Pihak berwenang sanggah klaim 'pengungsi Rohingya rusak rumah penampungan di Sidoarjo'

  • Diterbitkan pada hari Kamis 11/01/2024 pukul 08:22
  • Diperbarui pada hari Kamis 11/01/2024 pukul 08:44
  • Waktu baca 3 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Kedatangan ratusan pengungsi Rohingya ke Indonesia sejak bulan November 2023 -- gelombang terbesar dalam beberapa tahun terakhir -- telah memicu banjirnya hoaks yang menyasar etnis minoritas di Myanmar tersebut. Beberapa media online bahkan ikut menayangkan video di kanal medsos mereka dengan narasi salah bahwa itu adalah rekaman rumah susun di Sidoarjo yang dirusak orang-orang etnis Rohingya. Faktanya, pihak berwenang di Jawa Timur mengatakan pada AFP bahwa pengungsi Rohingya tidak terlibat dalam insiden itu dan pelakunya adalah pengungsi dari negara lain. 

"Rumah susun Taman Sidoarjo, Jawa Timur dirusak oleh Pengungsi Rohingya hanya karena Listrik Padam selama 24 jam," tulis teks yang tertera pada video TikTok, yang diunggah media Indozone pada 9 Desember 2023.

Video berdurasi satu menit enam detik yang telah ditonton lebih dari 1,1 juta kali tersebut menunjukkan kaca-kaca jendela pecah, serta berbagai perabotan rusak dan pot tanaman berserakan di lantai.

"Hancur, cuy. Ini pengungsi lama-lama ngawur, kurang ajar," kata seseorang yang merekam video itu.

Image
Tangkapan layar unggahan sesat, diambil pada tanggal 2 Januari 2024

Menurut keterangan di unggahan tersebut, video tersebut "memperlihatkan pengungsi Rohingya diduga merusak fasilitas rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Puspa Agro Jemundo Kecamatan Taman di Sidoarjo, Jawa Timur karena lampu padam selama 24 jam imbas kebakaran gudang PT Lazada pada Jumat, 8 Desember 2023."

Seperti dilansir Kompas dan Liputan 6, sekitar 30 pengungsi merusak fasilitas di Puspa Agro pada tanggal 8 Desember 2023, setelah mereka memprotes pemadaman listrik selama berjam-jam di rusunawa, yang disebabkan oleh kebakaran di gudang dan kantor perusahaan e-commerce Lazada (tautan arsip iniini dan ini).

Video itu beredar di tengah meningginya sentimen anti-Rohingya. Lebih dari 1.500 pengungsi Rohingya mendarat di Provinsi Aceh sejak pertengahan November 2023 -- gelombang pengungsi yang disebut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai gelombang terbesar dalam delapan tahun terakhir.

Sejumlah pengungsi mengatakan bahwa mereka melarikan diri dari kekerasan yang meningkat di kamp pengungsian di Cox's Bazar di Bangladesh, tempat lebih dari satu juta orang tinggal. Di sana, para pelaku kejahatan kerap menyiksa dan menculik para penduduk demi uang tebusan.

Namun, kelompok etnis minoritas yang dipersekusi di Myanmar itu juga menghadapi penolakan dari warga Aceh, dan di beberapa kasus, kapal mereka bahkan didorong kembali ke lautan.

Ketegangan makin meninggi pada akhir Desember 2023, saat ratusan mahasiswa di Aceh mendatangi tempat penampungan sementara dan mengusir lebih dari seratus pengungsi Rohingya.

Video tersebut juga disebar dengan klaim serupa oleh beberapa media lainnya, seperti PojokSatu.id di TikTok, Tribun Pontianak di Facebook, dan Banjarmasin Post di Instagram dan YouTube -- semuanya ditonton lebih dari 844.000 kali.

Namun, otoritas pemerintah Jatim memberitahu AFP bahwa para pengungsi Rohingya bukanlah pelaku perusakan tersebut.

Bukan pengungsi Rohingya

Menurut data dari pejabat setempat, sekitar 300 pengungsi tinggal di Puspa Agro (tautan arsip ini dan ini).

Para pengungsi asing yang ditampung di sana kebanyakan berasal dari Afghanistan, sementara yang lainnya dari Eritrea, Iran, Irak, Pakistan, Somalia dan Suriah. Hanya enam pengungsi Rohingya yang tinggal di Puspa Agro.

Selain itu, Puspa Agro juga ditempati oleh para warga Sidoarjo dan pengungsi Syiah asal Madura, yang diusir dari tempat tinggal mereka lebih dari 10 tahun lalu (tautan arsip ini dan ini).

Seorang anggota staf Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Timur -- badan yang bertanggung jawab dalam urusan pengungsi di provinsi itu -- memberitahu AFP bahwa setelah insiden tersebut, mereka melakukan pengecekan ke rusunawa bersama petugas Rumah Detensi Imigrasi Surabaya dan menemukan bahwa pelaku pengrusakan bukan pengungsi Rohingya.

"Kami dapat memastikan pengrusakan bukan oleh pengungsi Rohingya, tapi kelompok lain," kata anggota staf Bakesbangpol Jatim pada tanggal 4 Januari 2024.

Sebelumnya, Kasubsi Ketertiban Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Surabaya Wahyu Tri Wibowo mengatakan kepada wartawan bahwa rusunawa tersebut tidak dirusak oleh pengungsi Rohingya.

"Bukan pengungsi etnis Rohingya, mereka pengungsi lain," ujarnya, sebagaimana dikutip oleh Detikcom dan Metro TV pada tanggal 10 December 2023.

AFP sebelumnya menyanggah misinformasi lain tentang pengungsi Rohingya di Indonesia di sini.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami