Video ini menunjukkan bantuan kemanusiaan yang dikirimkan dari Kenya ke Tiongkok setelah virus corona baru mewabah

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Senin 17/02/2020 pukul 05:55
  • Waktu baca 4 menit
  • Oleh: AFP Hongkong, AFP Indonesia
Sebuah video telah ditonton puluhan ribuan kali di berbagai unggahan di Facebook, Twitter dan YouTube dengan klaim yang menyatakan sebuah pesawat di Melbourne, Australia, membawa pasokan medis yang dikumpulkan oleh diaspora Tiongkok untuk dikirim ke Guangzhou, Tiongkok. Video ini telah dibagikan dalam konteks yang menyesatkan; klip itu sebenarnya menunjukkan sebuah pesawat di Nairobi, Kenya, yang membawa bantuan untuk Guangzhou. 

Sebuah video diunggah di Facebook di sini pada tanggal 9 Februari 2020 dan telah ditonton lebih dari 4.300 kali. 

Video berdurasi satu menit, 34 detik menunjukkan kabin pesawat yang dipenuhi dengan kardus. Lagu patriotik berjudul “Wo Ai Ni, Zhongguo” (Saya Cinta Kamu, Tiongkok) juga ditambahkan ke video tersebut. 

Berikut tangkapan layar unggahan menyesatkan itu: 

Image
Tangkapan layar unggahan menyesatkan

Status unggahan tersebut berbunyi: “Shock: Ini adalah penerbangan China Southern Airlines dari Melbourne ke Guangzhou. Tidak ada penumpang yang kembali ke China. Pesawat itu penuh dengan orang-orang Tionghoa Australia yang membeli tiket dan menaruh barang-barang bantuan yang disumbangkan di tempat duduk mereka. Selain itu, hampir semua masker di Amerika Serikat dibeli oleh orang Cina dan dikirim ke Cina. Seorang penjual mengatakan bahwa bangsa ini terlalu bersatu dan mengerikan! ...

“Setelah menontonnya, saya selalu menangis!
???

“Dalam sejarah dunia wabah kayak gini bukan baru. Dalam sejarah modern, kita tahulah bagaimana wabah malaria, kolera dll menimpa manusia dgn kondisi ilmu kedokteraan yg masih belum secanggih sekarang. Kalau waktu itu, penyakit penyakit itu dianggap sebagai.azab Tuhan, tidak akan ditemukan antibiotik dan obat obat modern lainnya.

“Bersyukurlah bahwa hanya sebagian kecil dr penduduk dunia kini, yg mengganggap corona sebagai azab...masyarakat dunia umumnya bergandengan tangan membantu korban dan melakukan berbagai upaya riset utk memgatasinya.

“Bangsa China malah akan makin kuat dan kompak dan akan mampuengatasi persoalan ini.

“Yg menganggap ini azab akan makin tertinggal dalam kebodohan dan keterbelakangan.”

Wabah virus corona jenis baru, atau COVID-19, masih terus melanda Tiongkok, dan telah membunuh hampir 1.800 orang dan menginfeksi lebih dari 70.000 orang, menurut laporan AFP tanggal 17 Februari 2020 ini.

Video yang sama dengan klaim serupa juga dibagikan di Facebook di sini, di sini, di sini dan di sini dan telah ditonton lebih dari 7.500 kali.

Klip dengan klaim yang mirip dalam bahasa Cina telah ditonton puluhan ribu kali setelah diunggah di Facebook di sini, di sini, di sini dan di sini; di Twitter di sini dan di sini; dan di YouTube di sini dan di sini

Video dengan durasi yang lebih pendek dengan klaim dalam bahasa Cina juga dibagikan oleh diplomat Tiongkok Zhao Lijian di sini di Twitter. 

Berikut tangkapan layar twit itu:

Image
Tangkapan layar twit 

Akan tetapi, video ini telah dibagikan dalam konteks yang menyesatkan. Klip itu sebenarnya menunjukkan pesawat China Southern Airlines di Nairobi, ibu kota Kenya, membawa pasokan medis yang dikumpulkan oleh diaspora Tiongkok untuk dikirim ke Guangzhou. Penumpang yang membeli tiket penerbangan ini di-upgrade oleh maskapai untuk memberikan ruang bagi kardus-kardus berisi bantuan yang diletakkan di kabin penumpang. 

AFP menemukan video berkualitas tinggi ini yang memperlihatkan dua label yang ditempel di beberapa kardus di akun Weibo Beijing News. 

Diterjemahkan ke bahasa Indonesia, label dengan aksara Han yang disederhanakan terlihat di salah satu kardus di detik kedelapan video itu, dengan bunyi: “Yayasan Amal Perantau Tiongkok Provinsi Jiangsu”. 

Image
Tangkapan layar video di detik kedelapan

Label di kardus yang lain terlihat di detik ke-11 bertuliskan “Yayasan Amal Jiangsu”. 

Image
Tangkapan layar video di detik ke-11

Pencarian lebih lanjut di situs web resmi Yayasan Amal Perantau Tiongkok Provinsi Jiangsu mengarah ke siaran pers tertanggal 8 Februari 2020 ini.

Diterjemahkan dari bahasa Cina ke bahasa Indonesia, judul siaran pers itu adalah: “Hampir 270.000 masker wajah yang disumbangkan oleh Asosiasi Bisnis Kenya Jiangsu tiba dengan selamat.” 

Sebagian siaran pers itu berbunyi: “Di Bandara Internasional Jomo Kenyatta di Nairobi, Kenya, kardus-kardus berisi masker ditumpuk dengan rapi di kargo China Southern Airlines dengan nomor penerbangan CZ634 menuju dari Nairobi ke Guangzhou. Komunitas Tionghoa di Kenya berjuang keras untuk mengumpulkan masker pelindung wajah ini untuk ibu pertiwi setelah epidemi. Cinta itu begitu hebat bahkan sampai kargo pun tidak mampu menampung semuanya.”

“Mengenai situasi ini, China Southern Airlines dengan segera dan dengan tegas meluncurkan rencana darurat, meng-upgrade semua penumpang secara gratis dan membebaskan area kabin untuk sumbangan penuh cinta kasih dari orang-orang Tiongkok di Kenya. Setelah mendarat, bea cukai Nanjing, Yayasan Amal Jiangsu dan Yayasan Amal Perantau Tiongkok Provinsi Jiangsu memberikan solusi tercepat dan paling efisien untuk mengirimkan donasi itu."

AFP juga menemukan artikel tertanggal 7 Februari 2020 ini yang diterbitkan di situs web Yayasan Amal Jiangsu, yang menyebutkan bantuan dari Kenya.

Diterjemahkan dari bahasa Cina ke bahasa Indonesia, sebagian artikel itu berbunyi: “Berpacu melawan waktu dan penyakit, Yayasan Amal Jiangsu secara tegas menerapkan instruksi Presiden Xi tentang ‘semua materi yang disumbangkan akan digunakan untuk pencegahan dan pengendalian epidemi tepat waktu’. 

“Yayasan Amal Perantau Tiongkok Provinsi Jiangsu mengorganisir Asosiasi Bisnis Kenya Jiangsu dan Asosiasi Klan Jiangsu untuk menyumbangkan 270.000 masker kepada Yayasan Amal Jiangsu.”

Artikel itu juga menampilkan foto kabin pesawat yang penuh dengan kardus-kardus berisi bantuan kemanusiaan, yang sebagian berlabel “Yayasan Amal Jiangsu”.

Berikut tangkapan layar artikel itu:

Image
Tangkapan layar artikel

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami