Dokumen Pfizer tidak ungkapkan ada kandungan grafena oksida pada vaksin Covid-19 mereka

Postingan media sosial dalam berbagai bahasa mengedarkan sebuah dokumen beserta klaim salah bahwa dokumen itu menunjukkan vaksin Covid-19 buatan Pfizer mengandung grafena oksida. Para pakar menjelaskan pada AFP bahwa tak ada bukti bahwa vaksin yang diproduksi perusahaan farmasi raksasa Amerika itu mengandung grafena oksida dan dokumen yang dibagikan tak ada hubungannya dengan bahan vaksin. Komposisi bahan vaksin Pfizer bisa diakses oleh publik, dan juru bicara mereka juga mengonfirmasi bahwa grafena oksida tidak digunakan dalam pembuatan vaksin.

"Pfizer mengakui dalam dokumennya sendiri bahwa vaksin tersebut mengandung graphene oxide," demikian bunyi sebuah postingan Twitter yang diunggah pada tanggal 22 Maret 2023.

Cuitan itu juga menyertakan sebuah tautan dari sebuah situs yang berisi berbagai dokumen yang dikatakan berasal dari Pfizer dan sebuah video yang menayangkan cara mengunduh salah satu dokumen tersebut.

Image
Tangkapan layar postingan salah, diambil pada tanggal 3 Mei 2023

Video berdurasi satu menit tersebut menunjukkan sebuah dokumen berlogo Pfizer dengan tanggal 27 Desember 2020 (tautan arsip). Diterjemahkan ke bahasa Indonesia, dokumen tersebut berjudul: "Karakterisasi struktural dan biofisik dari glikoprotein lonjakan (P2 S) SARS-CoV-2 sebagai antigen vaksin".

Dalam video terlihat kata "graphene oxide" (grafena oksida) pada halaman 7, di bawah judul paragraf "3.4 Cryo-EM of P2 S".

Grafena oksida adalah turunan grafena, yang dikatakan sebagai bahan tertipis di dunia (tautan arsip).

Pertama kali diisolasi di tahun 2004, grafena adalah nanomaterial yang memiliki kemampuan anti bakteri dan anti virus (tautan arsip ini dan ini).

Baik grafena oksida maupun grafena kerap kali menjadi topik hoaks soal vaksin, yang telah dibongkar AFP dalam bahasa Indonesia, dan dalam bahasa Inggris di sini, di sini dan di sini.

Pengguna media sosial Indonesia lainnya menyebarkan klaim tentang dokumen Pfizer di postingan Twitter ini dan postingan Facebook di sini dan di sini.

Postingan serupa juga beredar dalam bahasa Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Prancis, bahasa Belanda dan bahasa Jerman.

Namun, klaim tersebut salah.

"Tidak ada grafena oksida di dalam vaksin (atau vaksin apa pun sejauh pengetahuan saya)," Gideon Kersten, profesor pengembangan vaksin dari Universtas Leiden, di Belanda, berkata pada AFP lewat email pada tanggal 31 Maret 2023 (tautan arsip).

EMA, badan pengawas obat-obatan Uni Eropa, "belum pernah melihat bukti kredibel dari evaluasi mereka maupun dari pemeriksaan yang masih berlangsung bahwa vaksin Covid-19 terkontaminasi dengan grafena oksida, yang tak diakui sebagai eksipien dalam dunia obat-obatan," kata juru bicara mereka, Alessandro Faia, pada tangal 29 Maret 2023.

Ketika dikontak AFP pada tanggal 22 Maret 2023, juru bicara Pfizer mengatakan bahwa "grafena oksida tidak digunakan dalam pembuatan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19", dan merujuk pada "daftar lengkap" bahan-bahan vaksin (tautan arsip).

Informasi perihal komposisi vaksin Pfizer yang bisa diakses di situs web mereka menunjukkan tak ada kandungan grafena oksida (tautan arsip).

Dokumen yang disalahartikan

Juru bicara Pfizer tidak mengonfirmasi maupun membantah keaslian dokumen yang beredar tersebut.

Namun, kalimat lengkap di halaman 7 dokumen tersebut berbunyi: "For TwinStrep-tagged P2 S, 4 μL purified protein at 0.5 mg/mL were applied to gold Quantifoil R1.2/1.3 300 mesh grids freshly overlaid with graphene oxide."

Para ahli juga telah menjelaskan kepada AFP bahwa grafena oksida yang dimaksud di dalam kalimat tersebut mengacu pada teknik untuk mempelajari SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19 -- dan tidak adak kaitannya dengan komponen vaksin.

Santiago Mirazo, seorang ahli virologi asal Uruguay, mengatakan apa yang dikatakan dalam dokumen tersebut adalah metode yang dinamakan cryo-electron microscopy, yang banyak digunakan dalam ilmu biologi, biofisika dan biokimia (tautan arsip di sini dan di sini ).

Dalam hal ini, grafena oksida dipakai untuk menentukan struktur protein lonjakan (spike protein atau S protein), yang memungkinkan SARS-CoV-2 untuk menempel dan masuk ke dalam sebuah sel inang (tautan arsip).

"Kisi-kisi grafena oksida yang sangat kecil digunakan di mana protein diletakkan dan kemudian baru dilakukan mikroskopi elektron (electron microscopy). Telah ditunjukkan bahwa bahan ini meningkatkan kapasitas untuk menentukan struktur tersebut, tak hanya protein lonjakan tapi juga protein apa pun," jelas Mirazo.

Karakterisasi protein dalam lab "sangat jauh dari apa yang akan menjadi produksi messenger [dari vaksin mRNA], yang jelas tak menggunakan kisi grafena oksida ini," kata Mirazo.

"Vaksin tidak mengandung grafena oksida, bahkan dengan uluran atau kontaminasi silang pun vaksin tersebut tidak akan memperoleh grafena oksida dari tes tersebut. Dengan kata lain, kedua hal tersebut benar tak ada hubungannya," pungkasnya.

Nicolas Torres, seorang periset dari Laboratorium Imunopatologi di IBYME-CONICET, di Argentina, sependapat (tautan arsip).

Selain grafena oksida, partikel emas dan komponen lainnya juga digunakan dalam cryo-electron microscopy, "namun ini adalah bagian dari teknik yang dipakai dan tidak ada kaitannya dengan komposisi di dalam vaksin," katanya pada AFP tanggal 21 Maret, 2023.

Vaksin mRNA

Setelah disuntikkan kepada seseorang, vaksin mRNA Covid-19 -- seperti vaksin Cominarty dari Pfizer/BioNTech dan vaksin Spikevax dari Moderna -- mengirimkan kepada sel tubuh manusia instruksi bagaimana membuat protein lonjakan seperti yang ditemukan di permukaan virus corona tapi tidak berbahaya, dan mengajarkan tubuh untuk mengenali dan melawan virus yang sebenarnya.

Animasi AFP di bawah ini menjelaskan bagaimana vaksin mRNA bekerja:

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami