini telah dibagikan dalam konteks yang menyesatkan: organ yang diperlihatkan di video itu adalah kantung empedu; pakar kesehatan, termasuk dokter yang berbasis di AS yang merekam video aslinya, mengatakan kepada AFP “tidak mungkin” butiran tapioka mengendap di kantong empedu atau secara langsung menyebabkan batu empedu dalam tubuh manusia. 

AFP menemukan video tersebut awalnya diunggah di sini di akun Instagram dr. Kenichi Miyata, dokter bedah yang berbasis di California, AS, pada tanggal 9 Januari 2020. 

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, status unggahan Instagram itu berbunyi: “Sekantung boba”, diikuti dengan sejumlah hashtag termasuk “operasi kantung empedu” dan “kantung empedu”. 

Dia mengatakan kepada AFP melalui pesan langsung di Instagram pada tanggal 13 Februari 2020 bahwa dia sendiri yang merekam video itu. Dia memberikan video penjelasan ini kepada AFP yang diunggah di saluran YouTube miliknya. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, judul video itu adalah: “Boba tidak bisa mengendap di kantung empedu.” 

Boba adalah nama lain bubble tea, menurut kamus Merriam-Webster.

Di detik ke-17, dia mengatakan: “Pada tanggal 9 Januari 2020, saya mengunggah video yang memperlihatkan saya sedang memotong kantung empedu yang empedu dan batu empedu didalamnya tumpah yang juga mengingatkan saya pada salah satu minuman favorit saya, teh boba. Oleh karena itu, saya memberikan keterangan ‘kantong boba’ di video tersebut, karena mengingatkan saya pada boba.

“Sayangnya beberapa orang menafsirkan bahwa saya menemukan kantung empedu yang penuh dengan bola-bola tapioka atau boba. Saya di sini ingin mengklarifikasi bahwa situasinya tidaklah seperti itu dan itu tidak mungkin terjadi.” 

Berikut video YouTube dr. Miyata:

Dokter Asara Thepbunchonchai, spesialis hepatobilier dan bedah pankreas di Rumah Sakit Rajavithi, di Thailand, mengatakan kepada AFP pada tanggal 12 Februari 2020 bahwa meminum bubble tea bukanlah “penyebab langsung batu empedu dalam tubuh manusia”. 

Dia berkata: "Mengonsumsi bubble tea dapat menambah berat badan atau mungkin faktor risiko yang menyebabkan diabetes, tetapi itu bukan penyebab langsung batu empedu dalam tubuh manusia.

“Faktanya, ada banyak faktor risiko yang menyebabkan batu empedu seperti jenis kelamin, usia, etnis, berat badan, pasien yang memiliki masalah dengan obesitas, penurunan berat badan yang cepat dengan diet rendah kalori, dan pasien yang didiagnosis menderita diabetes atau sindrom metabolik. Bahkan mereka yang memiliki penyakit terkait sel darah merah seperti anemia hemolitik berisiko tinggi terserang batu empedu.”

Mayo Clinic di Amerika Serikat telah menerbitkan informasi ini tentang batu empedu yang berisi daftar faktor yang dapat meningkatkan risiko batu empedu, dan mengonsumsi bubble tea tidak termasuk dalam daftar tersebut. 

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami