Rudal Iran tidak mengenai pangkalan militer AS di Irak pada bulan Januari 2024

Sebuah video telah ditonton belasan ribu kali selepas beredar di media sosial beserta narasi salah bahwa itu adalah rekaman serangan rudal Iran yang menghantam pangkalan militer Amerika Serikat di Erbil, wilayah otonomi Kurdistan di bagian utara Irak. Pihak berwenang AS mengatakan tidak ada fasilitas Amerika terdampak di Erbil. 

"#BreakingNews I Sumber media Irak: Ledakan di pangkalan udara militer Amerika di Erbil, Irak akibat rudal yang ditembakkan Garda Revolusi Iran," demikian bunyi unggahan Telegram tertanggal 16 Januari 2024. 

Postingan itu mengunggah sebuah video berdurasi tujuh detik, yang menampilkan ledakan di kejauhan.

Video itu telah ditonton lebih dari 1.800 kali. 

Image
Tangkapan layar postingan sesat, diambil pada tanggal 22 Januari 2024

Unggahan itu muncul tak lama setelah Iran menembakkan rudal ke Erbil, ibu kota wilayah otonomi Kurdistan di Irak, di mana AS memiliki pangkalan militer (tautan arsip ini dan ini). 

Empat orang meninggal dan enam orang lainnya terluka dalam serangan tersebut, menurut Dewan Keamanan Kurdistan Irak. Salah satu korban jiwa adalah pengusaha Kurdi terkenal Peshraw Dizayee setelah rumahnya dihantam rudal (tautan arsip).

Serangan di Irak bagian utara itu terjadi di tengah kekuatiran meluasnya konflik di Timur Tengah sejak perang antara Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas atas Israel pada hari itu menewaskan sekitar 1.140 orang, kebanyakan warga sipil, dan sekitar 250 orang dibawa sebagai sandera ke Jalur Gaza. 

Israel membalas dengan membombardir Gaza lewat udara maupun darat. Per 21 Januari 2024, korban jiwa warga Palestina telah melebihi 25.000 orang -- kebanyakan wanita dan anak-anak -- menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikontrol Hamas itu.

Kelompok militan di Irak dan Suriah yang didukung oleh Iran sebelumnya melakukan serangkaian serangan terhadap pangkalan militer di kedua negara yang digunakan oleh tentara koalisi pimpinan AS untuk melawan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).

Video itu telah ditonton lebih dari 14.000 setelah juga muncul dengan klaim serupa di postingan Facebook ini dan ini, serta TikTok ini, ini dan ini.

Postingan serupa juga menyebar dalam bahasa Inggris.

Namun demikian, video yang beredar bukan menunjukkan serangan terhadap pangkalan militer AS. 

Penelusuran gambar terbalik, diikuti pencarian kata kunci, menemukan video tersebut muncul dalam liputan serangan di Erbil yang diunggah oleh Kurdistan 24 -- stasiun berita yang berkantor pusat di ibu kota Kurdistan Irak.

Rekaman itu diposting Kurdistan 24 di laman Facebook mereka hampir tengah malam pada 15 Januari 2024, dan beberapa menit kemudian pada 16 Januari 2024 di akun Instagram mereka (tautan arsip ini dan ini). 

Selang dua jam kemudian, rekaman itu muncul dalam laporan video berdurasi 42 detik dari Sky News di Inggris dengan judul: "Rudal Iran menghantam Irak bagian utara" (tautan arsip). 

Tak satu pun laporan media di atas, serta juga laporan AFP, menyebutkan soal pangkalan militer AS terkena rudal Iran.  

Kantor berita resmi Iran, IRNA, mengatakan serangan itu menghancurkan "markas mata-mata" dan pertemuan "teroris anti-Iran" di Erbil.

Namun, klaim Iran itu disangkal pejabat Irak dan Kurdistan. Baghdad kemudian menarik duta besar mereka dari Tehran sebagai bentuk protes. 

Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan mengutuk serangan rudal yang "sembrono" tersebut.

Beberapa jam setelah serangan Iran, Adrienne Watson, jubir Dewan Keamanan Nasional AS, mengatakan bahwa pejabat AS mendengar klaim Korps Garda Revolusi Islam bahwa mereka menyasar "pusat spionase" Israel dan target lainnya.

Namun, ia juga berkata tidak ada personel ataupun fasilitas Amerika yang terkena dampak serangan tersebut (tautan arsip).  

AFP tidak bisa memverifikasi maksud di balik serangan rudal maupun dampak keseluruhan serangan tersebut.

Laporan AFP Periksa Fakta seputar hoaks perang Israel-Hamas bisa dibaca di sini.

Laporan ini diperbarui untuk memperbaiki kesalahan ketik di paragraf kelima.
24 Januari 2024 Laporan ini diperbarui untuk memperbaiki kesalahan ketik di paragraf kelima.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami