Para pakar sebut stasiun HAARP di AS tidak ciptakan gempa Turki-Suriah

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Kamis 09/03/2023 pukul 05:17
  • Diperbarui pada hari Kamis 09/03/2023 pukul 06:16
  • Waktu baca 7 menit
  • Oleh: AFP Indonesia, AFP Rumania
Selepas gempa bumi menghantam Turki dan Suriah pada bulan Februari 2023, berbagai unggahan media sosial menyebarkan klaim salah bahwa bencana tersebut "buatan manusia" dan diciptakan oleh fasilitas riset Amerika Serikat bernama High-frequency Active Auroral Research Program (HAARP). Narasi itu beredar dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Sejumlah ilmuwan yang diwawancarai AFP menyebut klaim tersebut sebagai "fiksi sains" dan "konyol". Salah satu video dalam unggahan sesat sudah pernah beredar di internet sebelum bencana terjadi.

Sebuah video berwarna hitam-putih, yang sepertinya direkam kamera pengawas (CCTV), diunggah di postingan Facebook tanggal 9 Februari 2023 ini.

Video berdurasi 22 detik itu berisi rentetan kilat cahaya yang sepertinya terjadi saat gempa bumi berlangsung.

Unggahan itu diawali tagar #Bencana_Alam_Buatan dan selanjutnya menuliskan, "TEKNOLOGI HARRP itu ada dan nyata ... Jika benar gempa Turki itu berasal dari serangan HAARP, maka Turki dan negara negara Islam harus bersatu untuk merudal pusat stasion HAARP yang ada di Gakona AS dekat Alaska."

Image
Tangkapan layar unggahan sesat pertama, diambil pada tanggal 4 Maret 2023

Video tersebut menyebar pula dengan klaim serupa di sini dan di sini, dan juga dalam sejumlah bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Rumania, bahasa Jerman dan bahasa Yunani.

Unggahan-unggahan tersebut disebarkan beberapa hari setelah gempa bumi magnitudo 7,8 meluluhlantakkan wilayah tenggara Turki dan negara tetangganya, Suriah, pada tanggal 6 Februari 2023. Hingga akhir Februari, bencana tersebut telah menewaskan lebih dari 50.000 jiwa di kedua negara.

Klaim gempa Turki-Suriah diciptakan HAARP juga disebarkan dalam postingan video ini, yang diunggah ke Facebook pada tanggal 7 Februari 2023. Video sepanjang 40 detik itu berisi kilatan cahaya dan rentetan suara berderak-derak pada malam hari.

Video itu disertai sebuah teks panjang, yang sebagiannya bilang, "Beberapa saat sebelum gempa dahsyat berkekuatan hampir 8 di Turki dengan ribuan korban tewas, senjata HAARP muncul dengan kilatan petir yang aneh. HAARP memiliki kemampuan memicu banjir, angin topan, gempa bumi, badai petir dll."

Image
Tangkapan layar unggahan sesat kedua, diambil pada tanggal 4 Maret 2023

Video dan klaim serupa muncul di postingan ini yang diunggah oleh pengguna Facebook lain dari Indonesia .

Postingan serupa juga beredar dalam berbagai bahasa lain, seperti bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Spanyol, bahasa Belanda, bahasa Rumania, bahasa Hungaria dan bahasa Ceska.

Namun sejumlah pakar lintas disiplin yang diwawancarai AFP -- mulai dari bidang astronomi, geofisika sampai ilmu kebumian -- menyebut klaim tersebut salah.

Mereka bilang HAARP -- sebuah pusat penelitian yang tadinya dijalankan Angkatan Udara and Angkatan Laut AS sebelum diserahkan ke University of Alaska Fairbanks pada tahun 2015 -- tidak mampu menciptakan gempa bumi.

'Fiksi sains'

HAARP berfokus meneliti sifat dan perilaku ionosfer. Ionosfer, seperti dijelaskan NASA di sini, adalah lapisan atmosfer bumi teratas sebelum ruang angkasa.

Jeffrey Hughes, profesor astronomi di Universitas Boston, menuturkan kepada AFP bahwa gelombang radio HAARP memanaskan ionosfer dalam wilayah terbatas, sekitar 100 km. "Tidak mungkin ini dapat digunakan untuk menciptakan efek di tengah-tengah bumi yang padat. Maaf, tapi ini hanya omong kosong," katanya.

Toshi Nishimura, pakar geofisika dan lektor kepala riset dari Fakultas Teknik di Universitas Boston, berkata, "Saat ini tidak ada teknologi untuk meluncurkan gelombang radio dari tanah dan ditujukan ke kota di benua lain dengan tepat."

Ia menambahkan: "Gelombang radio buatan dapat mengganggu atmosfer atas secara lokal, tetapi hal ini dapat dibandingkan dengan gangguan yang disebabkan oleh matahari. Saya tidak mengetahui adanya bukti ilmiah bahwa gelombang buatan dapat menciptakan gangguan yang lebih kuat dan mempengaruhi kondisi seismik lokal."

Susan Hough, pakar geofisika dari US Geological Survey (USGS), melabeli klaim-klaim tersebut sebagai "fiksi ilmiah". "Tidak ada mekanisme masuk akal di mana gempa bumi dapat dipicu oleh alat atau senjata seperti itu," katanya kepada AFP.

"Ini gilanya sama halnya dengan bertanya apakah gempa bumi disebabkan oleh Bugs Bunny yang mencari wortel," kata David Keith, guru besar fisika terapan dari Sekolah Teknik dan Ilmu Terapan di Universitas Harvard, kepada AFP. "Tidak ada mekanisme apa pun yang telah diketahui dan mirip dengan HAARP yang dapat menghasilkan dampak pada gempa bumi."

Michael Lockwood, profesor fisika lingkungan luar angkasa di Universitas Reading, Inggris, yang telah bekerja dengan instrumen ilmiah serupa di lokasi lain, dengan tegas berkata, "HAARP BUKAN sebuah senjata dalam bentuk apa pun dan tidak pernah menjadi senjata, serta tidak dapat digunakan sebagai senjata".

"Ide bahwa HAARP, yang terletak di utara Gakona, Alaska, dapat menghasilkan aktivitas seismik di mana saja, apalagi di Turki dan Suriah, terus-terang, benar-benar konyol," tambahnya.

Di halaman FAQ-nya, HAARP menuliskan: "Penelitian di HAARP bertujuan untuk melakukan studi mendasar tentang proses fisika yang terjadi di bagian teratas atmosfer kita."

Ketika ditanya AFP soal klaim gempa Turki-Suriah diciptakan HAARP, Jessica Matthews, manajer program fasilitas itu, mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi.

“Gempa bumi baru-baru ini dan kehilangan tragis dari begitu banyak jiwa menunjukkan kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh bencana alam. Peralatan penelitian di situs HAARP tidak dapat menciptakan atau memperkuat bencana alam,” katanya kepada AFP.

Video yang disalahgunakan

Video dalam unggahan juga disebarkan dengan konteks salah.

Dari hasil pencarian kata kunci, AFP menemukan video pertama sebelumnya disiarkan stasiun televisi Turki Haber Global pada tanggal 23 November 2022 -- dua bulan lebih sebelum gempa Turki-Suriah.

Menurut laporan berita Haber Global, rekaman tersebut menunjukkan kilatan cahaya selama gempa di wilayah Duzce di barat laut Turki pada hari yang sama.

Dalam klip itu, pembaca berita mengatakan fenomena "sinar cahaya" juga pernah terlihat di gempa lain, manakala terjadi pergerakan di garis-garis patahan bumi.

Media lokal lainnya, seperti ini dan ini, juga memberitakan kilatan cahaya di langit selama gempa bulan November 2022 di Turki. Gempa berkekuatan 6,1 magnitudo itu melukai setidaknya 50 orang, menurut berita AFP saat itu.

Dengan menggunakan beberapa potongan video yang dihasilkan alat verifikasi video InVID-WeVerify, AFP melakukan pencarian gambar terbalik di Yandex. Penelusuran itu menemukan video kedua dimuat oleh surat kabar Turki, Yeni Safak, dalam laporan di situs web dan laman Facebook mereka pada tanggal 6 Februari 2023.

Menurut Yeni Safak, video itu direkam seorang warga sewaktu gempa di Provinsi Hatay, Turki bagian selatan.

Media Turki lainnya, seperti ini dan ini, juga melaporkan video itu direkam saat gempa di Hatay. Tetapi media lainnya, seperti ini, mengatakan rekaman itu diambil di Pazarcik, sebuah distrik di Provinsi Kahramanmaras, Turki selatan.

Tak satu pun laporan media Turki itu menyebutkan soal HAARP.

Seperti dilansir AFP, Hatay dan Kahramanmaras adalah dua provinsi yang paling parah terdampak gempa Februari 2023.

Cahaya gempa bumi

Para ahli yang diwawancarai AFP mengatakan cahaya seperti di video bukanlah bukti HAARP memicu gempa bumi.

Fenomena tersebut umum terjadi selama gempa, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat tentang asal-usulnya.

Seperti dijelaskan USGS di sini, sejumlah fenomena, seperti kilat lembaran (sheet lightning), bola cahaya (balls of light), pita (streamer) dan pijar stabil (steady glow), yang dilaporkan terkait dengan gempa bumi disebut sebagai cahaya gempa bumi (earthquake lights).

Namun, tak semua pakar geofisika sependapat bahwa beberapa kondisi tersebut benar-benar merupakan cahaya gempa bumi, USGS menambahkan.

"Sebagian besar ahli sepakat bahwa cahaya gempa bumi memang terjadi. Hal itu merujuk kepada kilatan cahaya yang terlihat selama gempa bumi kuat. Kadang-kadang cahaya dihasilkan ledakan transformator, tetapi ada bukti cahaya berasal dari bumi sendiri," Hough dari USGS menjelaskan kepada AFP.

"Ada beberapa pandangan mengapa hal-hal tersebut terjadi. Tetapi saya tidak percaya ada teori yang diterima secara luas untuk menjelaskannya. Sebagian karena hal tersebut adalah pengamatan yang bersifat sangat sementara, sulit untuk didokumentasikan," tambahnya.

AFP juga memperlihatkan video yang ditayangkan media Turki kepada para ahli.

John Vidale, profesor ilmu bumi di Universitas California Selatan, mengatakan bahwa "kejadian di video seperti ini biasanya berasal dari transformator listrik yang mengalami gangguan selama guncangan yang kuat."

Hughes dari Universitas Boston setuju. "Bagi saya, rekaman-rekaman tersebut, setidaknya beberapa di antaranya, terlihat seperti kilatan yang Anda lihat saat sistem listrik bermasalah, yang saya yakin terjadi saat terjadi kerusakan oleh gempa bumi," katanya.

Turki, yang terletak di garis patahan Anatolia Timur dan Anatolia Utara, berada di salah satu zona gempa bumi paling aktif di dunia.

Image

"Menurut semua indikasi, gempa bumi Turki, meskipun memang besar, sesuai dengan perkiraan mengenai gempa besar yang terjadi pada sistem sesar strike-slip (geser mendatar) yang besar," kata Hough.

AFP sebelumnya telah membongkar sejumlah hoaks lain tentang HAARP, seperti bahwa stasiun riset AS itu menciptakan awan jingga aneh di langit Turki beberapa pekan sebelum gempa, bahwa HAARP bisa mengendalikan cuaca dan memancarkan radiasi 5G berisi virus corona.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami