Foto Pulau Zmiinyi, atau Pulau Ular, di Ukraina, yang diambil pada tahun 2005. ( AFP / Genya Savilov)

Pembela pulau Ukraina ditangkap oleh Rusia, bukan dibunuh semuanya

Berbagai unggahan media sosial, laporan online dan presiden Ukraina memuji 13 penjaga perbatasan negara itu sebagai pahlawan, dengan mengatakan bahwa mereka semua telah tewas di sebuah pulau kecil di Laut Hitam setelah menolak menyerah kepada tentara Rusia. Namun, Angkatan Laut Ukraina kemudian mengatakan bahwa para penjaga perbatasan itu telah ditangkap dan bukannya tewas, dan Moskow mengatakan puluhan orang telah menyerah. Pada akhir bulan Maret 2022, Parlemen Ukraina mengatakan sejumlah penjaga perbatasan itu telah dibebaskan dalam pertukaran tawanan perang dengan Rusia.

Sebuah video yang diunggah ke Facebook di sini pada tanggal 26 Februari 2022 membagikan rekaman audio yang disiarkan oleh penjaga perbatasan Ukraina.

Dalam rekaman audio, salah satu personel terdengar berkata: "Kapal perang Rusia, persetan denganmu."

Status unggahan Facebook itu berbunyi: "13 Tentara Ukraina yang berjaga di sebuah pulau kecil dilaut hitam, menolak untuk menyerah di tengah gempuran pasukan Rusia pada jumat.

"Mereka bertahan hingga napas terakhir dan terbunuh dalam pengeboman oleh kapal Rusia."

Image
Tangkapan layar unggahan menyesatkan, diambil pada tanggal 7 April 2022

Klaim yang serupa juga dibagikan di Facebook di sini, serta di TikTok di sini dan di sini.

Klaim itu juga diberitakan oleh organisasi berita Kanada dan Amerika Serikat — bagian dari banjir informasi tak akurat tentang perang yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Penjaga Perbatasan Ukraina mengumumkan pada tanggal 24 Februari 2022 bahwa Pulau Zmiinyi, atau Pulau Ular, pulau Ukraina yang kecil namun strategis di Laut Hitam, menjadi sasaran "ancaman" dari kapal perang Rusia.

Hal ini diikuti oleh pernyataan yang mengatakan pulau itu telah "direbut" dan kontak dengan aparat mereka telah terputus.

Anton Gerashchenko, penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, mengatakan dalam unggahan Facebook ini bahwa 13 penjaga perbatasan telah "dibunuh" dan menyertakan tautan ke rekaman audio percakapan tersebut di Telegram di sini. Rekaman itu beredar luas secara daring.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memuji penjaga perbatasan dalam sebuah pidato, mengatakan mereka mati dengan gagah berani.

Namun, kantor pers Rusia TASS melaporkan pada tanggal 25 Februari 2022 bahwa Igor Konashenkov, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, mengatakan 82 anggota militer Ukraina menyerah.

Angkatan Laut Ukraina merilis pernyataan ini di Facebook pada tanggal 28 Februari 2022 yang mengatakan bahwa pasukan di Pulau Ular sebenarnya tidak mati tetapi ditahan oleh pihak Rusia. "Kami senang mengetahui bahwa saudara-saudara kami masih hidup dan sehat," kata mereka.

Namun, tidak banyak postingan media sosial yang mengklaim bahwa mereka meninggal telah diperbarui, dan orang-orang terus membagikan dan berinteraksi dengan konten yang tidak akurat tentang insiden tersebut.

Situasi tersebut menggambarkan "kabut perang" dan "keinginan akan propaganda" dari kedua belah pihak, menurut Arnaud Mercier, seorang profesor komunikasi di Université Paris-II Panthéon-Assas, yang menulis sebuah buku tentang komunikasi politik selama perang di Irak.

"Pihak berwenang Ukraina lebih suka menafsirkan berlebihan daripada menunggu konfirmasi, untuk membuat momen pertama kepahlawanan perang," kata Mercier.

Hal ini mendorong militer Rusia untuk mengklaim bahwa Ukraina mengarang cerita tentang konflik untuk propaganda. “Mereka mencoba menjadikan cerita ini sebagai simbol yang akan menunjukkan bahwa semua bentuk kepahlawanan Ukraina lainnya adalah kebohongan,” katanya.

Dalam cuitan tertanggal 25 Maret 2022, Parlemen Ukraina mengatakan Rusia membebaskan sejumlah tahanan perang Ukraina, termasuk yang mengucapkan kalimat ikonik tersebut, dalam rangka pertukaran tawanan perang.

Pada tanggal 29 Maret 2022, Kementerian Pertahanan Ukraina mengumumkan bahwa personel yang mengucapkan kalimat viral itu menerima medali penghargaan dari pemerintah.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami