Sertifikat vaksin ini dikeluarkan pada tahun 1906, kata para ahli sejarah

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Jumat 24/09/2021 pukul 10:32
  • Waktu baca 3 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Sebuah foto sertifikat vaksin telah dibagikan ratusan kali di berbagai unggahan di Facebook, Twitter dan TikTok dengan klaim foto itu menunjukkan "sertifikat vaksin tertua di dunia" yang dikeluarkan oleh Kesultanan Usmani pada tahun 1721. Akan tetapi, klaim tersebut salah. Berbagai ahli sejarah memberi tahu bahwa dokumen tersebut, yang sebagian besar ditulis dalam bahasa Turki Usmani, berasal dari tahun 1906 dan bukan sertifikat vaksin tertua di dunia.

"Serifikat Vaksin tertua di dunia tahun 1721," demikian bunyi status postingan Facebook ini, yang diunggah pada tanggal 15 September 2021.

Postingan itu membagikan foto dokumen dengan teks bahasa Prancis yang berarti "Sertifikat Vaksin", dan sisanya ditulis dalam bahasa Turki Usmani.

Di bawah foto tersebut terlihat teks yang berbunyi: "Serifikat Vaksin tertua di dunia tahun 1721 Masehi. Dikeluarkan oleh Khalifah Islamiyah Turki Ustmani. Vaksin itu bagaian dari peradaban Islam yang maju."

Image
Tangkapan layar unggahan menyesatkan, diambil pada tanggal 20 September 2021

Kesultanan Usmani menguasai berbagai bagian Timur Tengah, Eropa Timur dan Afrika Utara selama lebih dari enam abad lamanya, sampai Republik Turki didirikan pada tahun 1923.

Gambar yang sama telah dibagikan lebih dari 830 kali setelah dibagikan dengan klaim serupa di Facebook di sini, di sini dan di sini; di Twitter di sini, di sini dan di sini; dan di TikTok di sini.

Akan tetapi, klaim tersebut salah.

Menurut para pakar, sertifikat vaksin tersebut dikeluarkan pada tahun 1906, bukan tahun 1721 seperti diklaim postingan menyesatkan.

Benjamin Fortna, profesor sejarah dan direktur Sekolah Studi Timur Tengah dan Afrika Utara di Universitas Arizona, berkata bahwa tahun yang tertera di bawah sertifikat mengacu kepada tahun 1906 berdasarkan kalender Gregorian.

"Tanggal yang berada di akhir dokumen menyebutkan 27 Agustos 1322, menurut kalender Rumi (solar administratif Usmani)," katanya kepada AFP, sekaligus menambahkan bahwa ia menggunakan konversi kalender daring milik Masyarakat Sejarah Turki (Turk Tarih Kurumu).

"Yang jelas adalah dokumen tersebut bertuliskan tahun 1906," ujar Fortna.

Renee Worringer, lektor kepala sejarah Islam dan Timur Tengah di Universitas Guelph di Kanada and penulis buku "A Short History of the Ottoman Empire", juga mengatakan kepada AFP bahwa tahun 1322 yang tercantum di dalam sertifikat tersebut kemungkinan besar adalah tahun 1906 menurut kalender Gregorian.

Nukhet Varlik, lektor kepala sejarah di Universitas Rutgers di New Jersey dan penulis buku "Plague and Empire in the Early Modern Mediterranean World: The Ottoman Experience, 1347-1600", juga setuju bahwa tahun yang tercantum adalah tahun 1906 di kalender Gregorian.

Menurut beliau, teks dalam sertifikat itu menyatakan dokumen tersebut diberikan kepada pria beragama Kristen Ortodoks Yunani berusia 22 tahun dari Istanbul yang mendapatkan vaksin ketiganya, tapi tak ada penjelasan vaksin apa yang ia dapatkan.

"Kita tahu bahwa banyak vaksin berbeda yang diberikan untuk penyakit menular (seperti cacar, pes, kolera, tifus, rabies, dll.)" pada saat itu, kata Varlik.

Ia juga mengatakan bahwa sertifikat vaksin tersebut "pasti bukan yang tertua di dunia" dan menunjukkan sebuah studi yang memperlihatkan contoh dokumen vaksinasi Kesultanan Usmani dari tahun 1903.

Museum Yahudi Berlin mengatakan bahwa sertifikat vaksin tertua di dalam arsip mereka adalah "sertifikat vaksin cacar sapi" yang dikeluarkan pada tahun 1844 untuk seorang pria yang lahir di sebuah kota yang kini bagian Republik Ceko.

AFP Periksa Fakta sebelumnya membongkar klaim menyesatkan bahwa vaksin pertama di dunia dibuat pada masa pemerintahan Kesultanan Usmani.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami