Video lama kunjungan Jokowi ke Padang dikaitkan dengan bencana banjir 2025
- Diterbitkan pada hari 15/12/2025 pukul 09:26
- Waktu baca 3 menit
- Oleh: AFP Indonesia
Publik mengecam beberapa pejabat pemerintah Indonesia yang dianggap melakukan "wisata bencana" ketika mengunjungi banjir dan tanah longsor di Aceh dan Sumatra pada November 2025. Namun, tidak ada laporan resmi yang menyebutkan bahwa mantan presiden Joko Widodo termasuk dalam barisan yang mengunjungi banjir di sana, berbeda dengan postingan di media sosial yang menyebut Jokowi berkunjung dan membuat pencitraan. Video yang beredar diambil pada Mei 2024, ketika Jokowi pergi ke Padang yang terkena banjir lumpur.
Jokowi tinjau banjir di Sumbar" tulis keterangan pada video TikTok tanggal 1 Desember 2025 tersebut.
"Si Muldhono paling gercep kalau soal pencitraan," bunyi teks yang ditempelkan pada klip tersebut, sambil merujuk kepada ejekan nama Jokowi.
Presiden Indonesia ke-7 itu diapit oleh beberapa staf sambil melintasi jalanan yang berantakan.
Postingan serupa yang mengejek Jokowi juga beredar di TikTok pada 28 November, memperlihatkan ia berjalan di tengah area yang terdampak bencana.
"Jokowi tiba di lokasi bencana Sumbar. Presiden yang dibenci sebagian masyarakat Indonesia, Pak Jokowi, tapi paling peduli pada korban bencana, langsung turun lokasi bencana tanpa banyak bicara," bunyi tulisan yang ditempelkan pada video.
Klip tersebut juga beredar di TikTok dengan klaim yang serupa, beberapa hari setelah banjir dan tanah longsor mematikan menghantam Pulau Sumatra, dan mengakibatkan hilangnya 1.022 nyawa dan 206 lainnya masih belum ditemukan (tautan arsip).
Hujan lebat dan longsor berkelanjutan mengakibatkan rusaknya infrastruktur dan jutaan orang harus mengungsi karena kehilangan tempat tinggal, sementara harga-harga bahan baku, seperti telur, meroket (tautan arsip).
Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dan sejumlah menteri telah mengunjungi wilayah yang terdampak banjir -- meski pemerintah menolak untuk menetapkan status bencana nasional, dan mengakibatkan banyaknya protes dan kritik dari masyarakat bahwa mereka hanya melakukan "wisata bencana" dan pencitraan belaka (tautan arsip di sini dan sini).
Pengguna media sosial berkomentar mengkritik Jokowi, memperlihatkan seolah mereka percaya bahwa video salah tersebut memang direkam belakangan ini.
"Mau ngapain. Biar pencitraan terus. Dah ga butuh pemimpin seperti itu," kata salah satu pengguna. Lainnya berkomentar: "Capek lihat Jokowi terus."
Namun, per 10 Desember, tidak ada laporan resmi yang menyebut Jokowi --yang telah habis masa jabatan pada Oktober 2024, dan tidak lagi memegang jabatan di pemerintahan, berkunjung ke Sumatra Barat setelah banjir besar terjadi.
Pencarian gambar terbalik menggunakan potongan gambar pada klip pertama cocok dengan postingan Instagram yang diunggah pada 21 Mei 2024 (tautan arsip).
Postingan itu menyatakan bahwa Jokowi mengunjungi Simpang Bukik, yang terletak di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, setelah banjir lumpur.
Berdasarkan laporan kantor berita Antara, Jokowi mengunjungi area yang berada di dekat Gunung Marapi pada 21 Mei 2024, setelah terjadi banjir bandang dan lahar dingin --yang berisi campuran dari debu, pasir, dan bebatuan yang dibawa dari lereng gunung karena hujan deras (tautan arsip).
AFP melaporkan bahwa 67 orang meninggal dunia pada Mei 2024 akibat banjir bandang di area yang berada di dekat gunung berapi paling aktif di Indonesia tersebut (tautan arsip).
Pencarian gambar terbalik lainnya menemukan bahwa klip kedua serupa dengan video dari CNN Indonesia pada 21 Mei 2024 yang berjudul: "Jokowi Tinjau Lokasi Banjir Bandang Lahar Dingin Gunung Marapi" (tautan arsip).
Jokowi juga terlihat mengenakan baju yang sama dan ditemani oleh sejumlah staf pada video inspeksi bencana yang diunggah oleh akun YouTube Sekretariat Presiden pada 21 Mei 2024 (tautan arsip).
AFP telah membnatah berbagai misinformasi terkait banjir di Indonesia.
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami
