Ini video pembantaian di Suriah tahun 2013, bukan 'tentara Israel mengeksekusi warga Palestina'

Perang Israel-Hamas yang pecah tanggal 7 Oktober 2023 yang telah memicu gelombang misinformasi. Termasuk di antaranya unggahan medsos yang membagikan video dengan klaim salah bahwa video tersebut menunjukkan tentara Israel mengeksekusi warga Palestina dan membuang jenazah mereka ke dalam kuburan massal. Video tersebut sebenarnya diambil pada tahun 2013 dan menunjukkan pembantaian yang dilakukan tentara Suriah di pinggiran kota Damaskus.

Peringatan: video berisi tayangan kekerasan

Video tersebut telah dibagikan di Facebook pada tanggal 5 November 2023.

Video berdurasi enam menit dan 43 detik itu memperlihatkan sejumlah orang berpakaian tentara menggiring beberapa orang berpakaian sipil lalu menembak dan melempar mereka ke dalam lubang galian.

Teks pada video itu tertulis: "biadab zionis israiel membantai umat islam di palestina".

Sedangkan keterangan unggahan berbunyi: "Vidio ini tidak diinginkan tersebar di medsos oleh pemerintah ISRAEL oleh sebab itu mohon sebarkan ke semua group... *Viralkan., biarkan seluruh dunia tau kejahatan Israel*".

Image
Tangkapan layar unggahan sesat, diambil pada 3 April 2024

Video itu dibagikan kurang dari sebulan setelah Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, yang menyebabkan lebih dari 1.160 orang tewas, mayoritas warga sipil, menurut angka resmi dari pihak Israel.

Israel merespons dengan membombardir Jalur Gaza tanpa henti. Per 3 April 2024, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas itu.

Video itu telah dibagikan dengan klaim yang mirip di YouTube di sini dan di X di sini.

Postingan serupa juga beredar dalam bahasa Inggris dan bahasa Prancis.

Klip tersebut sebelumnya menyebar dengan narasi mirip di bulan Maret 2023, di tengah polemik penolakan terhadap timnas Israel yang akan berlaga dalam pertandingan Piala Dunia U-20 di Indonesia (tautan arsip).  

Namun, video tersebut diambil di Suriah sekitar 10 tahun sebelum postingan sesat beredar.

Pembantaian di Suriah

Pencarian gambar terbalik menggunakan tangkapan layar dari video menemukan laporan berita yang dimuat The Guardian pada 27 April 2022 (tautan arsip).

Terjemahan judul artikel surat kabar Inggris itu adalah: "Pembantaian di Tadamon: bagaimana dua akademisi memburu penjahat perang Suriah".

Berikut tangkapan layar laporan berita The Guardian :

Image
Tangkapan layar artikel berita The Guardian

Artikel itu membicarakan tentang video pembantaian 41 orang pria di Tadamon, daerah pinggiran Damaskus, ibukota Suriah, yang bertanggal 16 April 2013 (tautan arsip).

Rekaman video itu mulanya ditemukan oleh seseorang yang baru bergabung dengan milisi loyalis pemerintah Suriah pada tahun 2019. Dia diberikan sebuah laptop yang dulunya milik salah satu unit keamanan Presiden Bashar al-Assad.

“Rasa mual yang melumpuhkan menguasai anggota baru tersebut, yang langsung memutuskan bahwa rekaman tersebut perlu dilihat di tempat lain,” kata laporan Guardian.

Anggota milisi itu kemudian membocorkan rekaman tersebut kepada dua orang peneliti genosida di Universitas Amsterdam. 

Laporan The Guardian memuat cuplikan video pembunuhan massal dan beberapa tangkapan layar dari video.

Berikut perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan foto-foto dari The Guardian (kanan):

Image
Perbandingan tangkapan layar video di unggahan sesat (kiri) dan foto-foto dari The Guardian (kanan)

Perang saudara di Suriah pecah tahun 2011, setelah unjuk rasa pro-demokrasi yang muncul saat gerakan Arab Spring ditindas secara brutal. Konflik ini telah merenggut lebih dari 500.000 nyawa dan menyebabkan jutaan orang mengungsi.

AFP sebelumnya membongkar postingan salah yang memakai video ini, yang dinarasikan sebagai rekaman kontraktor bangunan yang dieksekusi pemerintah Turki setelah gempa Februari 2023. 

Laporan AFP Periksa Fakta terkait perang Israel-Hamas bisa dibaca di sini.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami