
Video insiden penerjun payung Tiongkok ini menunjukkan tanda-tanda hasil buatan AI
- Diterbitkan pada hari 11/06/2025 pukul 09:07
- Waktu baca 3 menit
- Oleh: Carina CHENG, AFP Hongkong
- Terjemahan dan adaptasi AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
"Seorang penerjun payung China terlempar secara tak sengaja sejauh 8.500 meter ke langit secara misterius. Sang penerjun payung dilaporkan selamat setelah dirinya terlempar ke langit, bahkan mencapai awan," tulis sebuah postingan Instagram yang diunggah pada 2 Juni 2025.
Video dalam postingan itu terdiri dari tiga potongan klip -- rekaman dari udara yang menyorot ke arah si penerjun payung, video dari sudut yang lebih dekat yang seolah-olah diambil dari sebuah kamera aksi, dan potongan video terakhir menunjukkan wajah seorang pria yang sebagian tertutup oleh es sementara dia terbang di antara awan.

Postingan ini muncul setelah media-media Tiongkok melaporkan bahwa seorang penerjun payung bernama Peng Yujiang terseret arus angin secara mendadak ke ketinggian lebih dari 8.500 kilometer saat berlatih di Pegunungan Qilian di Provinsi Gansu pada tanggal 24 Mei.
Menurut artikel yang ditulis lembaga penyiaran negara milik Tiongkok, CCTV, Peng sempat pingsan beberapa saat sebelum akhirnya sadar dan menerbangkan paralayangnya kembali ke daratan (tautan arsip).
Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Olahraga Penerbangan Provinsi Gansu, Peng dilarang terbang selama enam bulan meskipun pihak berwenang mengatakan untuk latihan di darat dia tidak memerlukan persetujuan terlebih dahulu (tautan arsip).
Beberapa pakar paralayang mengatakan kepada AFP bahwa sebelumnya juga pernah ada kasus penerjun payung yang terbawa angin ke ketinggian berbahaya.
"Ada kemungkinan terseret ke ketinggian ekstrem, tetapi itu juga dapat dihindari dengan sangat mudah. Ini hanya dapat terjadi di awan kumulonimbus, atau biasa disebut sebagai [awan yang dapat mengakibatkan] badai petir," kata Emil Kaminski, seorang petugas keselamatan di Asosiasi Paralayang Hong Kong.
"Pilot yang terseret ke ketinggian berbahaya seperti itu bisa jadi sengaja terbang kearahnya ATAU tidak sengaja menabraknya karena tidak memperhatikan cuaca ATAU karena pelatihan yang buruk, pemahaman yang buruk tentang cuaca."
"Ini sangat jarang [tidak sengaja dibawa ke ketinggian seperti itu] tetapi itu mungkin," kata Geoff Davison, seorang instruktur paralayang di Fly Koh Larn di Thailand, secara terpisah.
Namun, rekaman yang beredar bukanlah gambaran akurat dari insiden tersebut.
Sebuah pencarian gambar terbalik dengan menggunakan potongan gambar menemukan bahwa klip yang muncul di lima detik pertama dalam video itu pernah diunggah di Facebook pada 26 Mei dan terlihat jelas watermark Doubao AI, sebuah perangkat kecerdasan buatan mirip ChatGPT yang dibuat oleh ByteDance, pemilik TikTok (tautan arsip).
Pengamatan AFP terhadap potongan-potongan klip berikutnya menunjukkan ketidakkonsistenan visual. Termasuk warna helm atlet paralayang dan tali perlengkapan terjun payungnya yang mula-mula berwarna putih, tetapi tiba-tiba berubah menjadi hitam.
Kaki penerjun payung itu juga semula tampak menggantung, tetapi kemudian terlihat tertutup oleh kepompong penyekat.

Meskipun kemajuan teknologi Generative AI yang pesat, berbagai kesalahan masih ditemukan. Kesalahan-kesalahan ini seringkali menjadi indikator penentu gambar yang telah difabrikasi.
Beberapa organisasi berita internasional termasuk Reuters, NBC News dan ABC News menarik rekaman insiden dari CCTV itu setelah menemukan tanda-tanda bahwa video itu dibuat dengan AI (tautan arsip di sini, sini dan sini).
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami