Video anak-anak Gaza menggigil di tengah banjir adalah hasil buatan AI

Badai musim dingin telah mengakibatkan banjir yang menerjang tenda-tenda pengungsian para warga di Gaza. Namun, video yang beredar di media sosial dan menunjukkan anak-anak menggigil di tengah hujan adalah hasil rekayasa. Klip tersebut memuat beberapa indikator yang menunjukkan dengan jelas bahwa video itu dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI). Foto-foto AFP yang diambil saat banjir terjadi juga memperlihatkan kondisi berbeda dari yang tampak dalam video AI itu.

"Gaza banjir, Gaza hujan, Gaza oh Gaza," tulis keterangan pada video TikTok disertai kata kunci "kondisi warga Palestina" yang dibagikan pada 22 November 2025. 

Video tersebut menunjukkan empat orang anak berdiri di tengah banjir yang tingginya mencapai lutut mereka. Seorang anak perempuan berucap dalam bahasa Arab: "Cukup, cukup, tolong kami. Kami ketakutan, ke mana kami harus pergi? Kami tidak punya apa-apa,  siapa pun tolong kami."

Image
Tangkapan layar postingan salah, diambil pada 18 Desember 2025, dengan tanda X merah ditambahkan oleh AFP

Hujan lebat dan cuaca dingin yang disebkan oleh Badai Byron telah menghantam Gaza, dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah memperingatkan pada 15 Desember bahwa ada sekitar 1,3 juta yang membutuhkan bantuan tempat tinggal dan menghadapi peningkatan risiko hipotermia (tautan arsip).

Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas itu mengatakan seorang bayi berusia dua minggu bernama Muhammad Khalil Abu Al-Khair meninggal karena hipotermia parah yang disebabkan oleh cuaca dingin yang ekstrem.

Sebagian besar bangunan di Gaza telah hancur atau rusak akibat perang selama dua tahun belakangan antara Israel dan Hamas, yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan mengakibatkan kematian 1.221 warga Israel.

Serangan balasan Israel terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 70.000 orang, menurut angka dari Kementerian Kesehatan wilayah tersebut yang dianggap kredibel oleh PBB.

Sementara itu, kekurangan bantuan membuat masyarakat tidak siap menghadapi musim dingin, terlebih lagi akses mereka yang sangat terbatas untuk mendapatkan gas, kayu bakar, makanan, dan obat-obatan sejak perang dimulai.

Video dengan klaim yang sama juga menyebar dalam bahasa Turki, Arab, Italia, Thailand, dan Melayu.

Namun, video tersebut memuat tanda-tanda konten hasil buatan AI. Video itu serupa dengan klip rekayasa lainnya terkait banjir di Gaza dalam bahasa Arab yang telah dibantah sebelumnya oleh AFP.

Pencarian gambar terbalik di Google menemukan bahwa klip yang beredar di media sosial itu mirip dengan video yang sekarang telah dihapus, tapi sempat dilabeli sebagai konten hasil buatan AI. Video itu diunggah oleh akun TikTok bernama "nourforpalestine".

Pengamatan yang lebih mendalam terhadap video memperlihatkan adanya inkonsistensi visual yang menjadi karakteristik konten hasil buatan AI.

Bendera Palestina yang ada di latar belakang video nampak tidak tersambung dengan tiang bendera dan berkibar secara janggal. Kabel-kabel listrik juga tampak menghilang di kejauhan dan tidak tersambung pada tiang-tiang utilitas apa pun.

Image
Tangkapan layar video salah, dengan bagian yang janggal telah ditandai oleh AFP

Klip itu seolah memperlihatkan hujan turun di tengah banjir, tetapi anak-anak tersebut tidak tampak basah kuyup.

Selain itu, mulut dan mata mereka juga terlihat bergerak tidak alami, sementara badan mereka tetap nampak kaku saat mereka berbicara. 

AFP mengecek video tersebut dengan memakai alat deteksi Hive Moderation, yang menunjukkan bahwa video itu "99,9% sangat mungkin memuat konten deepfake hasil buatan AI". 

Image
Tangkapan layar hasil pemeriksaan alat deteksi AI Hive Moderation, diambil pada 15 Desember 2025

Foto-foto AFP tentang kamp pengungsi Gaza yang terendam banjir juga berbeda dari video salah tersebut. Foto AFP memperlihatkan anak-anak berjalan melewati air setinggi mata kaki yang dipenuhi puing-puing dan lumpur.

Image
Anak-anak Palestina berjalan di tengah banjir setelah hujan lebat membanjiri kamp pengungsi Maghazi di Jalur Gaza bagian tengah pada 25 November 2025. Sebagian besar Jalur Gaza telah hancur lebur setelah perang selama dua tahun, yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan kematian 1.221 orang. Serangan balasan Israel terhadap Gaza telah menewaskan sedikitnya 70.000 orang, menurut data dari Kementerian Kesehatan yang dianggap kredibel oleh PBB. (AFP / Eyad Baba)

AFP juga telah menyanggah berbagai misinformasi lain seputar konflik Israel-Palestina di sini.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami