
Pemerintah Thailand sanggah laporan bahwa negara itu 'akan hentikan vaksin Covid Pfizer'
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Selasa 21/02/2023 pukul 08:22
- Diperbarui pada hari Jumat 24/02/2023 pukul 03:04
- Waktu baca 3 menit
- Oleh: AFP Thailand, AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Klaim itu diunggah pada tanggal 10 Februari 2023 di Facebook di sini.
Status panjang postingan itu antara lain berbunyi: "thailand menjadi negara pertama di dunia yang menyatakan kontrak Pfizer batal demi hukum
"Seorang juru bicara pemerintah Thailand mengatakan kepada Profesor Sucharit Bhakdi minggu ini bahwa negaranya dapat segera menjadi yang pertama di dunia yang membatalkan dan membatalkan kontraknya dengan raksasa farmasi Pfizer.
"Menurut Bhakdi, juru bicara mengatakan, mengacu pada 'vaksin' eksperimental perusahaan, bahwa 'kami akan memastikan bahwa Thailand adalah negara pertama di dunia yang menyatakan kontrak ini (dengan Pfizer) batal.'
"Kami diberitahu bahwa Keluarga Kerajaan di Thailand terkena dampak langsung dari suntikan covid Pfizer, yang kabarnya mencelakai putri raja, Putri Bajrakitiyabha. Oleh karena itu, otoritas Thailand berupaya untuk mengakhiri hubungan negara tersebut dengan Pfizer."

Postingan itu turut membagikan tautan artikel berbahasa Inggeris yang diterbitkan Natural News, yang menyebutkan narasi serupa dengan mengutip pakar mikrobiologi Sucharit Bhakdi. Pakar Thai-Jerman itu sebelumnya pernah dikritik karena membagikan hoaks tentang vaksin Covid-19. Natural News adalah situs berita Amerika yang menerbitkan laporan hoaks tentang vaksin.
Spekulasi tanpa bukti bahwa Putri Bajrakitiyabha Mahidol telah mengalami efek samping suntikan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech muncul selepas putri sulung Raja Thailand Maha Vajiralongkorn itu jatuh tak sadarkan diri saat mengikuti sesi latihan anjing militer di bulan Desember 2022.
Narasi serupa tentang kontrak Pfizer di Thailand telah dibagikan lebih dari 40 kali setelah beredar di sini, di sini dan di sini.
Klaim itu tak hanya beredar di antara pengguna media sosial dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris, bahasa Thai, bahasa Mandarin, bahasa Burma dan bahasa Malaysia. Narasi itu juga disebarkan oleh dokter anti-vaksin Amerika dr Peter McCullough dan tokoh teori konspirasi Inggris David Icke.
Namun, klaim itu salah.
Dalam pernyataan tanggal 7 Januari 2023, pihak istana Thailand mengatakan bahwa dokter istana menyimpulkan kondisi sang putri berusia 44 tahun itu diakibatkan oleh infeksi mycoplasma.
Pihak istana juga menyampaikan bahwa Putri Bajrakitiyabha masih tak sadarkan diri. Hingga tanggal 21 Februari 2023, belum ada keterangan baru yang mereka rilis.
Thailand meluncurkan program vaksinasi Covid-19 di bulan Februari 2021. Pemerintah menawarkan suntikan vaksin Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, Sinovac dan Sinopharm untuk publik -- dan suntikan vaksin Moderna di rumah sakit swasta.
Menanggapi klaim dalam postingan media sosial, pihak otoritas kesehatan Thailand mengatakan bahwa negara itu belum mengganti kebijakan vaksin Covid-19.
Kajornsak Kaewcharas, wakil dirjen Departemen Pengendalian Penyakit Thailand, mengatakan pada tanggal 9 Februari 2023 bahwa "tak ada perubahan kebijakan vaksin" sampai hari itu.
"Kami akan terus menyediakan vaksin untuk masyarakat umum, dengan sasaran yang sama, yakni mencapai dua suntikan booster," katanya kepada AFP. "Belum ada diskusi tentantang perubahan jenis vaksin yang tersedia untuk publik."
Hingga tanggal 21 Februari 2023, tidak ada pernyataan resmi dari kerajaan Thailand perihal perubahan kontrak vaksin Pfizer di negara itu.
Sebelumnya, pada tanggal 3 Februari 2023, Kementerian Kesehatan Publik Thailand membuat pernyataan bahwa rumor tentang negara itu melarang vaksin Pfizer-BioNTech Covid adalah "berita palsu".
Pada tanggal 8 Februari 2023, Badan Obat dan Makanan Thailand mengumumkan bahwa mereka akan memperpanjang tanggal kadaluarsa beberapa batch vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19 dari sembilan bulan ke 15 bulan sejak tanggal produksi.
Menurut pakar kesehatan di Meedan, lembaga nirlaba yang menyanggah misinformasi seputar kesehatan, tanggal kadaluarsa vaksin bisa diperpanjang untuk mengurangi jumlah vaksin terbuang dan meningkatkan akses vaksin.
"Vaksin Pfizer Covid-19 cukup stabil, aman dan efektif hingga sampai 18 bulan sejak tanggal produksi," kata Meedan kepada AFP pada tanggal 14 Februari 2023.
AFP telah membongkar berbagai klaim salah dan menyesatkan tentang vaksin.
24 Februari 2023 Laporan ini diperbarui untuk menambahkan penjelasan tentang Natural News.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami