'Surat terakhir seorang terpidana mati' yang viral dibagikan dengan foto 'napi seksi' Jeremy Meeks yang sudah bebas dari penjara dan bekerja sebagai model
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Selasa 17/12/2019 pukul 09:40
- Waktu baca 7 menit
- Oleh: AFP Afrika Selatan, Tendai DUBE, AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Foto komposit tersebut diunggah di sini pada tanggal 13 Desember 2019 dan telah dibagikan lebih dari 1.400 kali.
Cerita terpidana mati itu dituliskan dalam bahasa Inggris namun telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi status unggahan menyesatkan yang berbunyi:
“SEBELUM DI SETRUM MATI, PERMINTAAN PRIA INI MEMBUAT SURAT WASIAT PADA IBUNYA
“Ibuku tersayang, jika hukum itu adil, saat ini juga kamu akan berada di sini. duduk denganku menunggu untuk disetrum di kursi elektrik ini, saya dinyatakan salah atas kejahatan yang kita lakukan bersama...
“Ibu, ingat tidak waktu anakmu berumur 3 tahun, Aku mencuri permen kakak? ibu tidak membetulkanku, ibu tidak bilang bahwa aku salah dan yang kulakukan itu tidak baik.
“Aku juga ingat waktu aku berumur 5 tahun, Pada hari itu aku mencuri mainan tetangga dan menyembunyikannya di rumah, tapi kamu kamu bilang: ‘mainan itu tidak ada di rumah’ .
“Ibu, ketika aku berumur 12 tahun, Aku menyembunyikan bola sepupuku di garasi rumah. ketika dia datang bermain ke rumah, tapi ibu malah bilang: ‘Ibu memang melihatnya sebelum bola itu hilang’.
“Apa ibu ingat di hari ketika aku dikeluarkan dari sekolah waktu aku berumur 15 tahun? Ayah ingin menghukumku, tapi ibu menolaknya dan di hari itu ibu bertengkar hebat dengan Ayah hanya karena ingin membelaku. ibu bilang aku masih muda. ibu juga bilang bahwa guru salah sudah mengatakan kalau aku tidak hadir di kelas, ibu membelaku, ibu bilang belum waktunya aku tahu bahwa aku salah.
“Ibu juga ingat dengan baik, ibu melihat aku mencuri sepeda tetangga ketika aku berumur 17 tahun, tapi ibu tidak melaporkan bahwa aku sudah menjualnya. ibu malah diam saja. ibu sangat sangat mencintaiku. ya, ibu sayang padaku, tapi ibu tidak membetulkan aku dan malah memanjakanku.
“Itulah bagaimana semuanya berawal dan selesai perlahan-lahan sampai hari ini ketika saya disetrum karena perampokan dan pembunuhan. aku masih sangat muda ibu, aku butuh perlindunganmu saja. dan saat ibu membaca ini, aku sudah mati. salam anakmu tersayang...’
Bisa dilihat bahwa sang anak merasa sangat kecewa atas parenting atau didikan sang ibu yang tidak membenarkan apa yang salah dan tidak memberitahu tentang pentingnya menjadi orang baik.”
Berikut tangkapan layar unggahan menyesatkan itu:
Foto-foto dengan klaim yang sama juga muncul di unggahan Facebook lainnya di sini, di sini dan di sini, dan dibagikan melebihi 2,600 kali.
Foto yang serupa dengan klaim dalam bahasa Inggris juga muncul di Facebook di sini.
Klaim itu salah. Foto pria dalam unggahan tersebut adalah Jeremy Meeks yang pernah dipenjara namun tidak pernah dijatuhi hukuman mati baik karena perampokan bank maupun pembunuhan.
Ada dua foto pria yang mirip di unggahan menyesatkan tersebut. Foto pertama merupakan foto hitam putih di artikel yang tampak seperti surat kabar sedangkan foto kedua merupakan foto pria yang mengenakan baju tahanan warna oranye.
Pencarian gambar terbalik di Google diikuti dengan pencarian kata kunci menemukan foto asli ini di situs foto AFP Forum yang diunggah pada tanggal 8 Juli 2014.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, keterangan foto itu berbunyi: “Jeremy Meeks, kanan, muncul di pengadilan ditemani pengacaranya Tai Bogan, 8 Juli 2014 di Stockton, California. Selama kemunculannya yang singkat negara sepakat untuk membiarkan jaksa federal mengambil alih kasus Meeks. Meeks ditangkap dengan tuduhan melakukan kejahatan yang berhubungan dengan senjata api pada tanggal 18 Juni saat polisi Stockton melakukan penyisiran geng. Foto separuh badannya diunggah di halaman Facebook kepolisian Stockton dan menarik perhatian media yang membuatnya mendapatkan agen Hollywood karena memiliki fitur wajah seperti model.”
Berikut tangkapan layar foto AFP Forum:
Berikut perbandingan foto pertama di unggahan menyesatkan (kiri) dan foto asli AFP (kanan):
Untuk foto kedua, pencarian gambar terbalik di Google menemukan foto asli ini diunggah oleh surat kabar Inggris Daily Mail di laporannya tertanggal 2 Juli 2017. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, judul laporan itu berbunyi: “Anak perempuan miliarder Inggris yang tidak tahu malu Chloe Green tertangkap basah bermesraan dengan ‘penjahat terseksi di dunia’ Jeremy Meeks di kapal pesiar mewah di Mediterania (tapi apa yang akan dikatakan ayahnya?)”
Berikut perbandingan foto kedua di unggahan menyesatkan (kiri) dan foto Daily Mail (kanan):
Jeremy Meeks ditangkap pada tanggal 18 Juni 2014 saat polisi melakukan penyisiran geng di Stockton, California. Sehari setelah ditangkap, foto Meeks yang diunggah oleh polisi lokal di halaman Facebook mereka mendapatkan banyak komentar yang mengatakan dia terlihat seperti model, menurut laporan AFP ini.
Media AS menjuluki dia “napi seksi”.
Di bulan Januari 2015, Meeks dijatuhi hukuman 27 bulan penjara untuk kepemilikan senjata api dan telah bebas pada bulan Maret 2016, menurut laporan ABC News ini.
Seperti yang terlihat di berbagai unggahan di Instagramnya, Meeks adalah seorang model dan telah bebas dari penjara. Foto terbaru Meeks di Instagram diunggah pada tanggal 12 Desember 2019 lalu dengan keterangan bahwa “hidup ini sangat gila dan luar biasa pada waktu yang bersamaan… segala sesuatu mungkin terjadi. Dan lidah itu memiliki kekuatan jadi katakan apa yang kamu inginkan menjadi kenyataan.”
Mengenai surat terakhir terpidana mati, unggahan Facebook itu tidak menyebutkan nama penulis surat maupun mengatakan bahwa surat tersebut asli.
Situs pemeriksa fakta AS Snopes melakukan verifikasi pada tahun 2015 ketika unggahan dengan narasi dan foto yang sama dalam bahasa Inggris tersebar di dunia maya. Snopes melaporkan bahwa surat itu tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami