Video ini menunjukkan anggota Korps Brimob Polri di bandara -- bukan tentara Tiongkok

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Rabu 15/02/2023 pukul 09:37
  • Diperbarui pada hari Rabu 15/02/2023 pukul 09:47
  • Waktu baca 3 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Sebuah video yang diambil di bandara dibagikan dengan narasi salah bahwa video itu menunjukkan tentara Tiongkok tiba di Indonesia untuk melindungi pekerja Tiongkok di Indonesia. Video itu telah ditonton puluhan ribu kali dan beredar sekitar dua minggu selepas bentrokan maut yang menewaskan seorang TKA Tiongkok di Morowali. Padahal, orang-orang dalam video itu sebenarnya mengenakan seragam Brimob. Dalam pernyataannya, Humas Polri mengatakan video tersebut menunjukkan anggota Brimob yang kembali setelah ditugaskan di Papua.

Video tersebut diunggah pada tanggal 2 Februari 2023 di Facebook sini, di mana video itu telah ditonton lebih dari 580 kali.

Video berdurasi 25 detik t tersebut menunjukkan puluhan orang berpakaian militer berdiri di depan sebuah pesawat Lion Air di landasan sebuah bandara. Mereka kemudan terlihat berjalan menuju eskalator ke gedung terminal bandara.

"INDONESIA TERANCAM DIJAJAH KOMUNIS CHINA. TENTARA CHINA SUDAH MASUK INDONESIA UNTUK LINDUNGI TKA CHINA," begitu tulis status postingan tersebut.

Image
Tangkapan layar unggahan menyesatkan, diambil pada tanggal 10 Februari 2023

Video tersebut tersebar di media sosial sekitar dua minggu setelah bentrokan di fasilitas pengolahan nikel yang didanai Tiongkok di Morowali Utara, Sulteng -- yang bermula dari unjuk rasa soal kondisi buruh -- menewaskan setidaknya satu pekerja lokal dan satu orang TKA.

Video tersebut telah ditonton lebih dari 43.000 kali setelah diposting bersama klaim serupa di Facebook di sini dan di sini; di Twitter di sini dan di sini; dan di YouTube di sini dan di sini; serta di TikTok di sini dan di sini.

Video anggota Brimob

Dalam pernyataan yang diunggah di akun Instagram resmi mereka pada tanggal 4 Februari 20023, Humas Polri mengatakan bahwa video tersebut menunjukan anggota Brimob yang menyelesaikan tugas di Satgas Operasi Damai Cartenz, operasi gabungan Polri dan TNI di Papua.

"Divisi Humas Polri memastikan video tersebut adalah TIDAK BENAR atau HOAKS. Faktanya, video tersebut adalah pasukan Brimob yang tiba setelah bertugas di Satgas Damai Cartenz, Papua," bunyi keterangan Humas Polri di Instagram.

Pencarian kata kunci di YouTube menemukan video tentang Satgas Damai Cartenz ini, yang diunggah di di kanal YouTube Humas Korps Brimob pada tanggal 29 Desember 2022.

Pada detik ke-41 dan detik ke-47, video Brimob menunjukkan personel Brimob menggunakan seragam seperti yang dikenakan dalam video di unggahan sesat.

Berikut perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan video Brimob (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan video Brimob (kanan)

Pada detik pertama video di unggahan sesat, terlihat emblem bendera merah putih di lengan kanan seragam. Emblem yag sama juga terlihat di lengan kanan anggota Brimob, dimulai dari detik ke-41 di video Brimob.

Berikut perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri), emblem bendera merah-putih yang diperbesar (tengah) dan video Brimob (kanan) -- dengan bagian-bagian sepadan dilingkari warna merah oleh AFP:

Image
Perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri), emblem bendera merah-putih yang diperbesar (tengah) dan video Brimob (kanan)

Secara terpisah, Danang Mandala Prihantoro, seorang juru bicara Lion Air, mengatakan pada AFP bahwa video tersebut menjukkan "penerbangan domestik" dan bukan sebuah pesawat yang mengangkut tentara Tiongkok ke Indonesia.

Situs resmi Lion Air menunjukkan rute penerbangan melayani beberapa kota di Papua tapi tidak ada pelayanan penerbangan ke Tiongkok.

Berikut tangkapan layar rute penerbangan Lion Air di situs web mereka:

Image
Tangkapan layar rute penerbangan di situs web Lion Air

AFP sebelumnya membongkar klaim salah lain yang juga berkaitan dengan bentrokan di Morowali di sini.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami