Seorang bocah laki-laki sedang meminum air kelapa di sebuah pasar di Beijing pada tanggal 15 Juli 2019. (AFP / Nicolas Asfouri)

Klaim salah soal ramuan air kelapa sebagai obat Covid-19 tersebar di internet

  • Artikel ini berusia lebih dari setahun.
  • Diterbitkan pada hari Senin 21/06/2021 pukul 15:40
  • Waktu baca 1 menit
  • Oleh: AFP Indonesia
Sejumlah unggahan Facebook menyebarkan klaim bahwa air kelapa yang dicampur dengan garam, madu dan perasan jeruk nipis adalah obat penyakit Covid-19. Klaim itu salah: para ahli medis mengatakan belum ada bukti ilmiah yang mendukung resep tersebut sebagai obat virus korona jenis baru.

 

Klaim tersebut diunggah ke Facebook tanggal 25 Mei 2021 di sini

Teks di unggahan itu berbunyi: “BISMILLAH
Obat/ramuan alami Insya Allah mengobati penyakit virus corona

“Bahan2:
1 buah air kelapa muda
1 buah jeruk nipis diperas airnya
½ sendok teh garam dan
2 sendok madu

“Semua diaduk jd satu dan diminum
Semoga Allah slalu memberikan berkah sehat 
Untuk kita semua
Aamiin Yaa rabbal’alamiin”.

Image

Tangkapan layar unggahan menyesatkan, diambil tanggal 11 Juni 2021 

Klaim serupa muncul pula di unggahan-unggahan ini, ini, ini dan ini.

Akan tetapi, klaim tersebut salah.

Belum ada bukti ilmiah untuk resep campuran air kelapa di unggahan sesat sebagai obat Covid-19, kata Ari Fahrial Syam, guru besar ilmu penyakit dalam dan dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kepada AFP tanggal 10 Juni 2021.

“Hoaks itu, berita palsu,” ujar Ari. “Sampai sekarang, belum ada pengobatan modern atau herbal yang dapat secara efektif membunuh virus Covid-19.”

Klaim tersebut “tidak berdasar”, kata Zullies Ikawati, farmakolog Universitas Gadjah Mada, kepada AFP tanggal 16 Juni 2021. “Sampai saat ini belum ada bukti ilmiahnya” untuk resep campuran air kelapa di unggahan-unggahan sesat, tambahnya.  

AFP telah membongkar berbagai klaim sesat soal pengobatan dan pencegahan Covid-19, termasuk di antaranya mengonsumsi garam; campuran aspirin, perasan jeruk lemon, dan madu; serta air jeruk lemon

Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?

Hubungi kami