Video direktur Pertamina 'mengoplos Pertalite dan Pertamax' dibuat menggunakan AI

  • Diterbitkan pada hari Kamis 06/03/2025 pukul 07:55
  • Waktu baca 3 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Setelah Kejaksaan Agung mengumumkan sejumlah tersangka dalam kasus korupsi tata kelola pengadaan minyak di Pertamina, sebuah video beredar di media sosial dengan klaim bahwa klip itu memperlihatkan mantan direktur utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, mendemonstrasikan cara mengoplos Pertalite dan Pertamax. Namun, beberapa kejanggalan visual mengindikasikan bahwa video itu dibuat memakai teknologi akal imitasi (AI).

"Inilah cara direktur utama pertamina mengoplos pertalite dan pertamax," tulis teks yang tertera di video yang diunggah ke TikTok pada 28 Februari 2025. "Oplos Pertalite Jadi Pertamax! Modus Korupsi Dirut Pertamina Patra Niaga."

Video memperlihatkan seorang laki-laki menuang cairan hijau dari gelas yang dilabeli sebagai "Pertalite" ke gelas berisi cairan biru yang dilabeli "Pertamax."

Image
Tangkapan layar postingan salah yang diambil pada tanggal 3 Maret 2025

Postingan itu beredar setelah Kejaksaan Agung pada 25 Februari lalu menetapkan sejumlah pejabat di lingkungan Pertamina sebagai tersangka dugaan korupsi yang kerugian negaranya ditaksir mencapai Rp193,7 triliun (tautan arsip).

Tujuh tersangka kini ditahan, empat di antaranya adalah pejabat Pertamina.

Mereka diduga melakukan pemufakatan jahat selama rentang 2018 hingga 2023 untuk mengimpor minyak mentah dengan harga tinggi alih-alih mengoptimalkan hasil produksi minyak dalam negeri.

Kejaksaan Agung mengatakan, modus kasus ini juga melibatkan proses "blendingjenis bahan bakar minyak dengan kualitas rendah yang "tidak diperkenankan" (tautan arsip).

Dalam pernyataannya, Pertamina mengungkapan bahwa mereka menghormati proses hukum yang berlangsung.

Video serupa menghimpun lebih dari 16 juta views setelah diunggah di X, SnackVideo, dan TikTok.

"Tersangka korupsi nya sudah mempraktekkan cara oplos, tapi pertamina koq ngeles," tulis seorang pengguna media sosial yang tampaknya percaya bahwa video tersebut asli.

"Ternyata biang oplos pertalite jadi pertamax orang2 pertamina sendiri," tulis pengguna lain.

Kejanggalan visual

Watermark di bagian pojok kanan atas video mengindikasikan bahwa klip itu dibuat menggunakan PixVerse.ai (tautan arsip). Menurut deskripsi di profil kanal YouTube-nya, PixVerse adalah perangkat AI yang mampu memproduksi video menggunakan perintah teks dan gambar (tautan arsip).

Pencarian kata kunci tertentu di YouTube menemukan video yang diunggah Kompas pada 27 Februari (tautan arsip). Video itu menunjukkan adegan yang sama tapi tak ada bagian pengoplosan Pertalite dan Pertamax.

Image
Perbandingan tangkapan layar antara postingan dengan klaim salah (kiri) dan klip asli dari Kompas TV

Artikel berita dari Antara juga menyertakan foto yang serupa, yang mengabadikan momen ketika Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, keluar dari gedung Kejaksaan Agung setelah dia ditahan (tautan arsip).

Analisis atas video yang beredar juga memperlihatkan beberapa kejanggalan visual. Borgol yang menjerat tangan Riva tiba-tiba hilang saat ia memegang gelas.

Dua detik kemudian, tangannya mencelup ke gelas dengan larutan hijau tanpa basah. Lalu, saat ia menuang ke gelas satunya, cairannya tidak tumpah meski sudah penuh.

Meskipun tidak ada metode yang terbukti ampuh untuk menentukan apakah sebuah produk audiovisual dihasilkan AI, mengidentifikasi watermark dan ketidakkonsistenan visual dapat membantu mengenali ciri-ciri produk AI. Hal ini disebabkan karena kesalahan masih saja terjadi pada produk hasil AI meskipun teknologinya berkembang pesat.

Image
Tangkapan layar bingkai dari video yang menyoroti kesalahan visual

Sebelumnya, AFP telah menyanggah misinformasi di Indonesia yang menggunakan teknologi AI.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami