Ini video protes reformasi peradilan Israel pada Maret 2023, bukan 'demo anti-Netanyahu di Oktober 2023'

  • Diterbitkan pada hari Kamis 23/11/2023 pukul 13:50
  • Diperbarui pada hari Sabtu 25/11/2023 pukul 05:08
  • Waktu baca 5 menit
  • Oleh: AFP India, AFP Indonesia
Ribuan warga sipil tewas dalam konflik antara Israel dan Hamas yang dipicu serangan kelompok militan pada tanggal 7 Oktober 2023, yang juga mengakibatkan lebih dari 230 orang Israel disandera. Di tengah maraknya unjuk rasa di bulan Oktober 2023 yang menuntut pembebasan tawanan dari Hamas, beredar sebuah video dengan narasi sesat bahwa itu adalah rekaman aksi protes besar-besaran anti-pemerintah di Tel Aviv, menuntut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membebaskan sandera warga Israel dari Hamas. Faktanya, satu cuplikan dari video menunjukkan demo besar-besaran di bulan Maret 2023, lebih dari setengah tahun sebelum konflik terjadi. Sedangkan cuplikan lainnya adalah demo ratusan orang terkait tawanan Hamas di bulan Oktober 2023.

Video berdurasi 53 detik itu muncul di postingan X, sebelumnya dikenal dengan Twitter, ini pada tanggal 15 Oktober 2023.

"Sekitar 500,000 pendatang haram Israhell di Tel Aviv memprotes Netanyahu dan menggelarnya panglima perang yang gila kuasa, karna hanya sibuk memerangi Hamas, tetapi tidak mahu menyelamatkan tawanan mereka," tulis keterangan unggahan, merujuk pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. "Malah pendatang haram Israhell kini menjerit Netanyahu sebagai pembunuh."

Klip itu dimulai dengan rekaman dari udara lautan massa demonstran, di mana terlihat bendera Israel dibentangkan di tengah kerumunan. Pada detik ke-14, video beralih ke tayangan seorang reporter yang melaporkan berita unjuk rasa di Tel Aviv.

Postingan itu telah dibagikan lebih dari 140 kali dan disukai lebih dari 250 kali.

Image
Tangkapan layar unggahan sesat, diambil pada tanggal 21 November 2023

Pejuang Hamas menyerbu masuk ke perbatasan Israel pada tanggal 7 Oktober 2023 di akhir Hari Raya Pondok Daun, hari raya Yahudi yang juga disebut Sukkot, dan melakukan serangan paling mematikan sejak negara itu didirikan pada tahun 1948. Lebih dari 1.200 orang di Israel tewas dan lebih dari 230 orang lainnya menjadi sandera dalam serangan itu, menurut angka terakhir dari pihak berwenang Israel (tautan arsip).

Sebagai pembalasan, Israel mengumumkan akan menghancurkan Hamas dan memulai pemboman tanpa henti di Jalur Gaza. Jumlah korban yang tewas di Jalur Gaza telah melebihi 14.100 orang, di antaranya lebih dari 5.800 anak-anak, menurut pemerintah Hamas per 21 November 2023.

Warga Israel, terutama keluarga para sandera, berkali-kali melakukan unjuk rasa di Tel Aviv di bulan Oktober 2023, menuntut pemerintah mereka berbuat lebih banyak untuk membebaskan tawanan, seperti diberitakan AFP di sini dan di sini (tautan arsip ini dan ini).

Dalam demo tanggal 28 Oktober 2023, yang dihadiri ratusan orang, para keluarga menyatakan kemarahan mereka atas "ketidakpastian mutlak tentang nasib sandera yang ditawan, yang juga terkena pemboman besar-besaran".

Video itu juga dibagikan dengan narasi serupa di TikTok di sini dan di sini, di Facebook di sini dan di sini, serta di X di sini, di mana postingan-postingan bulan Oktober tersebut telah dibagikan ulang lebih dari 1.000 kali dan disukai lebih dari 2.000 kali.

Juga di bulan yang sama, postingan mirip tak hanya beredar di antara pengguna medsos di Malaysia tapi juga dalam bahasa Inggris, bahasa Prancis dan bahasa Spanyol.

Namun, klaim itu menyesatkan.

Tayangan pertama

Tayangan di awal video dalam unggahan sesat sebenarnya memperlihatkan ribuan orang berdemonstrasi di Tel Aviv beberapa bulan sebelum konflik terakhir terjadi.

Versi lebih panjang dari tayangan itu diunggah oleh The Telegraph, koran Inggris, di kanal YouTube mereka di sini pada tanggal 12 Maret 2023 (tautan arsip).

Diterjemahkan dari bahasa Inggris, judul video berdurasi semenit dan 18 detik itu berbunyi: "Unjuk rasa 'terbesar yang pernah ada' di Israel saat pemerintahaan Netanyahu kukuh melakukan reformasi."

Video itu memperlihatkan unjuk rasa di Tel Aviv pada tanggal 11 Maret 2023.

“Puluhan ribu warga Israel turun ke jalan untuk memprotes reformasi peradilan yang dilakukan pemerintah,” demikian bunyi teks dalam video tersebut. “Penyelenggara memperkirakan 500.000 orang menghadiri demonstrasi tersebut.”

Video itu juga muncul dalam laporan yang diterbitkan di situs web The Telegraph pada hari yang sama (tautan arsip).

Berikut perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan video asli dari The Telegraph (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan video asli dari The Telegraph (kanan)

Demonstrasi tanggal 11 Maret 2023 itu terjadi di penjuru negara Israel, dan adalah bagian dari unjuk rasa yang telah berlangsung berbulan-bulan menentang rencana reformasi peradilan pemerintah.

“Perombakan peradilan adalah landasan administrasi Netanyahu, yang merupakan aliansi antara partai-partai Yahudi ultra-Ortodoks dan sayap kanan ekstrem, yang mulai memerintah sejak akhir bulan Desember,” AFP melaporkan saat itu.

Laporan AFP juga menyatakan bahwa demo terbesar terjadi di kota pesisir Tel Aviv, "dihadiri sekitar 100.000 pengunjuk rasa, menurut perkiraan media Israel".

Namun, RUU kontroversial itu tetap disahkan meski mendapat penolakan secara luas.

Tayangan kedua

Tayangan kedua itu dicomot dari laporan ABC News, media Amerika, yang diunggah di kanal YouTube mereka pada tanggal 14 Oktober 2023 (tautan arsip).

Klip yang dipakai di unggahan sesat mulai dari menit ke-5:55 di video asli.

Tayangan ini benar menunjukkan warga Israel yang protes untuk menuntut pemerintah mereka melakukan upaya lebih keras membebaskan sandera ang ditawan oleh Hamas, namun jumlah demonstran tak mencapai ribuan orang.

Jika diterjemahkan dari bahasa Inggris, judul video ABC News itu adalah: "Di lapangan di Tel Aviv bersama pengunjuk rasa".

Video itu menampilkan reporter ABC News Matt Gutman meliput demo warga Israel di Tel Aviv yang menuntut pemerintah mereka melakukan upaya lebih untuk mengembalikan para sandera.

Dalam detik ke-40 di video asli, Gutman mengatakan: "Ada ratusan orang di kedua sisi jalanan" yang berunjuk rasa, dan dan di menit ke-1:55, ia memberitahu ia sedang berdiri di depan Kementerian Pertahanan Israel.

Video itu juga diunggah di situs web ABC News di hari yang sama (tautan arsip).

Berikut perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan video asli dari ABC News (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan video asli dari ABC News (kanan)

Unjuk rasa mendadak itu terjadi di depan Kemenhan Israel pada tanggal 14 Oktober 2023, setelah ratusan orang ikut seorang pria bernama Avichai Brodetz yang sendirian berdemo menuntut dibebaskannya keluarganya yang disandera Hamas, seperti dilansir surat kabar Times of Israel dan Haaretz (tautan arsip ini dan ini)

AFP tidak menemukan laporan kredibel mengenai protes di Tel Aviv yang dihadiri sekitar 500.000 orang di bulan Oktober 2023, seperti yang diklaim dalam unggahan sesat.

Sebelumnya, AFP membongkar foto dari video The Telegraph yang dijuga diklaim menunjukkan video demo anti-Netanyahu di bulan yang sama.

AFP telah membongkar misinformasi lainnya terkait konflik Israel-Hamas di sini.

25 November 2023 Laporan ini diperbarui untuk mengganti salah satu tautan arsip postingan sesat.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami