Video ini menunjukkan insiden pasca vaksinasi difteri di Madura pada tahun 2018

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Rabu 27/01/2021 pukul 05:25
  • Waktu baca 3 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Sebuah video yang telah ditonton puluhan ribu kali di internet diklaim menunjukkan orang-orang terkapar setelah menerima vaksin Covid-19 buatan Tiongkok. Klaim itu salah: video itu aslinya menunjukkan sejumlah santri di Pamekasan, di Pulau Madura, yang sakit setelah disuntik vaksin difteri pada tahun 2018.

Video sepanjang 11 menit 35 detik itu diunggah ke YouTube di sini tanggal 19 Januari 2021. Video yang berjudul, “BERITA TERKINI~RATUSAN WARGA TERKAPAR DAN BERGELIMPANGAN USAI DI SUNTIK VAKSIN SINOVAC,” itu telah ditonton lebih dari 2.100 kali.

Image
Tangkapan layar video menyesatkan, diambil tanggal 22 Januari 2021

Rekaman gambar yang menunjukkan orang-orang dipapah dan ditandu diselingi oleh dua klip wawancara dengan seorang wanita berjilbab dan sepasang pria tentang vaksin Covid-19. 

Indonesia memulai program vaksinasi Covid-19 pada tanggal 13 Januari 2021, ditandai dengan Presiden Joko Widodo sebagai penerima penyuntikan pertama vaksin CoronaVac, buatan perusahaan Tiongkok Sinovac, seperti dilaporkan AFP di sini.

Video itu, dengan klaim serupa, muncul juga di Facebook di sini, di sini dan di sini; di YouTube di sini; dan di TikTok di sini, di mana jumlah tontonan telah mencapai lebih dari 30.000 kali.

Akan tetapi, klaim tersebut salah.

Sebuah pencarian daring menemukan video ini, dengan judul: “Waduh Usai Di Suntik Difteri… Puluhan Santri Di Bawa Kerumah Sakit”, yang diunggah ke YouTube tanggal 11 Februari 2018.

Di bawah ini adalah perbandingan antara video menyesatkan (kiri) dan video YouTube asli (kanan):

Image
Image
Perbandingan tangkapan layar video menyesatkan (kiri) dan video YouTube asli (kanan)

Pada detik keenam di video asli, terlihat ambulans dengan stiker bertuliskan “DINKES KAB. PAMEKASAN”, merujuk ke Kabupaten Pamekasan di Pulau Madura, provinsi Jawa Timur.

Pada tanggal 13 Februari 2018, Kementerian Kesehatan merilis pernyataan ini, yang berjudul, “INI PENJELASAN KEMENKES SOAL SANTRI YANG SAKIT PASCA ORI.”

ORI”, atau outbreak response immunisation, adalah pemberian imunisasi secara massal di suatu wilayah yang terdapat berjangkitnya kasus difteri.

Dua paragraf pertama pernyataan tersebut berbunyi: “Menyusul adanya berita santri pondok pesantren Al Falah dan MTs Ponpes Mubtadiin Kadur di Pamekasan, Jawa Timur yang sakit usai ORI difteri, Dinkes Prov. Jatim melaporkan bahwa sakit tersebut tidak ada hubungan dengan imunisasi difteri.

“Kejadian yang terjadi adalah reaksi ketakutan dari para santriwati setelah divaksinasi Td dan kondisi santriwati yang belum makan pagi maupun setelah diimunisasi.”

“Td” merujuk kepada vaksin tetanus dan difteri yang biasanya diberikan kepada remaja dan orang dewasa; berikut penjelasan efek sampingan vaksin difteri. 

Pernyataan Kemenkes juga menjelaskan bahwa dalam kejadian pada tanggal 10 Februari 2018 itu, sekitar 500 siswa mendapatkan imunisasi dari Puskesmas Kadur. 

Kejadian puluhan santri yang sakit setelah vaksinasi difteri di Pamekasan dilaporkan pula oleh iNews dan Kompas.com

Video wawancara

AFP juga menemukan sumber-sumber dari bagian video yang menunjukkan dua wawancara tentang Covid-19.

Klip pertama menunjukkan Netty Prasetiyani, anggota DPR dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). yang diwawancarai Detik TV. Video itu, berjudul “KENAPA VAKSIN..? : PKS MINTA MENTERI KESEHATAN MENJAWAB INI”, diunggah di kanal YouTube Detik TV pada tanggal 5 Januari 2021 ini

Klip kedua diambil dari wawancara pakar kesehatan tentang vaksin Covid-19 yang diunggah Kompas TV di kanal YouTube mereka dengan judul , berjudul “Ilmuwan Bicara Vaksin Corona: Virus Bisa Lebih Ganas” pada tanggal 22 Oktober 2020, di sini.

Di video Kompas TV itu, kedua pria itu disebut sebagai Kusnandi Rusmil, ketua tim riset uji klinis vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran, dan Chairul Anwar Nidom, ketua tim riset corona dan formulasi vaksin dari Profesor Nidom Foundation.

Kedua wawancara itu dilakukan sebelum program vaksin Covid-19 berlangsung, dan baik Netty maupun kedua ilmuwan tersebut tidak berbicara tentang orang-orang yang jatuh sakit karena vaksin Covid-19.

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami