Seorang pria menerima suntikan vaksin Covid-19 buatan Sinovac di sebuah rumah sakit di Banda Aceh pada tanggal 16 Februari 2021. (AFP / Chaideer Mahyuddin)

Postingan Facebook menyesatkan mengklaim penerima vaksin Covid-19 lebih rentan terkena virus corona

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Kamis 08/04/2021 pukul 10:15
  • Waktu baca 2 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Sejumlah unggahan Facebook menyebarkan klaim yang menyebut bahwa orang lebih rentan terkena virus corona jenis baru setelah disuntik dosis pertama dari vaksin Covid-19. Klaim itu menyesatkan: meskipun benar bahwa penerima vaksin Covid-19 tetap bisa tertular virus itu, vaksinasi itu sendiri tidak meningkatkan risiko terinfeksi Covid-19.

Klaim itu diunggah ke Facebook di sini tanggal 25 Maret 2021, di sebuah grup beranggotakan lebih dari 35.000 pengguna.

Keterangan unggahan Facebook itu sebagian berbunyi:
“Bagi bp/ibu yg udah vaksin ke 1/ pertama* :
spy tidak banyak aktifitasnya yg berat2..
lbh bnyk istirahat..dan jangan pergi kemana2 dulu..
krn kl sudah vaksin justru lbh gampang terinfeksi virus..
imunitas tubuh belum terbentuk sempurna..”

Image
Tangkapan layar unggahan menyesatkan, diambil tanggal 6 April 2021

Program vaksinasi Covid-19 dimulai pada tanggal 13 Januari 2021 dan berencana memberikan vaksin kepada sekitar 182 juta penduduk selama 15 bulan ke depan, AFP melaporkan di sini

Klaim itu juga muncul di unggahan-unggahan Facebook lainnya, seperti di sini, di sini, di sini dan di sini.

Akan tetapi klaim itu salah.

Menurut beberapa ahli yang diwawancarai AFP, penerima vaksin Covid-19 memang tetap dapat tertular virus itu, namun vaksinasi itu sendiri tidak meningkatkan risiko terkena Covid-19.

Siti Nadia Tarmizi, juru bicara program vaksinasi Covid-19 Indonesia, mengonfirmasi kepada AFP bahwa menerima vaksin tidak meningkatkan risiko terkena Covid-19. Meskipun demikian, ujar Siti lagi, vaksin itu sendiri memang tidak memberikan perlindungan “100%” dari risiko tertular Covid-19.

“Vaksin, kan, memberikan perlindungan untuk seseorang untuk tidak jadi sakit atau mencegah parahnya penyakit. Tetapi perlindungan itu tidak 100%, artinya dia akan tetap tertular,” ujar Siti dalam sebuah percakapan WhatsApp pada tanggal 5 April 2021.

Siti menambahkan bahwa antibodi yang terbangun setelah vaksinasi Covid-19 baru akan bekerja optimal 28 hari setelah penyuntikan vaksin dosis kedua.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat merekomendasikan kepada penerima vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech dan Moderna untuk menerima dosis kedua selang tiga sampai empat pekan setelah dosis pertama. 

Pada bulan Maret 2021, Indonesia mengeluarkan surat edaran yang menetapkan 28 hari sebagai jeda antara penyuntikan dosis pertama dan kedua vaksin Covid-19 buatan Sinovac, Antara melaporkan di sini.

Vaksinasi Covid-19 tidak membuat seseorang lebih rentan terinfeksi virus tersebut, kata Ines Atmosukarto, CEO Lipotek, perusahaan riset Australia yang meneliti tentang vaksin. 

“Bukan memudahkan untuk terkena infeksi, tetapi tidak terjamin mencegah terinfeksinya [Covid-19],” ujar Ines dalam perbincangan telepon dengan AFP pada tanggal 5 April 2021.

“Kalau kita sudah divaksinasi, jangan berpikir bahwa itu instan. Butuh waktu paling sedikit dua minggu untuk terbentuk antibodi. So, antara [waktu] kita divaksinasi dan dua minggu, nggak heran, kan, bisa terpapar [oleh virus],” ujarnya.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami