Ahli kesehatan mengatakan tidak ada bukti bahwa makan makanan alkali dapat mencegah COVID-19
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Selasa 28/04/2020 pukul 08:55
- Diperbarui pada hari Rabu 02/09/2020 pukul 16:35
- Waktu baca 4 menit
- Oleh: AFP Malaysia, AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Unggahan tersebut diunggah di Facebook di sini pada tanggal 5 April 2020.
Status unggahan itu berbunyi:
“Ini Untuk Memberi Tahu Semua
Bahwa pH untuk virus Corona Bervariasi
Dari 5,5 sampai 8,5
“Yang perlu kita lakukan Untuk mengalahkan virus corona adalah Mengambil Lebih Banyak makanan alkali yang berada di atas tingkat pH virus
“Beberapa di antara nya adalah
1. Lemon - 9,9 pH
2.kapur -8,2 pH
3.Alpukat - 15,6 pH
4.Bawang Putih - 13, 2 pH
5.Mangga - 8,7 pH
6.Tangarine - 8,5 pH
7.Nanas - 12,7 pH
8.Dandelion - 22,7 pH
9.Jeruk - 9,2 pH
“Bagaimana Anda Tahu anda CoronaVirus
1.Gatal di tenggorokan
2.Tenggorokan Kering
3.Batuk Kering
4.Suhu Tinggi
5.Sesak Nafas
6.Kehilangan Bau dan Rasa
“Mencegah Lebih Baik dari Pada Mengobati.”
Berikut tangkapan layar unggahan menyesatkan itu:
Klaim serupa juga dibagikan di unggahan Facebook yang lain di sini, di sini dan di sini; serta di Twitter di sini dan di sini.
Klaim yang mirip dalam berbagai bahasa telah dibagikan hampir 900 kali setelah muncul di unggahan Facebook di sini, di sini, di sini, di sini, dan di sini; di Twitter di sini dan di sini; dan di YouTube di sini.
Akan tetapi, klaim itu salah: ahli kesehatan mengatakan tidak ada bukti mengonsumsi makanan alkali bisa mencegah maupun menyembuhkan COVID-19.
Sampai dengan bulan April 2020, WHO menyatakan belum ada “obat” untuk COVID-19.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, pernyataan WHO itu berbunyi: “Walau beberapa pengobatan ala Barat, tradisional atau rumahan dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi gejala COVID-19, tidak ada bukti bahwa obat yang ada saat ini dapat mencegah atau menyembuhkan penyakit itu.”
Professor Dr Lee Yeong Yeh, ahli gastroenterologi dari School of Medical Sciences di Universiti Sains Malaysia, mengatakan kepada AFP melalui surel pada tanggal 10 April 2020 bahwa klaim dalam unggahan menyesatkan itu “sepenuhnya salah”.
“Mengonsumsi makanan alkali tidak mengubah pH dalam sel-sel manusia atau virus,” dia berkata.
“Diet alkali, khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan, memberikan kalium dan magnesium selain serat dan prebiotik. Namun, diet tersebut tidak akan mempengaruhi pH seluler karena pH sangat diatur oleh sistem seluler. Virus seperti SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 bergantung pada pH seluler untuk bereproduksi. Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi pH sel dan oleh karenanya membantu membunuh virus itu, tetapi diet tidak bisa. Selain itu, makanan yang dideskripsikan dalam rumor itu tidak benar-benar bersifat basa. Lebih penting untuk makan makanan yang sehat dan seimbang, dan dengan melakukannya, akan membantu kekebalan tubuh.”
Dr Chan Yoke Fun – lektor kepala, ahli virologi dan dosen senior di Departemen Mikrobiologi Medis, Fakultas Kedokteran, University of Malaya – mengatakan kepada AFP melalui surel pada tanggal 10 April 2020 bahwa mengonsumsi makanan alkali tidak akan berdampak pada virus jika seseorang terinfeksi virus tersebut. “SARS-CoV-2 sangat stabil pada pH 3 hingga 10 dan tidak akan mudah dihancurkan pada pH tersebut,” katanya. “Oleh karena itu, jika kita terinfeksi, virus akan tetap berlipat ganda terlepas dari pH makanan atau air apa pun yang Anda konsumsi.”
Dr Cory Couillard, konsultan komunikasi risiko dari WHO, juga mengatakan kepada AFP melalui surel pada tanggal 17 April 2020 bahwa tidak ada “data yang cukup” untuk membuktikan “diet alkali secara khusus dapat melindungi dari COVID-19 atau tidak”.
“Namun, makan makanan yang sehat dan bergizi membantu sistem kekebalan tubuh berfungsi dengan baik,” katanya. “Buah dan sayuran adalah bagian penting dari makanan sehat. WHO merekomendasikan untuk mengonsumsi minimal 400 gr (yakni lima porsi) buah dan sayuran per hari.”
WHO telah merilis tips untuk makanan dan nutrisi bagi mereka yang menjalani karantina dan isolasi diri, yang mencakup rekomendasi tentang jenis makanan yang cocok dikonsumsi untuk diet sehat.
– Gejala virus corona –
Walau sebagian besar gejala COVID-19 yang tercantum dalam unggahan menyesatkan itu benar, ini adalah beberapa gejala yang paling umum menurut WHO.
– Pengukuran kadar pH –
Unggahan menyesatkan itu juga menjabarkan kisaran pH beberapa makanan tertentu, tetapi tingkat pH yang disebutkan tidaklah benar.
Misalnya, unggahan tersebut mengklaim lemon memiliki tingkat pH 9,9 – tetapi menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), tingkat pH lemon adalah 2, sehingga bersifat asam.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, menurut situs USGS: “pH adalah ukuran seberapa asam/dasar air ... Rentangnya dari 0-14, dengan skala 7 adalah netral. pH kurang dari 7 bersifat asam sedangkan pH lebih besar dari 7 bersifat alkali (basa).”
Berikut tangkapan layar skala pH di situs web USGS:
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami