Postingan salah kaitkan karhutla Hawaii dengan teori konspirasi tentang senjata energi terarah

Beredar klaim salah di media sosial bahwa senjata energi terarah adalah penyebab bencana kebakaran hutan yang melanda Pulau Maui, Hawaii, di bulan Agustus 2023. Tidak ada bukti bahwa senjata energi terarah adalah penyebab kebakaran tersebut. NWS, badan cuaca resmi Amerika Serikat, menyatakan kebakaran di Maui diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang kering dan angin kencang akibat Badai Dora. Salah satu gambar yang dipakai untuk mendukung narasi hoaks tersebut nyatanya telah beredar sejak tahun 2018.

"#DirectedEnergyWeapons/Senjata Energi Terarah sangat efektif," tulis postingan Twitter, yang sekarang dinamakan X, pada tanggal 12 Agustus 2023. "Lahaina,Hawaii."

Image
Tangkapan layar postingan sesat, diambil pada tanggal 15 Agustus 2023

Postingan itu diunggah setelah kebakaran hutan melanda kota Lahaina, di Pulau Maui, Hawaii, di awal Agustus 2023. Bencana itu telah memakan lebih dari 110 korban jiwa per 16 Agustus 2023 (tautan arsip).

Menurut Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) Amerika Serikat, senjata energi terarah menggunakan energi elektromagnetik terkonsentrasi yang ditembakkan dengan kecepatan cahaya (tautan arsip).

Klaim serupa juga dibagikan di TikTok dan Facebook.

Sebelumnya, di awal tahun 2023, postingan YouTube ini mengklaim senjata energi terarah menyebabkan karhutla di California.

Narasi serupa tentang karhutla di Hawaii juga turut diunggah oleh Stew Peters, tokoh sayap kanan yang sering menyebarkan hoaks, dari vaksin Covid sampai paspor mantan presiden Barack Obama.

'Tuduhan yang sangat gila'

Walau pihak berwajib masih menyelidiki sebab dan sumber kebakaran hutan di Maui, tidak ada bukti bahwa kebakaran tersebut diakibatkan oleh senjata energi terarah (tautan arsip).

"Tentu saja ini adalah tuduhan yang sangat gila," ujar Profesor Michael Gollner, guru besar teknik mesin di Universitas California Berkeley, yang meneliti tentang dinamika api (tautan arsip).

Secara teori, laser berenergi tinggi yang ditembakkan ke arah vegetasi yang kering bisa menyebabkan kebakaran, kata Profesor Iain Boyd, direktur Pusat Inisiatif Keamanan Nasional di Universitas Colorado dan ahli senjata energi terarah (tautan arsip).

Namun ada banyak penjelasan yang lebih masuk akal tentang kebakaran di Hawaii.

Susan Buchanan, direktur humas NWS, badan cuaca nasional Amerika Serikat, memberitahu AFP bahwa seminggu sebelum bencana kebakaran, mereka telah memberikan peringatan kepada para aparat setempat "tentang kondisi cuaca rentan kebakaran di Kepulauan Hawaii".

NWS juga mengeluarkan peringatan resmi, seperti dicuitkan di sini dan di sini, beberapa hari sebelum kebakaran itu terjadi (tautan arsip ini dan ini).

"Vegetasi yang kering, angin kencang, udara yang menyusut dan kering serta kelembapan relatif rendah membantu penyebaran api yang mematikan begitu kebakaran terjadi," tulis Buchanan dalam email tertanggal 11 Agustus 2023.

Image
Tangkapan layar peringatan resmi biro cuaca Honolulu, diambil pada 11 Agustus 2023

Beberapa ahli independen lainnya juga sependapat.

"Ada beberapa kondisi tanda bahaya," kata Profesor Arnaud Trouve, kepala Departemen Teknik Perlindungan Api di Universitas Maryland (tautan arsip).

Dia juga menambahkan bahwa dia tidak percaya kebakaran yang terjadi di Hawaii adalah akibat "sumber-sumber yang luar biasa".

Petir dan fenomena alam lain, atau aktivitas manusia seperti kecelakaan teknik dan kebakaran disengaja, adalah penyebab yang sering terjadi, katanya.

Angin dari Badai Dora, yang melanda lokasi kebakaran, ditambah dengan tingkat kelembapan rendah dan sistem tekanan tinggi berkontribusi terhadap kondisi kebakaran dan intensitas api (tautan arsip).

Menurut Profesor Gollner, hal ini bisa menjadi lebih berbahaya jika terjadi di dalam pemukiman yang bangunannya terbuat dari kayu dan minim perlindungan terhadap kebakaran hutan.

"Meski sumber api belum diketahui, bisa saja berasal dari kabel listrik yang rusak akibat angin atau potensi sumber tak disengaja lainnya," katanya. "Dengan angin sekencang ini dan jumlah besar rumput kering di sekitar pemukiman penduduk, tidak perlu ada sumber api dari 'luar angkasa'."

'Kurang pemahaman dasar'

Teori konspirasi tentang laser ini telah beredar di ranah online sejak kebakaran hutan di California sekitar tahun 2010, menurut Mike Rothschild, pakar gerakan QAnon dan penulis buku "Jewish Space Lasers" (tautan arsip ini dan ini).

"Ini terjadi karena mereka yang percaya teori konspirasi kurang pemahaman dasar tentang bagaimana kinerja api dan angin," kata Rothschild. "Teori ini terutama mudah diadaptasi ke media sosial karena cocok dengan foto api yang menunjukkan cahaya yang konon berasal dari luar angkasa."

Contohnya adalah sebuah foto yang diunggah oleh pengguna medsos dan diklaim menunjukkan sinar laser ditembakkan ke Maui.

Image
Tangkapan layar postingan sesat, diambil pada tanggal 15 Agustus 2023

Padahal pencarian gambar terbalik menunjukkan bahwa foto tersebut telah beredar setidaknya sejak pada tahun 2018, bertahun-tahun sebelum bencana kebakaran melanda Maui.

Pada waktu itu, Snopes, organisasi cek fakta di Amerika Serikat, melaporkan bahwa foto tersebut sepertinya menunjukkan cahaya dari pembakaran terkontrol di sebuah penyulingan minyak di Ohio (tautan arsip ini dan ini).

Profesor Boyd mengatakan bahwa tidak mungkin gambar tersebut menunjukkan laser berenergi tinggi ditembakkan dari langit.

"Pertama, laser berenergi tinggi modern yang digunakan untuk senjata dioperasikan dalam panjang gelombang infra merah yang tak dapat terlihat dengan mata telanjang," ujarnya. "Kedua, untuk memproduksi efek seperti terlihat di permukaan tanah maka akan dibutuhkan laser berkekuatan sangat tinggi yang tidak dapat diterbangkan di udara ataupun dioperasikan di luar angkasa."

"Adalah mudah untuk menggunakan gambar ini sebagai 'bukti' akan apa yang 'mereka' lakukan kepada kita untuk mendukung agenda perubahan iklim dan kontrol sosial mereka," kata Rothschild. "Orang-orang yang putus asa akan jawaban bakal memilih lebih percaya tentang senjata luar angkasa ketimbang realitas krisis iklim."

AFP pernah menyanggah hoaks tentang karhutla di Quebec, Kanada, di bulan Juni 2023 dan di California di tahun 2020.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami