Hoaks tentang 'pesawat jemaah haji Mauritania' tersebar di media sosial

Maskapai penerbangan Mauritania Airlines telah menepis rumor bahwa sebuah pesawat milik mereka yang membawa ratusan jamaah haji jatuh dalam perjalanan menuju kota suci Mekah. Klaim salah itu beredar dalam beberapa postingan, di antaranya video lama saat sebuah pesawat Lion Air mengalami turbulensi dan gambar pesawat terbakar hasil fabrikasi teknologi AI.

"Sungguh menyedihkan mendengar berita tentang pesawat yang membawa jamaah haji dari Mauritania jatuh di lepas pantai Laut Merah saat menuju tempat suci tersebut. Laporan menyebutkan lebih dari 200 jamaah haji meninggal di dalamnya," tulis sebuah postingan Facebook berbahasa Thailand yang diunggah pada 28 Mei 2025.

Postingan itu juga membagikan video berdurasi semenit yang tampak direkam dari dalam kabin yang gelap. Terdengar suara beberapa penumpang yang panik mengucapkan doa.

Image
Tangkapan layar postingan salah, diambil pada 4 Juni 2025

"Kecelaka*n pesawat jemaah haji Mauritania di tepi Laut Merah, dalam perjalanan ke kota suci Mekkah , lebih dari 210 jemaah haji syahid dalam kecelakaan pesawat," tulis postingan lain di Instagram pada hari yang sama sambil membagikan foto sebuah pesawat yang hancur dan terbakar.

Image
Tangkapan layar postingan salah, diambil pada 5 Juni 2025

Postingan yang serupa juga dibagikan dalam bahasa ThailandInggris dan Hindi saat lebih dari 1,5 juta jemaah haji dari seluruh dunia mengikuti ibadah haji di Mekah (tautan arsip).

Namun, maskapai penerbangan Mauritania Airlines membantah klaim-klaim tentang kecelakaan tersebut dan membuat pernyataan resmi di akun Facebook mereka pada 27 Mei 2025 (tautan arsip).

"Beberapa laman media sosial luar negeri menyebarkan rumor jahat tentang jatuhnya pesawat yang membawa jamaah haji Mauritania di Laut Merah, yang merupakan berita tidak berdasar," tulis mereka dalam postingan itu. 

Mereka juga menambahkan bahwa semua jamaah haji Mauritania yang melakukan perjalanan ke Arab Saudi tiba dengan selamat.

Sebuah pencarian gambar terbaik dengan potongan-potongan gambar dari video yang beredar menemukan bahwa rekaman dalam kabin itu pernah diunggah di Instagram pada 29 Oktober 2018. 

AFP sebelumnya telah menyanggah postingan-postingan yang menyalahgunakan rekaman yang sama. 

David Ditama -- pemilik akun Instagram itu -- menulis bahwa dia mengunggah rekamannya itu setelah kecelakaan pesawat Lion Air penerbangan JT 610 pada hari itu, karena dia ingin membagikan pegalaman traumatis yang dialami olehnya setahun sebelumnya (tautan arsip).

Kepada AFP, ia mengatakan bahwa video tersebut diambil pada tanggal 11 Desember 2017 saat pesawat Lion Air JT 353 terbang dari Padang, Sumatera Barat, menuju Jakarta. Pesawat yang ditumpanginya itu mengalami turbulensi hebat dan mesin mati, tetapi berhasil mendarat dengan selamat.

Image
Perbandingan tangkapan layar antara postingan salah (kiri) dan video yang dibagikan di postingan Instagram

Di hari yang sama, mendiang Sutopo Purwo Nugroho, mantan juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyampaikan di akun X miliknya bahwa klip itu menunjukkan turbulensi yang terjadi dalam penerbangan JT 353 (tautan arsip).

"Semua penumpang selamat," tulis beliau dalam postingan itu.

Pengamatan menyeluruh terhadap klip tersebut juga memperlihatkan inkonsistensi visual yang sering menjadi indikator dari video hasil buatan AI.

Beberapa diantaranya adalah jendela-jendela penumpang yang tidak sama besar, juga orang-orang di sekitar pesawat yang tampak tak berbentuk jelas, beberapa bahkan kelihatan tidak memiliki tangan dan kaki.

Image
Tangkapan layar ketidakkonsistenan pada gambar di postingan salah yang sudah ditandai oleh AFP

Meskipun kemajuan teknologi Generative AI yang pesat, berbagai kesalahan masih ditemukan. Kesalahan-kesalahan ini seringkali menjadi indikator penentu gambar yang telah difabrikasi.

AFP sebelumnya telah menyanggah postingan lain yang juga mengklaim pesawat yang ditumpangi jemaah haji Mauritania jatuh di Laut Merah.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami