A health worker shows a bottle of ivermectin in Cali, Colombia, on July 21, 2020 (AFP / Luis ROBAYO)

Misinformasi terkait ivermectin untuk obati kanker menyebar di media sosial

Setelah di masa pandemi ivermectin diklaim dapat mencegah atau menyembuhkan Covid-19, sekarang muncul klaim salah lainnya yang menyebut obat keras ini dapat menyembuhkan kanker. Padahal, para pakar kesehatan berulang kali memperingatkan bahaya mengonsumsi obat tersebut di luar penggunaannya yang telah disetujui oleh dokter. Meski ada penelitian yang tengah dilakukan untuk memeriksa efektivitas ivermectin dalam penanganan kanker, obat ini belum disetujui sebagai penyembuh penyakit mematikan itu. Para dokter juga mengingatkan pasien agar tidak menunda pengobatan yang telah terbukti efektif demi mengikuti klaim yang belum terbukti tentang ivermectin.

"Kepada para Dokter untuk wakeup. Kalian sdh di bohongi oleh Elite Global Farmarsi atas nama Science utk jual obat kangker. Tumor / Kangker penyebabnya adalah Parasit. itulah alasan Ivermectin dan Methylene Blue sangat berperan dalam membunuh parasit," tulis unggahan X pada 31 Maret 2025.

Postingan tersebut menyertakan sebuah video yang diklaim menunjukkan video tumor berisi parasit.

Image
Tangkapan layar postingan misinformasi, diambil pada 20 Mei 2025.

Klaim serupa yang mengaitkan ivermectin dengan penyembuhan tumor dan kanker juga beredar di seluruh dunia dalam berbagai bahasa, di antaranya dalam bahasa Prancis, Spanyol, dan Belanda.

Di Indonesia, klaim semacam ini beredar di X di sini dan sini.

Klaim tersebut beredar setelah informasi salah tentang ivermectin disebarkan selama bertahun-tahun, terutama oleh mereka yang skeptis terhadap vaksin mRNA yang dikembangkan untuk melindungi tubuh dari Covid-19 (tautan arsip).

Pada 2021, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan bahwa ivermectin adalah "obat keras yang pembeliannya harus dengan resep dokter dan penggunaannya di bawah pengawasan dokter" (tautan arsip).

Di Indonesia, obat ini terdaftar untuk menanganai indikasi infeksi kecacingan. Pemberiannya pun terbatas hanya sekali dalam setahun.

Ivermectin telah terbukti "secara klinis efektif melawan infeksi cacing tertentu dan kudis," tutur  Akos Heinemann, Kepala Riset Departemen Farmakologi di Medical University of Graz, Austria, kepada AFP pada 29 April (tautan arsip).

"Sedangkan klaim lainnya hanyalah spekulasi yang tidak berdasarkan data dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah atau hanya rekayasa belaka," ucapnya.

Berpotensi berbahaya

Sejumlah efek samping bisa muncul dari konsumsi obat tersebut (tautan arsip).

Pada 2021, di tengah meningkatnya aduan ke pusat penanganan keracunan, Badan Kesehatan Kanada mengeluarkan peringatan tentang konsumsi ivermectin di luar penggunaannya atau yang diformulasikan untuk hewan ternak (tautan arsip). "Warga Kanada tidak boleh mengonsumsi produk kesehatan yang ditujukan untuk hewan karena berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan serius, termasuk kejang, koma, bahkan kematian," ungkapnya.

Juru bicara Badan Kesehatan Kanada mengatakan bahwa anjuran tersebut masih berlaku hingga 2025. "Sikap Badan Kesehatan Kanada tentang obat tersebut belum berubah."

Selain itu, Heinemann mengatakan, "meresepkan atau mengonsumsi ivermectin di luar penggunaannya yang disetujui adalah sebuah kelalaian besar."

Peneliti di Pusat Virologi Medical University of Vienna, Monika Redlberger-Fritz mengamini hal ini (tautan arsip). "Ivermectin seharusnya hanya digunakan sesuai kegunaannya; penggunaan lain di luar itu tidak direkomendasikan," ujarnya pada 29 April 2025.

Perlu uji klinis

Para pakar menjelaskan kepada AFP bahwa efektivitas ivermectin dalam menangani kanker sedang diteliti oleh para saintis. Meski demikian, studi-studi tersebut masih jauh dari kesimpulan bahwa obat ini adalah alternatif untuk mengobati kanker.

Sejak medio 1990an, uji laboratorium dan penelitian pada hewan menunjukkan bahwa molekul ivermectin bisa jadi memiliki perangkat anti-kanker.

Kepala Informasi Saintifik French Anti-Cancer League, Jérôme Hinfray, mengatakan kepada AFP pada Maret 2025, "Para saintis menunjukkan bahwa molekul tersebut bisa jadi memiliki perangkat antiproliferatif yang memperlambat perkembangan sel kanker. Ia juga memiliki perangkat antimetastatik yang bisa mencegah penyebaran kanker di organisme hewan yang dijadikan uji coba."

Meski demikian, menurut dokter spesialis onkologi serta Direktur Pencegahan, Organisasi, dan Unit Perawatan di National Cancer Institute of France, Claude Linassier, studi-studi tadi belum bisa diberlakukan ke manusia, dan penelitian serta uji klinis lanjutan masih diperlukan (tautan arsip).

"Kita tidak bisa begitu saja memberlakukan data dari eksperimen tikus ke manusia," katanya.

"Mengeklaim bahwa ivermectin efektif mengobati kanker itu pasti salah atau khayalan dan tidak berdasar data-data ilmiah," lanjutnya.

Penelitian menunjukan bahwa kanker muncul dari mutasi di dalam sel, bukan dari parasit eksternal (tautan arsip). Namun, klaim salah yang banyak beredar menyebut bahwa kanker adalah parasit (tautan arsip). Ini menyebabkan misinformasi tentang ivermectin makin menyebar.

Canadian Cancer Society turut membuat postingan di X untuk memperingatkan tentang "harapan palsu" yang disuguhkan misinformasi terkait penanganan kanker (tautan arsip).

"Pembedahan, radiasi, dan obat kanker yang disetujui seperti kemoterapi, itu aman dan terbukti menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Memilih untuk menggunakan terapi alternatif dapat menimbulkan dampak kesehatan yang serius, seperti kanker menyebar atau bertambah parah," kata organisasi tersebut.

Informasi lebih lanjut tentang misinformasi kesehatan yang dibantah AFP tersedia di sini.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami