Klaim menyesatkan beredar bahwa tak ada satu pun orang meninggal hanya karena Covid-19
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Kamis 29/10/2020 pukul 03:10
- Diperbarui pada hari Kamis 05/11/2020 pukul 11:10
- Waktu baca 2 menit
- Oleh: AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Video itu diunggah di TikTok di sini pada tanggal 13 Oktober 2020 dan telah ditonton lebih dari 165.000 kali.
Video tersebut menunjukkan seorang pria menjelaskan tidak ada satu orang pun yang positif Covid-19 meninggal murni hanya karena virus corona.
Keterangan video itu berbunyi: “Jelaskan.. #fyp” dan teks yang ditempel di video berbunyi: “Nah,.. ini lain lagi ceritanya ketipu kita selama ini”.
Sampai 27 Oktober 2020, lebih dari 396.000 orang di Indonesia telah terinfeksi virus corona yang menyebabkan 13.500 lainnya meninggal dunia, menurut data Kementerian Kesehatan di sini.
Pengguna TikTok tersebut memposting ulang video yang diunggah di akun penggemar Luna Maya di Instagram di sini tertanggal 11 April 2020.
Video itu memperlihatkan Luna mewawancarai dokter hewan Moh Indro Cahyono yang mengatakan: “Dari sebagian besar korban yg meninggal itu belum pernah ada satu pun yang meninggal hanya karena Covid.
“Jadi biasanya memang ada komplikasi penyakit, ada gangguan pernapasan. Kemarin ada beberapa yang meninggal karena stroke, karena jantung juga ada dan malah Covidnya negatif. Jadi kita sebaiknya menghubungkan Covid-19 ini dengan kematian.”
Video yang sama juga dibagikan di Facebook di sini, di sini, di sini dan di sini dengan klaim yang mirip.
Akan tetapi, klaim itu salah.
Prasenohadi, seorang ahli paru di Jakarta, mengatakan kepada AFP lewat telepon pada tanggal 23 Oktober 2020 bahwa Covid-19 dapat membunuh pasien tanpa kondisi medis tertentu.
“Tetap bisa membunuh walau mortalitas sedikit. Mereka datang dengan keluhan sedang kemudian pada perjalanannya kritis tanpa penyakit lain,” terangnya.
“Virus itu menyebabkan gangguan fungsi hati, fungsi kekentalan darah, kelainan paru yang luas, kelainan ginjal.”
Dia menambahkan Covid-19 “bisa pelan-pelan merusak paru” dan pasien dengan gejala ringan “bisa mengalami happy hypoxia” yang bisa berakibat fatal.
Istilah “happy hypoxia” merujuk pada pasien dengan kadar oksigen dalam darah yang sangat rendah tanpa merasa sesak napas.
Kementerian Kesehatan tidak mempublikasikan data lengkap yang merinci kematian pasien Covid-19 dengan atau tanpa komorbid, atau penyakit penyerta.
Namun, dr Rita Rogayah, direktor RSUP Persahabatan, salah satu rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19, mengatakan bahwa pada bulan April 2020, 14 persen kematian Covid-19 di rumah sakit tersebut adalah pasien tanpa komorbid.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami