
Video pra-pandemi dibagikan dengan klaim salah bahwa 'nanochip dalam vaksin menyebabkan kepala orang terbakar'
- Artikel ini berusia lebih dari setahun.
- Diterbitkan pada hari Rabu 09/02/2022 pukul 07:39
- Diperbarui pada hari Rabu 09/02/2022 pukul 08:22
- Waktu baca 4 menit
- Oleh: AFP Kolombia, AFP Korea Selatan, AFP Indonesia
Hak Cipta © AFP 2017-2025. Segala jenis penggunaan konten secara komersial harus melalui langganan. Klik di sini untuk lebih lanjut.
Rekaman video berdurasi sembilan detik itu diunggah di Facebook di sini pada tanggal 14 Januari 2022.
Video tersebut memperlihatkan seorang pria yang tampak mengeluarkan asap dari mata dan telinganya.
Peringatan konten
Status unggahannya berbunyi: "*_Beberapa demonstran di Israel yg menentang kebijakan Presiden tiba² di kepalannya mengeluarkan asap putih dari hidung, mulut, mata dan telinga karena di dalam tubuhnya sdh tertanam NANO CHIP yg apabila bertabrakan dgn gelombang frequensi jaringan 5G maka reaksinya akan sepaerti ini...
"Bila elite igin memusnahkan beberapa orang yg di inginkan maka tinggal menekan tombol on..._* !*Nano Chip berbeda dgn Implan Chip...! Implan Chip sebesar biji beras sedangkan Nano Chip berukuran sehelai rambut di belah 1000... dan Nano Chip ada terkandung di dalam Vaksin...*!!. *_#OgahCovidTolakVaksin".
Respons Israel terhadap pandemi Covid-19 telah menjadi sorotan dunia, terutama karena pemberian vaksin yang cepat dan keputusan mereka menawarkan suntikan booster sebelum ada bukti ilmiah yang cukup mengenai vaksin dosis ketiga, AFP melaporkan.
Rekaman video dengan klaim serupa telah ditonton lebih dari 1.200 kali setelah diunggah di Facebook di sini, di sini dan di sini; di Twitter di sini; dan di YouTube di sini.
Video yang sama juga dibagikan dengan klaim mirip dalam bahasa Inggris, bahasa Korea dan bahasa Spanyol.
Akan tetapi, klaim itu salah.
Video lama
Rekaman video yang dibagikan di unggahan menyesatkan tidak terkait dengan pandemi.
Pencarian gambar terbalik Google menemukan rekaman video yang sedikit lebih panjang diunggah di Twitter di sini oleh The Baghdad Post pada tanggal 27 Oktober 2019 — dua bulan sebelum virus corona jenis baru pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris, cuitan itu berbunyi: "Peringatan konten kekerasan
"Detik-detik saat tabung gas air mata membakar mata seorang pengunjuk rasa."
Cuitan tersebut juga menyertakan tagar "Irak", "demo Irak" dan "demo Baghdad".
Berikut perbandingan tangkapan layar antara rekaman video di unggahan menyesatkan (kiri) dan video The Baghdad Post (kanan):

Video yang sama juga diunggah di sini di Twitter pada tanggal 26 Oktober 2019 oleh analis politik Irak Sajad Jiyad.
Adegan di rekaman video tersebut juga ditampilkan di laporan tentang demo di Irak yang dipublikasikan media AS NBC News dan Newsy di bulan November 2019.
Pada bulan Oktober 2019, ribuan warga Irak unjuk rasa di Baghdad dan kota-kota lain di Irak bagian selatan untuk memprotes korupsi, pengangguran, layanan publik yang buruk, dan campur tangan asing, seperti dilaporkan AFP di sini.
Demonstrasi tersebut menewaskan hampir 600 orang dan menyebabkan perdana menteri Irak saat itu, Adil Abdul-Mahdi, mundur.
Klaim salah tentang vaksin
AFP telah membantah klaim bahwa vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech menggunakan nanoteknologi.
Nigel McMillan, profesor spesialis penyakit menular Universitas Griffith di Australia, mengatakan kepada AFP bahwa "tidak ada teknologi seperti itu saat ini" yang memungkinkan robot atau komputer terbungkus dalam nanopartikel lipid yang ada di vaksin Covid yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech.
McMillan mengatakan nanopartikel lipid dalam vaksin mRNA Covid-19 adalah bentuk perlindungan vaksin mRNA saat mereka memasuki sel.
Nanopartikel lipid "terbuat dari lemak yang terbentuk secara alami di tubuh Anda (misalnya kolesterol) atau berasal dari tumbuhan (seperti margarin)", katanya.
Selama pandemi, informasi yang salah juga beredar secara daring yang menghubung-hubungkan 5G dan virus corona maupun vaksin.
Catherine Klapperich, profesor teknik biomedis di Universitas Boston, berkata: "Tidak ada yang mekanis, tidak ada yang elektrik, tidak ada yang magnetis" di suntikan vaksin Covid-19."
Sementara itu, Rodney Croft, profesor di Universitas Wollongong di Australia, mengatakan: "Tidak ada efek kesehatan yang merugikan yang disebabkan oleh paparan 5G."
AFP telah membantah berbagai klaim menyesatkan tentang vaksin Covid-19 di sini, di sini, di sini, di sini dan di sini.
Adakah konten yang Anda ingin AFP periksa faktanya?
Hubungi kami