Tasuko Honjo dari Jepang, peraih Penghargaan Nobel Fisiologi atau Kedokteran tahun 2018, berbicara selama perjamuan Penghargaan Nobel di Balai Kota Stockholm, Swedia, pada tanggal 10 Desember 2018.

Peraih Nobel Tasuku Honjo membantah kutipan ‘salah’ tentang virus corona baru yang mengatasnamakan dirinya

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Rabu 29/04/2020 pukul 12:45
  • Diperbarui pada hari Rabu 02/09/2020 pukul 18:28
  • Waktu baca 3 menit
  • Oleh: AFP Australia, AFP Indonesia
Berbagai unggahan di Facebook, Twitter dan beberapa situs web membagikan kutipan tentang virus corona baru yang mengatasnamakan Tasuko Honjo, dokter asal Jepang yang juga peraih Nobel Fisiologi atau Kedokteran tahun 2018. Menurut unggahan yang telah dibagikan ratusan kali itu, Dr. Honjo konon mengatakan virus tersebut “tidak alami” dan “dibuat di Tiongkok” dan bahwa dia sebelumnya pernah bekerja di laboratorium di Wuhan, Tiongkok selama empat tahun. Klaim itu menyesatkan: Dr. Honjo mengatakan dia tidak pernah mengeluarkan pernyataan itu dan unggahan-unggahan tersebut menyebarkan “informasi yang salah”. Biografi Dr. Honjo di situs web Universitas Kyoto menunjukkan dia tidak pernah memegang posisi apapun di laboratorium di Tiongkok maupun di negara tersebut. 

Unggahan pernyataan yang mengatasnamakan Dr. Honjo diunggah di Facebook di sini pada tanggal 26 April 2020 dan telah dibagikan lebih dari 630 kali.

Tautan Wikipedia Dr. Honjo dalam bahasa Indonesia juga disertakan di unggahan tersebut. 

Sebagian unggahan tersebut berbunyi: “Profesor Fisiologi Kedokteran Jepang, Profesor Dr Tasuku Honjo, menciptakan sensasi di depan media hari ini dengan mengatakan bahwa virus korona itu tidak alami.

“Jika itu alami, itu tidak akan mempengaruhi seluruh dunia seperti ini. Karena, sesuai sifatnya, suhu berbeda di berbagai negara. Jika itu alami, itu akan berdampak buruk hanya pada negara-negara yang memiliki suhu yang sama dengan Cina.

“Saya telah melakukan 40 tahun penelitian tentang hewan dan virus. Itu tidak alami. Ini dibuat, dan virus ini sepenuhnya buatan.Saya telah bekerja selama 4 tahun di laboratorium Wuhan di Cina.” 

Berikut tangkapan layar unggahan menyesatkan itu:

Image
Tangkapan layar unggahan menyesatkan

Sampai dengan 28 April 2020, virus corona baru telah menewaskan lebih dari 200.000 orang dan menginfeksi hampir 3 juta orang di seluruh dunia, menurut data WHO ini

Klaim yang sama telah dibagikan lebih dari 680 kali setelah diunggah di Facebook di sini, di sini, di sini dan di sini

Klaim serupa dalam bahasa Inggris telah dibagikan lebih dari 10,000 kali setelah muncul di Facebook di sini, di sini, di sini dan di sini; di Twitter di sini dan di sini; serta di situs web di sini, di sini dan di sini.  

Klaim dalam bahasa lainnya juga beredar di berbagai media sosial; termasuk dalam bahasa Kroasia di sini; bahasa Prancis di sini; bahasa Somalia di sini serta dalam bahasa Turki di sini

Namun, klaim itu menyesatkan. 

Dr. Honjo menyanggah klaim di unggahan menyesatkan dan mengatakan namanya “telah digunakan untuk menyebar tuduhan palsu dan misinformasi”. Pernyataan itu dipublikasikan pada tanggal 27 April 2020 di situs web Universitas Kyoto, di mana dia menjabat sebagai wakil direktur jenderal di Institute for Advanced Study. 

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, sebagian pernyataan pers tersebut berbunyi: “Di tengah kepedihan, kerugian ekonomi, dan penderitaan global yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, saya sangat sedih bahwa nama saya dan Universitas Kyoto telah digunakan untuk menyebarkan tuduhan palsu dan misinformasi ...

“Pada tahap ini, ketika semua energi kita dibutuhkan untuk mengobati yang sakit, mencegah penyebaran kesedihan lebih lanjut, dan merencanakan awal yang baru, penyebaran klaim yang tidak berdasar mengenai asal-usul penyakit ini rawan mengganggu.”

Biografi Dr. Honjo di situs web Universitas Kyoto menunjukkan dia hanya pernah bekerja di Jepang dan Amerika Serikat.

David Hajime Kornhauser, direktur tim komunikasi global Universitas Kyoto, mengatakan kepada AFP melalui surel pada tanggal 28 April 2020: “Karier profesional Dr. Honjo dapat dilihat secara lengkap dan tanpa ditutup-tutupi di situs laboratoriumnya. Anda akan melihat bahwa dia belum pernah bekerja di Tiongkok.” 

Kornhauser juga mengatakan kepada AFP universitas tersebut kemudian melaporkan sebuah akun palsu ke Twitter. “Akun Twitter yang mengklaim mewakili pandangan Dr. Honjo – yang telah menjadi sumber banyak informasi palsu – adalah penipuan dan fitnah,” katanya. Dia berkata Dr. Honjo tidak memiliki akun Twitter.

AFP melakukan beberapa pencarian kata kunci dalam bahasa Inggris dan bahasa Jepang mengenai wawancara media dengan Dr. Honjo tentang pandemi virus corona.

Dr. Honjo dikutip pernah berkata kepada media Jepang Nikkei Asian Review bahwa dia percaya virus corona baru “berasal” dari Tiongkok, tapi tidak ada bukti bahwa dia pernah mengatakan kepada media jika virus itu “diproduksi di Tiongkok”.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami