
Video 'gempa bumi di Myanmar' ini memperlihatkan tanda-tanda hasil manipulasi AI
- Diterbitkan pada hari 09/04/2025 pukul 11:15
- Waktu baca 3 menit
- Oleh: Lucille SODIPE, AFP Filipina
- Terjemahan dan adaptasi AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Video yang dibagikan di TikTok pada 29 Maret tersebut memperlihatkan jalan dan bangunan yang rusak, serta adanya kebakaran.
Keterangan yang ditempelkan pada video berbunyi, "Gempa bumi di Myanmar."

Video salah tersebut menyebar hanya sehari setelah gempa dengan kekuatan 7,7 Skala Richter (SR) menghantam dekat kota Mandalay di Myanmar, diikuti dengan gempa susulan sebesar 6,7 SR beberapa menit setelahnya.
Berdasarkan keterangan para geolog, gempa ini adalah yang terbesar dalam beberapa dekade di Myanmar, dengan jumlah korban jiwa mencapai lebih dari 2.000 orang (tautan arsip).
Dampak guncangan gempa yang menghancurkan bangunan, meruntuhkan jembatan, dan merusak jalanan terlihat jelas di kota berpenduduk lebih dari 1,7 juta jiwa tersebut.
Postingan lain juga menyebar dalam bentuk foto di TikTok dan video Facebook, serta menyebar di berbagai negara lainnya seperti Rusia, Tiongkok, Thailand, Korea Selatan, India dan Filipina.
Postingan lain dalam bahasa Inggris mengeklaim bahwa klip tersebut memperlihatkan kondisi Thailand di mana gedung pencakar langit roboh setelah gempa dan mengakibatkan setidaknya 11 orang meninggal dunia (tautan arsip).
Namun, foto dan klip tersebut sebenarnya tidak merepresentasikan gambar nyata situasi paska gempa di Myanmar atau Thailand.
Nama akun TikTok "@the.360.report" bisa terlihat dalam beberapa postingan, baik di bahasa Indonesia ataupun Inggris.

Ulasan terhadap akun tersebut tidak berhasil menemukan video asli dari klip yang dibagikan dengan narasi salah, tetapi banyak video yang dibagikan oleh akun terkait memperlihatkan tanda air dari perusahaan penyedia layanan AI asal Amerika Serikat, Runway, serta platform aplikasi pembuatan video MINIMAX Hailuo AI (tautan arsip di sini dan sini).


Shu Hu, Direktur dari Laboratorium Machine Learning dan Media Forensics di Universitas Purdue mengatakan kepada AFP pada 30 Maret bahwa dia meyakini video tersebut dibuat dengan bantuan teknologi AI (tautan arsip).
"Indikasi utama adalah adanya orang-orang pada video yang secara ganjil tidak bergerak, sedangkan api yang terlihat di kejauhan memperlihatkan gerakan yang realistis. Ketidakkonsistenan ini jelas menunjukkan adanya campur tangan atau manipulasi teknologi AI ," katanya.

Jurnalis AFP yang meliput soal gempa di Myanmar mengonfirmasi bahwa mereka tidak melihat adanya lubang besar di jalanan seperti yang terlihat pada foto atau video misinformasi.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami